- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]


TS
chaeshahab
Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]
Oogoe Diamond
![Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]](https://s.kaskus.id/images/2014/05/23/5943008_20140523093129.gif)
Characters:
Beby Chaesara asBeby
You as Aku
untuk yang belum tau siapa Beby Chaesara lawan peran kamu, cek di bawah ini
Spoiler for Pict:
Mau tau? Ah entar naksir
siap-siap ya gan

Spoiler for pict:
![Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]](https://s.kaskus.id/images/2014/05/23/5943008_20140523094057.jpg)
Spoiler for pict2:
![Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]](https://s.kaskus.id/images/2014/05/23/5943008_20140523094156.jpg)
Spoiler for pict3:
![Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]](https://s.kaskus.id/images/2014/05/23/5943008_20140523094240.jpg)
Sebelumnya, ini lirik Oogoe Diamondbuat yang belum tau
Spoiler for lirik:
Di sini agan berperan sebagai Aku... Latar tempat, dan suasana sesuai imajinasi agan... Pokoknya ini menceritakan agan deh...
Selamat berdelusi gan!

Dengarkanlah Teriakan Berlianku!
Spoiler for part 1:
Terik matahari siang ini sangat menyengat. Panasnya terasa menusuk ke lapisan kulitku yang paling dalam. Sesekali angin kecil berhembus ke arahku, menghilangkan sedikit demi sedikit panas yang ku rasakan. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 14.50, sedangkan bus berangkat pukul 15.00. Bagaimanapun aku harus tiba tepat waktu di halte untuk menyampaikan sesuatu kepada temanku. Dengan keringat yang belum kering, aku mulai berlari kecil menuju ke halte yang ku tuju.
Aku sudah lama menunggu moment seperti ini, moment di mana aku akan mengungkapkan perasaanku kepadanya. Aku jadi teringat ketika pertama kali aku bertemu dengannya di depan sanggar tarinya. Sore itu, cuaca yang tadinya mendung sudah agak cerah. Aku yang baru selesai futsal, berjalan santai menuju rumah. Dia memakai kaos putih yang dirangkap dengan jaket biru donker sedang duduk sendirian di bangku panjang depan sanggarnya. Aku yang sedang lewat di depannya, kemudian menghamprinya. Bukan bermaksud apa-apa, aku hanya ingin melepas lelah, mengistirahatkan badanku di bangku itu. Sepertinya tidak hanya kelelahanku saja yang membuatku ingin duduk di bangku itu, tapi daya tarik gadis itu juga mempengaruhiku agar aku duduk di sana.
“ Permisi, boleh duduk di sini?” tanyaku agak menundukkan badan.
“ Boleh,” jawabnya sambil tersenyum.
“ Boleh,” jawabnya sambil tersenyum.
Aku melepas tas ranselku, kemudian duduk di bangku itu. Dari tadi dia hanya duduk diam di bangku itu. Dari wajahnya, dia terlihat sedang menunggu sesuatu. Seringkali dia mengecek pesan di handphonenya. “Mungkin dia sedang sms-an sama polisi, terus dia mau melaporkan percobaan tindak kriminal. Wah, gawat!” aku mulai panik.
Untuk menghilangkan suasana yang kacau ini, dan juga antisipasi seandainya dia benar sedang sms-an sama polisi, aku memutuskan untuk mengajaknya ngobrol.
“ Habis latihan di sanggar ini ya?” tanyaku dengan sedikit grogi.
“ Iya...” dia mengangguk.
“ Ooh...” sahutku agak lega karena ternyata dia tidak sedang sms-an dengan polisi. Aku kembali mencari topik pembicaraan. “ Sore-sore gini kenapa belum pulang?”
“ Lagi nunggu jemputan,” jawabnya. Lalu dia melanjutkan, “ kamu lagi nunggu jemputan juga ya?”
“ Ee.. enggak, aku habis futsal bareng teman-temanku di dekat situ.” Jawabku grogi.
“ Oh gitu...”
“ Iya...” dia mengangguk.
“ Ooh...” sahutku agak lega karena ternyata dia tidak sedang sms-an dengan polisi. Aku kembali mencari topik pembicaraan. “ Sore-sore gini kenapa belum pulang?”
“ Lagi nunggu jemputan,” jawabnya. Lalu dia melanjutkan, “ kamu lagi nunggu jemputan juga ya?”
“ Ee.. enggak, aku habis futsal bareng teman-temanku di dekat situ.” Jawabku grogi.
“ Oh gitu...”
Kami sempat saling diam beberapa menit, sampai akhirnya aku kembali mengajaknya ngobrol.
“ Udah lama nunggu ya?”
“ Lumayan sih.”
“ Oh iya, nama kamu siapa? Nggak enak rasanya kalau ngobrol tapi belum kenal hehehe,” aku ketawa kecil.
“ Emm... benar juga ya.” Dia mengulurkan tangannya, mengajakku berjabat tangan. “ Aku Beby,” katanya sambil tersenyum.
“ Lumayan sih.”
“ Oh iya, nama kamu siapa? Nggak enak rasanya kalau ngobrol tapi belum kenal hehehe,” aku ketawa kecil.
“ Emm... benar juga ya.” Dia mengulurkan tangannya, mengajakku berjabat tangan. “ Aku Beby,” katanya sambil tersenyum.
Dari caranya ngobrol, aku rasa Beby orangnya asik. Entah begitu kenyataanya atau hanya perasaanku saja, karena kami cepat sekali akrab. Bahkan kami juga tidak sungkan untuk bertukar nomor handphone.
Kami berdua menghabiskan sore itu dengan ngobrol dan sesekali bercanda. Aku juga bertanya banyak tentang dia. Semua itu aku lakukan agar kami dapat saling mengenal lebih jauh.
“ Ngomong-ngomong, kenapa milih sanggar tari?”
“ Dari kecil aku udah suka sama dance-dance gitu, jadi aku coba masuk sanggar ini deh.” Beby menatapku sambil tersenyum. “ Biar ilmu dancenya nambah,” lanjutnya.
“ Sebenarnya aku juga bisa menari. Kamu percaya nggak?” Beby menatapku serius. “ Tapi menari tarian pemanggil hujan hehehehehe,” kataku sambil bercanda. Beby juga terlihat tertawa kecil mendengar perkataanku.
“ Okeee deh... entar aku bisa ajarin kamu dance hihihihi,” Beby masih tertawa.
Obrolan kami terhenti oleh bunyi klakson sebuah mobil yang berhenti di depan kami.
“ Eh, jemputanku udah datang.” Beby berdiri dari bangku itu, dia merapikan jaketnya lalu menggendong tasnya. “ Aku pulang dulu ya, sampai ketemu lagi,” kata Beby sambil melambaikan tangan kepadaku, kemudian dia masuk ke mobil itu. Aku membalas lambaian tangannya, tetapi mobil Beby sudah pergi meninggalkanku bersama bangku itu.
“ Dari kecil aku udah suka sama dance-dance gitu, jadi aku coba masuk sanggar ini deh.” Beby menatapku sambil tersenyum. “ Biar ilmu dancenya nambah,” lanjutnya.
“ Sebenarnya aku juga bisa menari. Kamu percaya nggak?” Beby menatapku serius. “ Tapi menari tarian pemanggil hujan hehehehehe,” kataku sambil bercanda. Beby juga terlihat tertawa kecil mendengar perkataanku.
“ Okeee deh... entar aku bisa ajarin kamu dance hihihihi,” Beby masih tertawa.
Obrolan kami terhenti oleh bunyi klakson sebuah mobil yang berhenti di depan kami.
“ Eh, jemputanku udah datang.” Beby berdiri dari bangku itu, dia merapikan jaketnya lalu menggendong tasnya. “ Aku pulang dulu ya, sampai ketemu lagi,” kata Beby sambil melambaikan tangan kepadaku, kemudian dia masuk ke mobil itu. Aku membalas lambaian tangannya, tetapi mobil Beby sudah pergi meninggalkanku bersama bangku itu.
“ Kling kling kling!”
Handphone di dalam sakuku berbunyi. Aku mengambilnya kemudian melihatnya. Beby mengirim pesan kepadaku.
“ Entar kita ngobrol lagi ya di telepon
”

