- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
UJIAN NASIONAL DAN PENGANGGURAN BARU


TS
dhie47
UJIAN NASIONAL DAN PENGANGGURAN BARU
Ujian nasinal 2014 telah usai, seperti tahun tahun sebelumnya ujian ini banyak menyisakan kisah suka dan duka. Perjuangan sekolah anak-anak SMU sederajat selama 3 tahun harus ditentukan selama beberapa hari saja. Karena standar lulus itu memakai standar Nasinal. Sementara walaupun si Anak rangking 1 terus menerus selama 3 tahun disebuah sekolah tertentu, anak itu belumlah dianggap Valid untuk lulus dengan standar Nasioanal, dan yang sedikit Aneh, ada anak yang biasa biasa saja dan tidak pernah rangking sekolah, ternyata punya kemampuan unik untuk melahap soal UNAS maka anak tersebut bisa Lulus. Sebuah standar yang katanya untuk menyiapkan generasi muda yang pandai dan mampu bersaing dengan dunia luar. Dengan berkaca pendidikan di negara Negara maju maka Pemerintah melalui mendikbud membuat standar seorang anak SMU/SMK hanya boleh lulus jika Bisa memenuhi standar kelulusan UNAS. Dengan standar nilai yang semakin tahun dinaikkan angkanya dan dengan soal soal yang semakin tahun ditambah tingkat kesulitannya, diharapkan muncul generasi generasi baru yang lebih tahan stress dan mampu menghadapi tekanan serta tentunya pintar.
Disinilah akhirnya sebuah Ironi terjadi, sebuah sekolah akhirnya menjalankan tri trik licik dengan mengcopy jawaban kemudian dibocorkan ke siswa siswanya, karena mereka punya target bahwa siswa sekolah ini harus mempunyai kelulusan 100%. Dan fenomena ini benyak terjadi disekolah sekolahan bahkan ada yang menganggap hal ini adalah wajar.
Sebenarnya saya setuju dengan cita cita Mendikbud untuk menciptakan generasi yang SUPER, tetapi kita harus mengaca pada kenyataan yang ada, Buat apa kelulusan SMU harus dibaut dengan standar sangat tinggi? Tujauannya Bagus tapi menurut saya kurang tepat. Lebih baik standar tinggi tersebut diterapkan dilingkungan kampus, supaya kita punya manusia yang super dengan tubuh dan jiwa yang sudah dewasa.
Mempersusah anak SMU/SMK untuk lulus itu tidak ada gunanya, coba kita lihat berapa persen dari anak SMU/SMK ini yang ahirnya melanjutkan kuliah? Saya rasa tidak mencapai 50%. Dan jika angkanya sedikit kenapa mereka harus dipersulit? Hidup mereka akan lebih sulit lagi saat mereka hanya berijasahkan SMU/SMK lalu mereka dengan terpaksa dibawah tekanan ekonomi harus segera membuang cita cita untuk kuliah demi membantu ekonomi orangtuanya. Disinilah harusnya pemerintah memikirkan system pendidikan yang lebih berkesenimbungan, yang dibutuhkan didunia kerja bukan hanya otak yang encer, tapi lebih kepada keahlian. Dan saya rasa para lulusan SMU/SMK ini mungkin hanya 20% anak yang mempunyai keahlian khusus dan langsung mampu berjuang memperebutkan kue pekerjaan yang jumlahnya sangat sedikit dan sangat sulit didapat. Harusnya pemerintah lebih bijak Perjalanan hidup anak SMU/SMK harusnya dipermudah karena kelulusan itu sebenarnya adalah gerbang yang akan menghantarkan mereka kepintu dunia para PENGANGGURAN. kelulusan yang sulit setelah lulus lalau KERJA KONTRAK, mencari lowongan kerja dari pintu kepintu, dimana nasib tidak pernah jelas.
Harusnya pemrintah lebih berfikir global, bagaimana menciptakan para genrasi muda yang kreatif, yang sanggup berdiri dikaki sendiri tanpa menggantungkan hidup pada arti sebuah NILAI UNAS. Tapi sebuah genrasi yang mampu menciptakan kreatifitas tinggi dalam berwira usaha dan berkarya membangun negeri tanpa harus ikut ikutan tren luar negeri dengan membuat standar nasional. Kita bangsa berdaulat, belum tentu semua hal baik di luar negeri akan cocok dengan Indonesia. Kita harus punya standar sendiri untuk menciptakan generasi muda yang cakap akan tekhnologi dan capak akan pengelolaan sumberdaya alam yang berlimpah ruah ini. Wahai para pemimpin negeri, lihat menderitanya para lulusan SMU/SMK, jangan kau tipu dengan kebahagiaan semu akan arti sebuah lulus UNAS. Hidup setelah itu sangatlah kejam. UNAS bukan jaminan apa-apa. Harus ada perubahan besar dan revolusioner di dunia pendidikan INDONESIA. UNAS itu tidak ada artinya tanpa didukung system ketenagakerjaan, sistem pendidikan yang berkesinambungan serta system ekonomi yang kokoh.
Disinilah akhirnya sebuah Ironi terjadi, sebuah sekolah akhirnya menjalankan tri trik licik dengan mengcopy jawaban kemudian dibocorkan ke siswa siswanya, karena mereka punya target bahwa siswa sekolah ini harus mempunyai kelulusan 100%. Dan fenomena ini benyak terjadi disekolah sekolahan bahkan ada yang menganggap hal ini adalah wajar.
Sebenarnya saya setuju dengan cita cita Mendikbud untuk menciptakan generasi yang SUPER, tetapi kita harus mengaca pada kenyataan yang ada, Buat apa kelulusan SMU harus dibaut dengan standar sangat tinggi? Tujauannya Bagus tapi menurut saya kurang tepat. Lebih baik standar tinggi tersebut diterapkan dilingkungan kampus, supaya kita punya manusia yang super dengan tubuh dan jiwa yang sudah dewasa.
Mempersusah anak SMU/SMK untuk lulus itu tidak ada gunanya, coba kita lihat berapa persen dari anak SMU/SMK ini yang ahirnya melanjutkan kuliah? Saya rasa tidak mencapai 50%. Dan jika angkanya sedikit kenapa mereka harus dipersulit? Hidup mereka akan lebih sulit lagi saat mereka hanya berijasahkan SMU/SMK lalu mereka dengan terpaksa dibawah tekanan ekonomi harus segera membuang cita cita untuk kuliah demi membantu ekonomi orangtuanya. Disinilah harusnya pemerintah memikirkan system pendidikan yang lebih berkesenimbungan, yang dibutuhkan didunia kerja bukan hanya otak yang encer, tapi lebih kepada keahlian. Dan saya rasa para lulusan SMU/SMK ini mungkin hanya 20% anak yang mempunyai keahlian khusus dan langsung mampu berjuang memperebutkan kue pekerjaan yang jumlahnya sangat sedikit dan sangat sulit didapat. Harusnya pemerintah lebih bijak Perjalanan hidup anak SMU/SMK harusnya dipermudah karena kelulusan itu sebenarnya adalah gerbang yang akan menghantarkan mereka kepintu dunia para PENGANGGURAN. kelulusan yang sulit setelah lulus lalau KERJA KONTRAK, mencari lowongan kerja dari pintu kepintu, dimana nasib tidak pernah jelas.
Harusnya pemrintah lebih berfikir global, bagaimana menciptakan para genrasi muda yang kreatif, yang sanggup berdiri dikaki sendiri tanpa menggantungkan hidup pada arti sebuah NILAI UNAS. Tapi sebuah genrasi yang mampu menciptakan kreatifitas tinggi dalam berwira usaha dan berkarya membangun negeri tanpa harus ikut ikutan tren luar negeri dengan membuat standar nasional. Kita bangsa berdaulat, belum tentu semua hal baik di luar negeri akan cocok dengan Indonesia. Kita harus punya standar sendiri untuk menciptakan generasi muda yang cakap akan tekhnologi dan capak akan pengelolaan sumberdaya alam yang berlimpah ruah ini. Wahai para pemimpin negeri, lihat menderitanya para lulusan SMU/SMK, jangan kau tipu dengan kebahagiaan semu akan arti sebuah lulus UNAS. Hidup setelah itu sangatlah kejam. UNAS bukan jaminan apa-apa. Harus ada perubahan besar dan revolusioner di dunia pendidikan INDONESIA. UNAS itu tidak ada artinya tanpa didukung system ketenagakerjaan, sistem pendidikan yang berkesinambungan serta system ekonomi yang kokoh.
0
1.6K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan