Karena UN, anak-anak akan menjadi malas belajar, mereka hanya akan belajar ketika menjelang UN, itupun karena paksaan seperti wajib mengikuti jam tambahan, dipaksa orang tua dan sebagainya.. Sekarang kita bandingkan sama beberapa pergutuan tinggi kedinasan. ane ga bandingin mahasiswa sama siswa SMP, SMA. ane cuma bandingin sistem. kata kawan ane, di PTK itu kalo UAS ga memenuhi IP minimal ya drop out..
sistem di perguruan tinggi seperti ketegasan untuk mendrop out anak yang melanggar peraturan karena anak itu dibayar negara. nah di negara ini sudah ada BOS, di jakarta ada KJP jadi kalo ada anak yang bandel dan nilainya kurang perlu ada penanganan khusus misal tugas tambahan atau semester pendek, di sekolah luar negeri ada yang namanya summer class kalo ga salah, itu adalah cara buat ngangkat nilai, sebagai hukuman juga, dimana ketika teman2nya liburan musim panas dia disuruh mengikuti sekolah. ini tentunya akan memaksa anak belajar lebih baik lagi.

Sampai detik ini, ane masih belum paham apa fungsi nilai UN, banyak kok kawan ane yang UNnya bagus tapi karena dia cewek dan budaya di daerahnya kental banget ya akhirnya nikah. Kalo kemarin nonton di hitam putih, katanya buat pemetaan. Tapi kalo emang buat pemetaan mengapa masih banyak sekolah rusak, masih banyak akses ke sekolah ga bagus...
Di sini juga ane berpendapat, mengapa harus memiliki nilai UN bagus kalau kita mesti mengikuti SNMPTN, ane SMA UN termasuk bagus rata-rata 8 koma, jatuh di pelajaran kimia dapet nilai 6 karena TUC banyak diberi soal menghitung sementara UN lebih banyak soal hafalan. tapi ane nyari kuliahan susahnya minta ampun, seakan-akan UN cuma dilihat "lulus" atau "tidak lulus". nilai ga terlalu berpengaruh. justru jaman ane yang dapet undangan yang nilai di raportnya sellau 3 besar. jadi.. apa gunanya UN?

Biaya percetakan, distribusi dan pengawasan untuk Ujian nasional sangatlah besar. Sebelum itu, tentunya biaya penyusunan soal ujian sangatlah besar. Coba agan yang punya kenalan guru atau PNS lain. tanyakan berapa honor untuk membuat soal ulangan semesteran untuk kabupaten saja. dan bayangkan berapa besar untuk soal ujian nasional. alangkah lebih baik bila anggaran itu digunakan untuk membangun sarana -prasarana pendidikan di daerah terluar perbatasan dan daerah-daerah tertinggal lain

a. masalah pertama adalah, lebih menanamkan siswa untuk berorientasi pada "hasil" bukan pada "proses". Agan liat pemilu kemarin banyak politik suap? itu adalah hasil pendidikan yang berorientasi pada "hasil" bukan pada "proses". agan liat betapa kayanya koruptor? maling? gembong narkoba. Bayangkan kalau sistem yang ada adalah memantau siswa selama sekolah, misal yang rangking satu terus bisa diterima di UN tertentu, dan anak yang peringkatnya naik turun diberikan bimbingan khusus.
b. masalah kedua, menimbulkan depresi yang tidak wajar. Soal disusun cuma "kalangan" tertentu yang tidak melihat bagaimana keadaan pendidikan daerah lain.. kemarin di hitam putih ada bapak-bapak bilang "lulus 99 koma sekian persen itu tanda bahwa UN bukan stresor (penyebab stres)". sumpah ane ngakak gan denger pendapat beliau itu, apa dia yakin 99,5 persen orang yang lulus itu jujur semua?. di acara tersebut juga bilang bahwa tidak mungkin ada anak bunuh diri juga karena stress UN. orang bunuh diri pasti ada banyak penyebab bukan hanya satu penyebab. disini juga ane tersenyum sinis, bisakah dia membayangkan bahwa karena UN saja ada banyak hal-hal buruk yang terjadi. pengen jujur tidak lulus, susah dapet kerja, dihina, dll..