Sepertinya Beby merasakan hal yang sama denganku. Aku merasa obrolan tadi sangat istimewa, membuatku sama sekali tidak ingin untuk mengakhirinya. Tapi apa daya, langit yang sudah semakin gelap dan kedatangan mobil Beby memaksa kami untuk mengakhiri obrolan tadi.
Sejak saat itu aku jadi sering sms-an, ngobrol lewat telepon sama Beby, dan sering lewat depan sanggarnya biar bisa ngobrol sama dia. Sampai tiba waktunya, aku menanyakan hal yang sakral kepadanya. Awalnya aku hanya iseng saja, tapi lama-kelamaan aku jadi penasaran juga.
“ Eemmm... Beb, aku boleh nanya sama kamu gak?” kataku dengan serius.
“ Boleh, mau nanya apa?” Beby menjawab dengan semangat.
Aku duduk mendekat ke arah Beby. “ Kamu... emm kamu udah punya pacar?” tanyaku grogi setengah mati.
“ .......”
Aku mulai deg-degan menunggu jawaban darinya.
“ .......” Beby masih belum menjawab, membuat jantungku semakin deg-degan gak karuan.
“ Hfffttttt....” Beby menghela nafas, sementara jantungku sudah meloncat sampai ke atas menara BTS. Dia mengambil nafas lagi, dan sepertinya mulai angkat bicara. “ Aku.....” Beby menoleh ke arahku dengan wajah serius, “ ......belum punya pacar.”
“ Boleh, mau nanya apa?” Beby menjawab dengan semangat.
Aku duduk mendekat ke arah Beby. “ Kamu... emm kamu udah punya pacar?” tanyaku grogi setengah mati.
“ .......”
Aku mulai deg-degan menunggu jawaban darinya.
“ .......” Beby masih belum menjawab, membuat jantungku semakin deg-degan gak karuan.
“ Hfffttttt....” Beby menghela nafas, sementara jantungku sudah meloncat sampai ke atas menara BTS. Dia mengambil nafas lagi, dan sepertinya mulai angkat bicara. “ Aku.....” Beby menoleh ke arahku dengan wajah serius, “ ......belum punya pacar.”
Wussshhhh... seperti ada angin sejuk menerpaku. Aku sangat lega mendengar perkataan itu. Tau dia single itu rasanya kayak minum es puter di gurun Sahara. Segerrrr! Rasanya ingin sekali aku mengungkapkan perasaanku kepadanya, tapi aku masih ragu apakah dia mau menerimaku atau tidak. Aku takut kalau dia tidak menerimaku dan malah menjauhiku. Sampai saat ini aku masih memendam perasaan kepadanya, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
Spoiler for part 2:
“ Kling kling kling!”
Sambil berlari, aku mengambil handphoneku. Ternyata Beby mengirim pesan kepadaku.
“ kamu sekarang di mana? bisku udah mau berangkat”
Reply : “ iya beb... udah deket kok, sebentar lagi aku sampe”
Reply : “ iya beb... udah deket kok, sebentar lagi aku sampe”
Aku terus berlari, berusaha agar aku tiba tepat waktu untuk menyampaikan jawaban dari perasaanku kepada Beby. Ini hal yang sangat menegangkan sekaligus berat bagiku, karena Beby akan pergi meninggalkanku ke Jakarta. Dia pergi ke Jakarta untuk meniti karirnya. Ini kabar yang sangat mengejutkanku. Bahkan, baru tadi malam aku tau tentang kabar ini.
Tadi malam, tepat pukul 19.00 aku mengajak Beby ketemuan di depan sanggarnya. Malam itu, aku berencana untuk mengungkapkan perasaan yang selama ini aku pendam. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Seolah-olah, kabut yang selama ini menutupi perasaanku sudah menghilang. Hal yang sangat penting itu sekarang sudah terlihat jelas di mataku. Kini yang sulit bagiku adalah merubah perasaan itu ke dalam kata-kata.
“ Beb, aku....”
“ Aku mau nanya sebentar sama kamu” Beby memotong pembicaraanku. Aku hanya terdiam. “ Jujur, kamu suka sama aku?”
“ Aku mau nanya sebentar sama kamu” Beby memotong pembicaraanku. Aku hanya terdiam. “ Jujur, kamu suka sama aku?”
Aku sangat terkejut mendengar perkataan itu. Sampai-sampai bibirku gugup tidak bergerak. Jawaban yang akan ku katakan pun seperti tertahan tidak bisa keluar dari mulutku.
“ Aku minta maaf, sepertinya kita nggak bisa terus bersama,” kata Beby dengan wajah kecewa.
Aku masih bingung dengan apa yang dia maksud. Beby melanjutkan, “ Besok aku akan pergi ke Jakarta. Aku lolos audisi sebuah idol group yang ada di Jakarta. Dan untuk mempermudah itu semua, aku harus tinggal di Jakarta.” Beby menahan air matanya. “ Sekali lagi aku minta maaf. Aku berharap, kamu mengerti dengan keadaan ini.” Air mata Beby menetes ke tanah mengiringi kepergianya meninggalkanku.
Aku tidak mengejarnya. Aku hanya terduduk menatap langit malam itu. Dalam hati, ingin rasanya aku menangis, meluapkan kekecewaanku. Tapi aku hanya tetap duduk menatap langit.
Spoiler for part 3:
Tinggal satu belokkan lagi aku sampai di halte. Aku mempercepat lariku, melewati orang-orang di sekitarku. Ini dia belokkan terakhir!
Huhhhhh. Sial!!! Busnya sudah mulai berjalan!
Aku berlari mengejar bus yang sudah mulai berjalan itu. Yang ada di pikiranku hanya ingin mengungkapkan perasaanku kepadanya. Di antara peserta-peserta yang lain, aku melihat Beby duduk melamun di samping jendela di barisan yang paling belakang.
Sambil berlari, aku berteriak memanggilnya, berharap dia dapat mendengarku. Tapi semua itu sia-sia. Beby masih tetap diam, sementara busnya masih terus berjalan. Aku berpikir, betapa bodohnya aku ini. Kenapa aku melewatkan jawaban yang sebenarnya begitu mudah untuk ku ucapkan?! Aku memang bodoh! Arrgggghhhh! Tapi kali ini aku tidak akan menyerah. Untuk menjadi diri sendiri, aku harus jujur kepada perasaanku!
“ BEBY!!!” bus yang dinaiki Beby berjalan semakin cepat meninggalkanku. Aku berlari sekuat tenaga mengejarnya.
“ Benar Beb... Aku suka sama kamu Beby!” aku berteriak sebisa suaraku.
“ Aku suka sama kamu Beb!” “ BEBY!!!” walau susah untukku bernafas, aku terus berteriak sambil berlari menghabiskan sisa tenagaku.
“ Benar Beb... Aku suka sama kamu Beby!” aku berteriak sebisa suaraku.
“ Aku suka sama kamu Beb!” “ BEBY!!!” walau susah untukku bernafas, aku terus berteriak sambil berlari menghabiskan sisa tenagaku.
Aku ingin kau mendengarkan teriakan ku ini, teriakan berlian yang mengungkapkan perasaanku. Teriakan untukmu Beby!
Setelah ratusan langkah aku berlari, bus berjalan menanjaki bukit. Aku sudah tidak kuat lagi untuk mengejarnya. Kaki yang tadinya bergerak cepat, perlahan mulai melambat dan berhenti. Bus yang tadinya di depan mata pun sekarang sudah tidak terlihat, menghilang dibalik bukit.
Saat ku sadari sesuatu menghilang, hati ini tiba-tiba resah tidak tertahankan. “ Kenapa tadi aku hanya menatap langit? Kenapa aku tidak mengejarnya? Arrggghhhh sial! ” Mataku berkaca-kaca berlinang tidak bisa berhenti.
Aku menyesal tidak mengungkapkan perasaanku dari awal. Kalau saja aku berani bersuara, pasti semuanya akan lebih mudah. Aku mengusap semua air mataku, kemudian beranjak pulang. Dengan langkah gontai, aku menyusuri jalan yang tadi aku lewati. Baru beberapa langkah, aku berhenti. Aku sudah tidak kuat lagi untuk berjalan. Sepertinya bukan kelelahanku penyebabnya, melainkan keberatan hatiku melepas Beby yang pergi meninggalkanku.
“ ..........” suara angin seolah memanggilku
Aku menengok ke belakang, ternyata tidak ada siapa-siapa. Aku mencoba memfokuskan pandanganku yang sedikit kabur karena tertutup air mata.
“ Lambaian itu.......”
Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu membalikkan badan, dia berlari dari balik bukit kemudian berhenti tepat di depanku. Benar dia.... dia.... Beby! Aku memeluknya dengan erat untuk melepaskan semua penyesalanku.
Aku tidak percaya, Beby mendengar teriakanku, teriakan berlian yang penuh arti bagiku. Akhirnya aku bisa bertemu dengan Beby. Dengan mata yang masih berkaca-kaca, aku menggeggam tangan Beby.
“ Aku juga minta maaf Beb.... Kalau aku baru berani mengatakannya sekarang” “ Aku suka sama kamu Beb.”
Beby tersenyum kepadaku sambil meneteskan air mata, yang entah aku tidak tau, itu adalah air mata kebahagiaan atau air mata perpisahan.
Cukup sekian cerita dari ane gan... Terimakasih sudah membaca...
kalau berkenan bisa nyumbang

rate 5 juga boleh

asal jangan

Dapat ucapan terima kasih juga dari ini gan
Spoiler for pict:
![Cerpen Oogoe Diamond [Char: Beby Chaesara, You. Yang bukan oshinya juga boleh masuk]](https://s.kaskus.id/images/2014/05/23/5943008_20140523102525.jpg)
Diubah oleh chaeshahab 23-05-2014 23:27
0
3.2K
Kutip
18
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan