- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Bukan Jenderal Fasis-Oportunis] 2 Jenderal ini konsisten menentang Prabowo
TS
memilih.bebas
[Bukan Jenderal Fasis-Oportunis] 2 Jenderal ini konsisten menentang Prabowo
Quote:
Merdeka.com - Suhu politik menjelang pemilihan presiden 9 April semakin memanas. Dua Kubu antara Jokowi - JK dan Prabowo - Hatta Rajasa terus melakukan manuver demi mendapatkan dukungan.
Perang bintang di pilpres kali ini juga semakin terlihat. Seorang mantan Danjen Kopassus seperti Prabowo tak sepenuhnya unggul dan mendapat dukungan dari para mantan jenderal.
Wiranto dan Luhut Binsar Panjaitan yang paling konsisten untuk menolak mendukung Prabowo sebagai presiden. Mereka memilih kubu berlawanan yakni Jokowi .
Tidak hanya dalam perpolitikan masa kini, jika melihat ke belakang, rivalitas Wiranto dan Luhut menghadapi Prabowo juga sangat kuat. Berikut ini ceritanya:
1.Luhut Panjaitan pernah dibikin pusing Prabowo soal kudeta
Merdeka.com - Kolonel Luhut Panjaitan diketahui sejak lama berseteru dengan Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto. Sejarah mencatat rivalitas keduanya terjadi saat posisi Prabowo dari wakil Komandan Detasemen-81 Kopassus menjadi kepala staf Kodim. Digeser oleh Jenderal Benny Moerdani dan digantikan beberapa orang dekatnya, salah satunya Kolonel Luhut.
Leonardus Benny Moerdani merupakan generasi awal pasukan elite TNI yang sekarang bernama Kopassus. Dia sudah bertempur sejak tahun 1958 melawan PRRI/Permesta lalu mendapat Bintang Sakti dalam misi tempur merebut Irian Barat. Benny orang intelijen, dia tak pernah menduduki jabatan Komandan Brigade atau Panglima Kodam, seperti umumnya karir prajurit. Namun atas jasanya membebaskan sandera Woyla tahun 1981, akhirnya Soeharto mengangkat Benny sebagai Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI tahun 1983-1988.
Pergeseran Prabowo dilakukan Jenderal Benny Moerdani karena melihat gelagat Prabowo semakin menyimpang semenjak mengenyam pendidikan anti teror di Jerman. Tak terima dengan posisi barunya, perseteruan Prabowo dan Benny Moerdani memanas.
Semenjak itu, Prabowo membuat ulah dengan melakukan berbagai gerakan yang oleh orang Benny Moerdani dianggap mengarah kudeta.
Sementara perseteruan antara Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto salah satunya terjadi pada Maret 1983. Saat itu, Prabowo mau melakukan aksi peculikan terhadap Jenderal Benny Moerdani.
Saat itu Komandan Detasemen-81 Kopassus Mayor (inf) Luhut Panjaitan, dikejutkan aksi wakilnya, Kapten (inf) Prabowo Subianto. Prabowo mengatakan Jenderal Benny Moerdani mau melakukan kudeta atau coup d'etat. Karena ancaman kelompok Benny, Prabowo akan membawa Presiden Soeharto ke Bugis (sebutan untuk markas pasukan antiteror Kopassus di Cijantung).
Pasukan antiteror Kopassus sudah akan bergerak menculik Jenderal Benny Moerdani dan Letjen Soedharmono serta beberapa jenderal lain. Mayor Luhut mencegah tindakan itu. Semua senjata dan radio disimpan dalam kamar kerja Luhut. "Nggak ada itu. Sekarang kalian semua siaga di dalam. Tidak ada seorang pun yang keluar pintu tanpa perintah luhut Panjaitan sebagai komandannya," tegas Luhut seperti dikutip dalam buku 'Konflik dan Integrasi TNI-AD' karya Mayjen TNI (purn) Kivlan Zen.
Ancaman kudeta Benny Moerdani tak terbukti. Luhut dan para komandan Kopassus menilai saat itu Prabowo stres berat.
2. Wiranto sakit hati dituding akan kudeta
Merdeka.com - Melihat siapa saja rivalitas Prabowo Subianto tak lengkap tanpa membahas Wiranto. Perseteruan keduanya santer diberitakan semenjak peristiwa Mei 1998. Salah satu bicara rivalitas keduanya seperti yang dilontarkan BJ Habibie dalam beberapa kesempatan, termasuk dalam bukunya Detik-detik yang menentukan, tidak bisa lepas dari sosok Wiranto . Ketika Prabowo menjabat Pangkostrad dengan pangkat Letjen, Wiranto adalah atasannya Panglima ABRI (Pangab) berpangkat jenderal.
Dalam kesaksiannya, pada 22 Mei 1998, Habibie menerima Wiranto di ruang kerja presiden di Istana Merdeka. Saat itu Wiranto melaporkan bahwa pasukan Kostrad dari luar Jakarta bergerak menuju Jakarta dan ada konsentrasi pasukan di kediaman Habibie di Kuningan, begitu pula di Istana Merdeka. Jenderal Wiranto lantas meminta petunjuk dari Habibie.
Mendengar laporan tersebut, Habibie berkesimpulan Pangkostrad bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab. Pergerakan itu pula yang menimbulkan beberapa pertanyaan dalam diri Habibie: "Apakah ada skenario tersendiri mengenai laporan yang baru saja disampaikan oleh Pangab?"
Saat itu pula, Habibie menegaskan kepada Pangab agar mengganti Pangkostrad sebelum matahari tenggelam. Kepada penggantinya, diharapkan pasukan di bawah komando Pangkostrad kembali ke kesatuan masing-masing. Sejarah mencatat, saat itu Pangkostrad baru yang dipilih adalah Letjen TNI Johny Lumintang sebelum 17 jam kemudian digantikan Letjen TNI Djamari Chaniago.
Figur Wiranto menjadi penting mengingat sosoknya yang ketika itu disebut memiliki rivalitas dengan Prabowo. Muncul berbagai spekulasi bahwa momen itu adalah kesempatan bagi Wiranto menyingkirkan Prabowo. Lantas seperti apa kesaksian Wiranto soal peristiwa tersebut? Dia memaparkannya dalam bukunya "Bersaksi di Tengah Badai."
Wiranto mengakui, mendapat laporan secara lengkap tentang aktivitas Pangkostrad Letjen TNI Prabowo pada saat-saat kritis. "Bahkan, saya telah mendapat informasi mengenai pertemuannya dengan Wakil Presiden BJ Habibie dan pertemuannya dengan Amien Rais serta Gus Dur maupun dengan tokoh-tokoh lainnya. Bagi orang awam, barangkali hal itu biasa-biasa saja. Tidak ada yang aneh," tulis Wiranto .
Wiranto juga menceritakan, satu hal yang benar-benar tidak masuk di akal adalah pada malam hari tanggal 16 Mei 1998, sekitar 22.30 WIB. "Saya mendapat informasi bahwa Pangkostrad menghadap presiden di kediaman, untuk melaporkan bahwa Menhamkan/Pangab telah berkhianat terhadap presiden yang berarti telah berkhianat terhadap pemerintah yang sah. Hal ini benar-benar sudah keterlaluan dan merupakan suatu pemanfaatan dari suatu situasi yang tengah kacau dan tidak menentu dengan suatu arah yang jelas, yaitu penyingkiran.
Oleh karena itu, pada pagi hari tanggal 17 Mei 1998, di Jalan Cendana No 6, disaksikan oleh Kasad Jenderal TNI Soebagio HS dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin, Wiranto memberikan teguran keras kepada Pangkostrad Letjen TNI Prabowo Subianto atas apa yang dilakukannya yang dianggap di luar kepatutan. Terutama mengenai apa yang telah diperbuatnya pada saat menghadap presiden.
3. Wiranto dukung Jokowi dari pada Prabowo di pilpres
Merdeka.com - Konflik sejarah nampaknya masih membuat Ketua Umum Partai Hanura Wiranto ogah mendukung pencapresan Prabowo. Dia lebih memilih mendukung dan berkoalisi dengan Jokowi untuk memenangkan Pemilu Presiden 2014.
Wiranto mengatakan, telah mendapatkan mandat dari kader-kader partainya yang berada di seluruh Indonesia. Pernyataan itu merupakan hasil dari rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Hanura.
"Seperti diketahui enam Maret, saya sebagai ketum Hanura melakukan kegiatan partai rapat pimpinan nasional. Kesimpulannya seluruh perwakilan dari seluruh Indonesia mendukung saya untuk melanjutkan lobi-lobi politik dan memberikan madat ketum, ke mana Partai Hanura akan berlabuh dalam lanjutan perjuangan selanjutnya," jelas Wiranto di kediaman Megawati, Senin (19/5).
Wiranto mengungkapkan, telah melakukan berbagai lobi-lobi politik. Bahkan dia menambahkan, telah bertemu hampir semua ketua umum partai, termasuk Prabowo. Dan hasil lobi-lobi itu Wiranto menyimpulkan, mandat yang diberikan kepadanya adalah memilih PDIP.
"Lima tahun lalu Partai Hanura sudah menjadi partai penyeimbang, maka kali ini Hanura bertekad menjadi bagian dari pemerintahan baru. Agar dapat memberikan masukkan secara langsung," jelasnya.
"Lima tahun terakhir ini, Hanura sudah memiliki mitra yang erat PDI Perjuangan. Lima tahun akhirnya sudah terjalin prosedur untuk menegakkan kebenaran. Sudah punya keyakinan kita punya napas perjuangan yang sama," tambah Wiranto.
4. Luhut keluar dari Golkar, pilih dukung Jokowi
Merdeka.com - Luhut Binsar Panjaitan memutuskan mundur dari jabatan sebagai Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar . Keputusan tersebut menyusul perbedaan sikapnya dengan kebijakan partai yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Luhut mundur untuk bergabung mendukung pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014.
"Iya (mundur) bisa dibilang begitu," kata salah satu tim pers Luhut yang enggan disebutkan namanya kepada merdeka.com, Rabu (21/5).
Pengunduran diri Luhut belum resmi. Hingga saat ini pihaknya masih melengkapi semua berkas persyaratan pengunduran diri, dan dalam waktu dekat diserahkan kepada partai.
Menurut sumber itu, merapatnya Luhut ke kubu Jokowi-JK hanya bersifat dukungan semata, memilih mana yang terbaik. Luhut menjamin tak akan membawa gerbong dari Golkar. "Dukungan saja, dari hati nurani mana yang lebih baik," lanjutnya.
Selain faktor nurani, keputusan Luhut dukung Jokowi-JK juga didasarkan pada faktor elektabilitas kedua pasangan itu di sejumlah lembaga survei. Luhut mengenal dekat dengan semua peserta pilpres; Jokowi , JK, Prabowo dan Hatta.
"Jadi heran Jokowi dapat elektabilitas tinggi. Jokowi kenapa? Memang Jokowi tulus yang seperti itu," klaimnya.
Bagi pecinta pornmil, keknya belum telat buat tobat dan murtad dari kefasisan ala cebol berkuda deh.
0
17.7K
Kutip
39
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan