rakinaraAvatar border
TS
rakinara
Strategi Cantik Koalisi PDIP
Setelah pileg selesai hingga deklarasi JKW-JK, gue lihat PDIP berhasil memainkan strategi cantik dalam menyusun koalisi. Yg gue maksud 'cantik' itu maksudnya PDIP berhasil menguasai permainan sesuai dengan apa yg mereka inginkan. Mari kita lihat:

1. Gerak cepat menggaet parpol pendukung pertama, Nasdem
Dalam catur, bidak putih memiliki probabilitas kemenangan lebih tinggi karena bidak putih berhak maju duluan. Inilah yg coba dilakukan oleh PDIP. Beberapa hari setelah quick count dirilis, PDIP langsung bergerak cepat menggandeng Nasdem. Langkah ini meningkatkan daya tarik PDIP didepan parpol lain karena ini berarti PDIP sukses mengamankan boarding pass menuju pencapresan. Langkah ini juga diyakini mempermulus jalan menuju kerjasama dengan PKB.

2. Jargon 'Kerjasama tanpa Syarat', dan 'Koalisi non-transaksional'
Jargon ini sebenarnya bukan dimaksudkan untuk pencitraan, melainkan ujian iman bagi para parpol pendukung. Dengan terus mengulang-ulang jargon ini, PDIP sesungguhnya ingin mengetahui parpol mana yg benar-benar setia, dan parpol mana yg backstabber. Hasilnya, seperti yg kita ketahui, para backstabber mental, dan ngungsi ke koalisi sebrang. Gue sih yakin, partai pendukung Jokowi nantinya akan dikasih reward yg pantas atas loyalitas mereka.

3. Menjinakkan Golkar
Golkar adalah partai tertua di Indonesia dan dikenal memiliki politisi-politisi ulung. PDIP tahu itu, sehingga ajakan Golkar untuk berkoalisi, disambut PDIP dengan hati-hati. Makanya, Jokowi menginginkan pertemuannya dengan Ical dilakukan di pasar tradisional, suatu tempat yg dikonotasikan sebagai wilayah kekuasaan Jokowi. PDIP berhasil memaksa seorang konglomerat besar berdesak-desakan di tempat 'kumuh'.

4. Mengulur-ulur pengumuman cawapres
Banyak alasan kenapa pengumuman cawapres Jokowi ini terkesan diulur-ulur. Misalnya, untuk menimbulkan efek surprise, sehingga masyarakat terus menunggu kabar terakhir dari PDIP. Alasan lain yang menurut gue penting adalah untuk menghindari langkah Golkar mendompleng JK karena nama JK sendiri merupakan rekomendasi dari Nasdem dan PKB. Skenario yg lain, seandainya Golkar sejak awal setuju dengan kerjasama tanpa syarat-nya PDIP, cawapres Jokowi bisa jadi bukan lagi JK, melainkan Abraham Samad atau Mahfud MD. Akhirnya skenario pertama lah yg terjadi. JK jadi cawapres, dan PDIP bisa memecah suara Golkar tanpa memberi kompensasi apapun pada Golkar.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2K
7
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan