- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jokowi : Saya Presiden Indonesia Bukan Presiden Tanah Jawa


TS
antikekerasan
Jokowi : Saya Presiden Indonesia Bukan Presiden Tanah Jawa
Baru - baru ini kita disuguhkan berita tentang salah satu program TOL LAUT (bukan jalan tol di atas laut) & PENDULUM NUSANTARA milik Jokowi. Banyak pro banyak pula yang kontra. Tapi marilah kita buka sedikit apa yang sebenarnya menjadi motif dari ide dan gagasan Jokowi ini.
TOL LAUT yang di gagas Jokowi jika disederhanakan nantinya bekerja sebagai berikut :
Pemerintah menyediakan Kapal Pendulum yang berkapasitas besar untuk setiap hari mondar mandir dari Sabang sampai Marauke. Jadi semua hasil - hasil produksi setiap daerah dapat dikirim dengan biaya murah ke daerah lain. Mungkin pemerintahannya nanti akan mengalihakan SUBSIDI BBM salah satunya ke rencana ini. Sehingga Subsidi BBM tidak lagi untuk sektor konsumtif tapi langsung pada sektor yang produktif. Sehingga jika biaya produksi dapat di tekan, maka harga kebutuhan akan ikut menyesuaikan. Dampak positifnya adalah naiknya daya beli masyarakat dan tumbuhnya industri.
Kita bisa umpakan sebagai berikut :
Jika gaji kita tidak naik, maka agar kita dapat menabung lebih besar, kita harus mencari barang dengan harga yang lebih murah. Katakan saja SI A bergaji 1.000.000 per bulan dengan kebutuhan beras 50kg per bulan x 10.000 jelas dia harus menghabiskan 500.000 untuk belanja beras.
Nah seandainya sistem transportasi barang dapat di perbaiki dan biaya nya bisa lebih murah dan andikata harga beras dapat ditekan karena lancarnya arus barang ke harga 7000/Kg, si A hanya perlu mengeluarkan 350.000 utk belanja beras. Dengan kata lain dia dapat memanfaatkan 150.000 sisa uangnya untuk kebutuhan lain.
Konsep dasar ini sudah diterapkan di china. Dimana mereka pada awal krisis moneter 1998 menyadari pentingnya membuka bottle neck dinegaranya akibat tak lancarnya transportasi. Maka mereka langsung menggunakan semua tenaga mereka untuk memodernisasi sarana dan prasarana transportasi mereka mulai dari memperlebar jalan, membuat jalan baru, jalan tol darat dan atas laut dan moderenisasi pelabuhan. Lihatlah apa yang terjadi di china 15 tahun terakhir ini? Pembangunan gila - gilaan.
Secara infrastruktur memang pelabuhan Indonesia belum modern. Bahkan sekedar kita tahu bahwa biaya pengiriman barang antar pulau di Indonesia dengan kapal jauh lebih mahal daripada pengiriman barang ke luar negeri. Ini menyebabkan produk - produk Indonesia kurang mampu bersaing bahkan di dalam negeri nya sendiri.
Jangan heran jika banyak buah dan kebutuhan pangan Indonesia harus di import dari negara lain. Padahal Indonesia negara yang kaya dan subur. Mengapa bisa jadi begitu? Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya supply untuk memenuhi demand (permintaan) tadi.
Salah satu tindakan nyata Jokowi untuk menghalau import adalah membangun kesepakatan pengadaan barang dengan beberapa propisi seperti Lampung dan Nusa Ternggara Barat. Tujuannya walau terlihat idealis tapi perlu kita dukung yaitu mengutamakan produk dalam negeri hasil kita sendiri.
Tapi akhirnya dia harus terbentur pada masalah BIAYA PENGIRIMAN yang juga sangat tinggi dari kedua propinsi tersebut. Inilah mungkin yang menjadi landasan idenya untuk membangun TOL LAUT.
Berbeda dengan Prabowo yang sepertinya sangat tertairk dengan rencana pembangunan jalan tol atas laut di pulau jawa. Program ini baik adanya tapi lagi - lagi dia tetap memfokuskan pembangunan pulau jawa. Menarik tapi pada saat yang sama menjadi pertanyaan di hati mereka - mereka yang tinggal di luar pulau jawa : "bagaimana dengan kami?"
Dari konsep ini saya melihat Jokowi dengan Konsep TOL LAUT & PENDULUM NUSANTARA nya lebih menarik untuk segera di realisasikan. Dari rencana yang dia utarakan untuk mengoperasikan kapal besar sebagai pendulum nusantara dari Sabang - Marauke, saya merasa bahwa konsep Jokowi sangat NASIONALIS dan beliau lebih memikirkan seluruh Indonesia. Mungkin jika saya bisa membaca apa yang ada di dalam hatinya ketika dia menggagas ide TOL LAUT & PENDULUM NUSANTARA ini bersama timnya adalah :
SAYA PRESIDEN INDONESIA, BUKAN PRESIDEN TANAH JAWA
TOL LAUT yang di gagas Jokowi jika disederhanakan nantinya bekerja sebagai berikut :
Pemerintah menyediakan Kapal Pendulum yang berkapasitas besar untuk setiap hari mondar mandir dari Sabang sampai Marauke. Jadi semua hasil - hasil produksi setiap daerah dapat dikirim dengan biaya murah ke daerah lain. Mungkin pemerintahannya nanti akan mengalihakan SUBSIDI BBM salah satunya ke rencana ini. Sehingga Subsidi BBM tidak lagi untuk sektor konsumtif tapi langsung pada sektor yang produktif. Sehingga jika biaya produksi dapat di tekan, maka harga kebutuhan akan ikut menyesuaikan. Dampak positifnya adalah naiknya daya beli masyarakat dan tumbuhnya industri.
Kita bisa umpakan sebagai berikut :
Jika gaji kita tidak naik, maka agar kita dapat menabung lebih besar, kita harus mencari barang dengan harga yang lebih murah. Katakan saja SI A bergaji 1.000.000 per bulan dengan kebutuhan beras 50kg per bulan x 10.000 jelas dia harus menghabiskan 500.000 untuk belanja beras.
Nah seandainya sistem transportasi barang dapat di perbaiki dan biaya nya bisa lebih murah dan andikata harga beras dapat ditekan karena lancarnya arus barang ke harga 7000/Kg, si A hanya perlu mengeluarkan 350.000 utk belanja beras. Dengan kata lain dia dapat memanfaatkan 150.000 sisa uangnya untuk kebutuhan lain.
Konsep dasar ini sudah diterapkan di china. Dimana mereka pada awal krisis moneter 1998 menyadari pentingnya membuka bottle neck dinegaranya akibat tak lancarnya transportasi. Maka mereka langsung menggunakan semua tenaga mereka untuk memodernisasi sarana dan prasarana transportasi mereka mulai dari memperlebar jalan, membuat jalan baru, jalan tol darat dan atas laut dan moderenisasi pelabuhan. Lihatlah apa yang terjadi di china 15 tahun terakhir ini? Pembangunan gila - gilaan.
Secara infrastruktur memang pelabuhan Indonesia belum modern. Bahkan sekedar kita tahu bahwa biaya pengiriman barang antar pulau di Indonesia dengan kapal jauh lebih mahal daripada pengiriman barang ke luar negeri. Ini menyebabkan produk - produk Indonesia kurang mampu bersaing bahkan di dalam negeri nya sendiri.
Jangan heran jika banyak buah dan kebutuhan pangan Indonesia harus di import dari negara lain. Padahal Indonesia negara yang kaya dan subur. Mengapa bisa jadi begitu? Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya supply untuk memenuhi demand (permintaan) tadi.
Salah satu tindakan nyata Jokowi untuk menghalau import adalah membangun kesepakatan pengadaan barang dengan beberapa propisi seperti Lampung dan Nusa Ternggara Barat. Tujuannya walau terlihat idealis tapi perlu kita dukung yaitu mengutamakan produk dalam negeri hasil kita sendiri.
Tapi akhirnya dia harus terbentur pada masalah BIAYA PENGIRIMAN yang juga sangat tinggi dari kedua propinsi tersebut. Inilah mungkin yang menjadi landasan idenya untuk membangun TOL LAUT.
Berbeda dengan Prabowo yang sepertinya sangat tertairk dengan rencana pembangunan jalan tol atas laut di pulau jawa. Program ini baik adanya tapi lagi - lagi dia tetap memfokuskan pembangunan pulau jawa. Menarik tapi pada saat yang sama menjadi pertanyaan di hati mereka - mereka yang tinggal di luar pulau jawa : "bagaimana dengan kami?"
Dari konsep ini saya melihat Jokowi dengan Konsep TOL LAUT & PENDULUM NUSANTARA nya lebih menarik untuk segera di realisasikan. Dari rencana yang dia utarakan untuk mengoperasikan kapal besar sebagai pendulum nusantara dari Sabang - Marauke, saya merasa bahwa konsep Jokowi sangat NASIONALIS dan beliau lebih memikirkan seluruh Indonesia. Mungkin jika saya bisa membaca apa yang ada di dalam hatinya ketika dia menggagas ide TOL LAUT & PENDULUM NUSANTARA ini bersama timnya adalah :
SAYA PRESIDEN INDONESIA, BUKAN PRESIDEN TANAH JAWA
Diubah oleh antikekerasan 24-05-2014 18:09
0
3.1K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan