sumber : Republika.com

Suara dukungan warga Nahdlatul Ulama dalam Pemilu Presiden 2014 dipastikan akan terpecah. Pasalnya, kedua pasangan bersaing mendapat dukungan dari partai politik dan tokoh-tokoh yang identik dengan organisasi masyarakat itu.

Mahfud MD dideklarasikan oleh Koalisi Merah Putih Prabowo-Hatta sebagai Ketua Juru Kampanye Mereka. Di lain pihak, PPP, Ketua Umum PBNU (Said Aqil Siradj), dan kemungkinan keluarga Gus Dur, seperti Yenny Wahid, mendukung Prabowo-Hatta, sedangkan PKB ala Muhaimin Iskandar masuk dalam koalisi pendukung Jokowi-JK.

Terlebih setelah ada pernyataan dari public figure seperti Rhoma Irama dan Ahmad Dhani yang telah menyatakan dukungan penuh untuk Prabowo dan Hatta Rajasa.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa adanya partai politik dan tokoh NU yang mendukung pasangan calon yang berbeda itu merupakan isyarat bahwa dukungan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI sudah bersifat individual.

Dukungan terhadap salah satu pasangan calon sudah tidak lagi berdasarkan fatwa ulama NU, tetapi patron masing-masing kelompok dalam NU, yaitu individu kiai-kiai yang memiliki massa.

Selain itu, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar bukanlah tokoh yang cukup dihargai oleh warga NU setelah masa Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia tidak memiliki karakter yang kuat untuk menyatukan suara PKB saat ini.

Oleh karena itu, dukungan Mahfud MD sebagai ketua juru kampanye Prabowo-Hatta, suara dukungan PPP dan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj ditambah figur-figur masyarakat seperti Rhoma Irama dan Ahmad Dhani kepada Prabowo-Hatta pasti akan berpengaruh. Apalagi, pendukung Gerindra di Jabodetabek juga banyak yang berasal dari kalangan NU.

Suara PKB ala Muhaimin Iskandar dipastikan menguap, Jokowi effect pun semakin memudar