- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dulu diancam kini Amien Rais habis-habisan bela Prabowo
TS
yokono
Dulu diancam kini Amien Rais habis-habisan bela Prabowo
Quote:
Dulu diancam kini Amien Rais habis-habisan bela Prabowo
Rabu, 21 Mei 2014 08:40

MERDEKA.COM- Demi membuktikan dukungannya terhadap pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa , Ketua Majelis Pertimbangan Partai Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais membela habis-habisan kritik tajam yang diarahkan ke mantan Danjen Kopassus tersebut. Tak hanya itu, Amien juga menyerang balik pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP Joko Widodo - Jusuf Kalla .
Aksi membela ini memang tak lepas dari sosoknya sebagai pendiri sekaligus king maker PAN. Apalagi, salah satu kadernya dipasangkan menjadi cawapres untuk bertarung dalam Pilpres 2014 mendatang.
Dukungan Amien kepada Prabowo sebagai calon presiden 2014 tentu tak akan melepas ingatan masyarakat atas peristiwa 16 tahun lalu. Ketika itu, Amien diancam akan ditembak mati oleh Kepala Staf Kostrad Mayjen Kivlan Zen, yang tak lain adalah anak buah Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto .
Cerita berawal saat jajaran ABRI khawatir dengan rencana rapat akbar yang akan dipimpin Amien Rais di Monas pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998. Petinggi ABRI khawatir aksi 'people power' itu akan berujung pada kepungan massa ke Istana Merdeka, mirip seperti Revolusi Prancis 1789 atau Revolusi Bolshevik 1917.
Berikut kisah Amien diancam dan kini membela Prabowo:
Merdeka.com - Pada 14 Mei 1998, Kepala Staf Kostrad Mayjen Kivlan Zen menelepon Malik Fadjar dan menginformasikan ia akan datang ke rumah Malik Fadjar. Namun, tokoh Muhammadiyah itu tidak mau didatangi.
Di Markas Kostrad, Malik mengaku diajak bicara soal sepak terjang Amien Rais. Kepada Malik, Kivlan mengatakan apa yang akan dilakukan Amien Rais pada 20 Mei 1998 di Monas adalah revolusi karena mau menjatuhkan pimpinan negara. Bahkan, Kivlan menyatakan akan menangkap Amien Rais.
"Saya bilang, nangkap, yah, nangkaplah, tetapi apa begitu penyelesaiannya... Ini, kan, persoalan sudah melebar..., dan tadi pagi saya kontak dengan Amien, dan pikirannya tidak seburuk itu. Kita-kita ini, cendekiawan ini, pikirannya malah halus, bagaimana supaya yang mimpin reformasi itu Pak Harto, dan secara gradual, damai, menyeluruh, pelan-pelan. Dan, saya kasihkan fotokopi dari gagasan reformasi 'Semua Harus Berakhir Baik', Husn-u'l Khatimah," tutur Malik Fadjar.
Menurut Malik Fadjar, Kivlan Zen terus mengancam Amien Rais. Namun, Malik mempersilakan Kivlan melakukan itu. Dia hanya mengingatkan ketokohan Amien Rais itu seperti Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri, yang artinya bisa membuat banyak pendukungnya marah besar.
"Wah, kalau begitu kita berseberangan," kata Kivlan.
"Bukan berseberangan, kita sama-sama membangun RI dan melihat Pak Harto sebagai orang tua," jawab Malik.
Rencana people power di Monas akhirnya batal setelah Amien Rais bertemu Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto di Hotel Regent pada 19 Mei 1998 pukul 16.00 Wib. Prabowo meminta kepada Amien agar membatalkan aksi massa itu karena membahayakan.
"Mereka bersepakat bahwa proses reformasi harus berjalan konstitusional," ujar Kivlan.
Pembatalan people power itu dilakukan 20 Mei 1998 pukul 02.00 WIB lewat siaran televisi, setelah Amien melihat persiapan aparat dan barikade kawat berduri di sekeliling Monas.
2. Tak terpengaruh hasil survei
Merdeka.com - Usai peristiwa menegangkan tersebut, 16 tahun kemudian Amien berbalik mendukung Prabowo Subianto maju dalam bursa Pilpres. Amien yakin, duet Prabowo-Hatta Rajasa punya modal kuat memenangi Pilpres 2014.
Bahkan, Amien meminta pendukung Prabowo-Hatta tidak pernah terpengaruh oleh polling atau survei yang sejauh ini masih mengunggulkan Jokowi.
"Saya ingin jangan pernah tergoda polling yang terbukti abal-abal. Kadang-kadang manusia ngeyel. Ibaratnya Bani Israil lewat Laut Merah. Effect-nya (polling) gak ada itu," ujar Amien Rais dalam rakernas PAN di Kantor DPP PAN , Jakarta, Rabu (14/5). Amien mengibaratkan Bani Israil tetap menyeberangi Laut Merah melawan semua perkiraan.
3. Prabowo seperti Bung Karno
Merdeka.com - Ketua Umum PAN Hatta Rajasa resmi menjadi calon wakil presiden (cawapres) bagi calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto. Deklarasi itu sendiri dilangsungkan di Rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak I/29, Otista, Jakarta Timur.
Menurut Hatta, dirinya menerima ikhlas didaulat sebagai cawapres mantan Danjen Kopassus tersebut. Tidak hanya itu, dia sesumbar bakal mengerahkan jiwa dan raganya.
"Saya menerima dengan penuh keikhlasan dan rasa tanggung jawab yang penuh kalau perlu jiwa raga saya demi bangsa," kata Hatta di Jakarta, Senin (19/5).
Hatta menjelaskan, selain akan menyerahkan jiwa dan raga, dia juga mengimbau agar diberi restu oleh masyarakat untuk Pilpres 9 Juli mendatang.
"Saya mengucapkan terima kasih untuk seluruh bangsa indonesia, mohon doa restu kepada seluruh bangsa indonesia, ini bukan kepentingan saya, dan partai (koalisi) kami, tapi ini untuk bangsa," terangnya.
"Insya Allah Prabowo dan saya akan meningkatkan lagi. Dan mensejahterahkan rakyat," tambahnya.
Sementara itu, politikus senior PAN Amin Rais mengaku sosok Prabowo seperti presiden pertama Indonesia Soekarno. Pasalnya, mantan Pangkostrad itu berpidato lantang tanpa menggunakan teks.
"Saya bukan tukang membaca wajah manusia, dari samping Prabowo kaya Bung Karno, dari depan kaya Bung Karno, juga pidato tanpa teks seperti Bung Karno. Semoga indonesia lebih baik," ungkap Amin di lokasi yang sama.
4. Prabowo bisa ungkap borok Mega
Merdeka.com - Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais meminta isu HAM yang dikait-kaitkan pada Prabowo Subianto tak diungkit-ungkit lagi. Sebab, jejak rekam Prabowo sudah jelas bersih sejak mantan Danjen Kopassus itu menjadi cawapres Megawati Soekarnoputri pada 2009 lalu.
"Lima tahun lalu Pak Prabowo cawapres resmi Bu Mega dan sudah tahu track record-nya. Enggak usah buka-buka," kata Amien kepada wartawan di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (20/5).
Seperti diketahui, isu penculikan aktivis 1997-1998 dan pelanggaran HAM terus menjadi sorotan media jelang pencapresan Prabowo. Menurut Amien, jika mau, Prabowo bisa saja membuka aib orang lain yang terlibat. Namun, Amien tak menjelaskan siapa yang dimaksudkan.
"Kalau buka-bukaan, Pak Prabowo juga bisa buka aib mereka," tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Amien, saat ini yang jauh lebih penting adalah melihat ke depan untuk maju. Menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa dan mampu bersaing dengan negara luar sehingga Indonesia memiliki martabat yang jauh lebih tinggi.
"Jangan lihat ke belakang, kita harus berpikir maju," tutupnya.
Rabu, 21 Mei 2014 08:40

MERDEKA.COM- Demi membuktikan dukungannya terhadap pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa , Ketua Majelis Pertimbangan Partai Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais membela habis-habisan kritik tajam yang diarahkan ke mantan Danjen Kopassus tersebut. Tak hanya itu, Amien juga menyerang balik pasangan capres-cawapres yang diusung PDIP Joko Widodo - Jusuf Kalla .
Aksi membela ini memang tak lepas dari sosoknya sebagai pendiri sekaligus king maker PAN. Apalagi, salah satu kadernya dipasangkan menjadi cawapres untuk bertarung dalam Pilpres 2014 mendatang.
Dukungan Amien kepada Prabowo sebagai calon presiden 2014 tentu tak akan melepas ingatan masyarakat atas peristiwa 16 tahun lalu. Ketika itu, Amien diancam akan ditembak mati oleh Kepala Staf Kostrad Mayjen Kivlan Zen, yang tak lain adalah anak buah Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto .
Cerita berawal saat jajaran ABRI khawatir dengan rencana rapat akbar yang akan dipimpin Amien Rais di Monas pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 1998. Petinggi ABRI khawatir aksi 'people power' itu akan berujung pada kepungan massa ke Istana Merdeka, mirip seperti Revolusi Prancis 1789 atau Revolusi Bolshevik 1917.
Berikut kisah Amien diancam dan kini membela Prabowo:
1. Diancam anak buah Prabowo
Merdeka.com - Pada 14 Mei 1998, Kepala Staf Kostrad Mayjen Kivlan Zen menelepon Malik Fadjar dan menginformasikan ia akan datang ke rumah Malik Fadjar. Namun, tokoh Muhammadiyah itu tidak mau didatangi.
Di Markas Kostrad, Malik mengaku diajak bicara soal sepak terjang Amien Rais. Kepada Malik, Kivlan mengatakan apa yang akan dilakukan Amien Rais pada 20 Mei 1998 di Monas adalah revolusi karena mau menjatuhkan pimpinan negara. Bahkan, Kivlan menyatakan akan menangkap Amien Rais.
"Saya bilang, nangkap, yah, nangkaplah, tetapi apa begitu penyelesaiannya... Ini, kan, persoalan sudah melebar..., dan tadi pagi saya kontak dengan Amien, dan pikirannya tidak seburuk itu. Kita-kita ini, cendekiawan ini, pikirannya malah halus, bagaimana supaya yang mimpin reformasi itu Pak Harto, dan secara gradual, damai, menyeluruh, pelan-pelan. Dan, saya kasihkan fotokopi dari gagasan reformasi 'Semua Harus Berakhir Baik', Husn-u'l Khatimah," tutur Malik Fadjar.
Menurut Malik Fadjar, Kivlan Zen terus mengancam Amien Rais. Namun, Malik mempersilakan Kivlan melakukan itu. Dia hanya mengingatkan ketokohan Amien Rais itu seperti Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri, yang artinya bisa membuat banyak pendukungnya marah besar.
"Wah, kalau begitu kita berseberangan," kata Kivlan.
"Bukan berseberangan, kita sama-sama membangun RI dan melihat Pak Harto sebagai orang tua," jawab Malik.
Rencana people power di Monas akhirnya batal setelah Amien Rais bertemu Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto di Hotel Regent pada 19 Mei 1998 pukul 16.00 Wib. Prabowo meminta kepada Amien agar membatalkan aksi massa itu karena membahayakan.
"Mereka bersepakat bahwa proses reformasi harus berjalan konstitusional," ujar Kivlan.
Pembatalan people power itu dilakukan 20 Mei 1998 pukul 02.00 WIB lewat siaran televisi, setelah Amien melihat persiapan aparat dan barikade kawat berduri di sekeliling Monas.
2. Tak terpengaruh hasil survei
Merdeka.com - Usai peristiwa menegangkan tersebut, 16 tahun kemudian Amien berbalik mendukung Prabowo Subianto maju dalam bursa Pilpres. Amien yakin, duet Prabowo-Hatta Rajasa punya modal kuat memenangi Pilpres 2014.
Bahkan, Amien meminta pendukung Prabowo-Hatta tidak pernah terpengaruh oleh polling atau survei yang sejauh ini masih mengunggulkan Jokowi.
"Saya ingin jangan pernah tergoda polling yang terbukti abal-abal. Kadang-kadang manusia ngeyel. Ibaratnya Bani Israil lewat Laut Merah. Effect-nya (polling) gak ada itu," ujar Amien Rais dalam rakernas PAN di Kantor DPP PAN , Jakarta, Rabu (14/5). Amien mengibaratkan Bani Israil tetap menyeberangi Laut Merah melawan semua perkiraan.
3. Prabowo seperti Bung Karno
Merdeka.com - Ketua Umum PAN Hatta Rajasa resmi menjadi calon wakil presiden (cawapres) bagi calon presiden (capres) Partai Gerindra Prabowo Subianto. Deklarasi itu sendiri dilangsungkan di Rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak I/29, Otista, Jakarta Timur.
Menurut Hatta, dirinya menerima ikhlas didaulat sebagai cawapres mantan Danjen Kopassus tersebut. Tidak hanya itu, dia sesumbar bakal mengerahkan jiwa dan raganya.
"Saya menerima dengan penuh keikhlasan dan rasa tanggung jawab yang penuh kalau perlu jiwa raga saya demi bangsa," kata Hatta di Jakarta, Senin (19/5).
Hatta menjelaskan, selain akan menyerahkan jiwa dan raga, dia juga mengimbau agar diberi restu oleh masyarakat untuk Pilpres 9 Juli mendatang.
"Saya mengucapkan terima kasih untuk seluruh bangsa indonesia, mohon doa restu kepada seluruh bangsa indonesia, ini bukan kepentingan saya, dan partai (koalisi) kami, tapi ini untuk bangsa," terangnya.
"Insya Allah Prabowo dan saya akan meningkatkan lagi. Dan mensejahterahkan rakyat," tambahnya.
Sementara itu, politikus senior PAN Amin Rais mengaku sosok Prabowo seperti presiden pertama Indonesia Soekarno. Pasalnya, mantan Pangkostrad itu berpidato lantang tanpa menggunakan teks.
"Saya bukan tukang membaca wajah manusia, dari samping Prabowo kaya Bung Karno, dari depan kaya Bung Karno, juga pidato tanpa teks seperti Bung Karno. Semoga indonesia lebih baik," ungkap Amin di lokasi yang sama.
4. Prabowo bisa ungkap borok Mega
Merdeka.com - Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais meminta isu HAM yang dikait-kaitkan pada Prabowo Subianto tak diungkit-ungkit lagi. Sebab, jejak rekam Prabowo sudah jelas bersih sejak mantan Danjen Kopassus itu menjadi cawapres Megawati Soekarnoputri pada 2009 lalu.
"Lima tahun lalu Pak Prabowo cawapres resmi Bu Mega dan sudah tahu track record-nya. Enggak usah buka-buka," kata Amien kepada wartawan di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (20/5).
Seperti diketahui, isu penculikan aktivis 1997-1998 dan pelanggaran HAM terus menjadi sorotan media jelang pencapresan Prabowo. Menurut Amien, jika mau, Prabowo bisa saja membuka aib orang lain yang terlibat. Namun, Amien tak menjelaskan siapa yang dimaksudkan.
"Kalau buka-bukaan, Pak Prabowo juga bisa buka aib mereka," tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Amien, saat ini yang jauh lebih penting adalah melihat ke depan untuk maju. Menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa dan mampu bersaing dengan negara luar sehingga Indonesia memiliki martabat yang jauh lebih tinggi.
"Jangan lihat ke belakang, kita harus berpikir maju," tutupnya.
Quote:

Memang dialah sang politikus sejati...hahaha karena politik tak ada lawan dan kawan abadi... Makanya politikus itu cuma kumpulan para tikus yang rela jilat menjilat demi melanggengkan kekuasaan hehehe...
Diubah oleh yokono 22-05-2014 10:29
0
6.4K
Kutip
50
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan