nuke1992Avatar border
TS
nuke1992
PENGGOLONGAN MANUSIA dan PENGUATAN KETEGASAN POLARISASI IDEOLOGI PARTAI di INDONESIA
PENGGOLONGAN MANUSIA dan PENGUATAN KETEGASAN POLARISASI IDEOLOGI PARTAI di INDONESIA

PENGGOLONGAN MANUSIA
Dunia akhir jaman yang kita alami sekarang amat sarat dengan manipulasi dan fitnah. Bagi sebagian besar masyarakat yang masih terbelenggu dengan budaya ketidakpiawaian dalam menemukan kebenaran, hampir pasti akan semakin sulit mengidentifikasi mana informasi dan orang yang benar dan mana sisi yang salah. Media amat sangat berperan dalam proses manipulasi ini.

Namun satu hal yang tak pernah berubah sejak Nabi Adam as diciptakan adalah bahwa hanya ada 2 kelompok manusia di dunia ini. Golongan manusia yang meyakini kebenaran Tuhan (beriman) dan Golongan manusia yang tidak meyakini adanya kebenaran Tuhan (INGKAR).

Manusia atau GOLONGAN BERIMAN cenderung mengontrol nafsunya yang mengarah pada kebutuhan duniawi dengan kekuatan akal-hati dari ayat-ayat Tuhan. Model manusia beriman selalu menguatamakan kedamaian, kemashlahatan, mengutamakan kepentingan sosial orang banyak, dan aktivitas konstruktif lainnya.

Sedangkan manusia atau GOLONGAN INGKAR cenderung mengekspresikan nafsunya untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan mengabaikan kekuatan akal-hati yang selalu mengarahkan kepada kebenaran Tuhan. Model manusia INGKAR selalu mengupayakan permusuhan, keburukan, mengutamakan kepentingan kelompoknya saja, dan aktivitas destruktif lainnya.

Ada golongan ketiga yang sebenarnya termasuk golongan INGKAR namun berlaku seakan-akan beriman di hadapan publik, yakni GOLONGAN MUNAFIK. Dan golongan munafik ini yang sulit diidentifikasi oleh orang pada umumnya tanpa kekuatan keimanan tinggi dan kepiawaian menggunakan logika berfikirnya baik logika berfikir dari akal (pemahaman pemikiran) maupun logika berfikir dari hati (pemahaman keyakinan).

Dan terakhir, ada golongan keempat yang sebenarnya termasuk golongan beriman, namun masih sering tergoda oleh nafsu duniawinya. Dan golongan ini dapat dinamakan menjadi GOLONGAN FASIK. Golongan ini sebenarnya berniat tidak ingkar, namun sering tergoda oleh kepenetingan dunia sehingga menjadi ingkar.

Lalu bagaimana metode yang mudah untuk mengidentifikasi kedua golongan tersebut? Manakah manusia yang termasuk Golongan BERIMAN, dan manakah manusia yang termasuk Golongan INGKAR (INGKAR tegas dan INGKAR munafik).

Yang paling sederhana adalah mengamati aktivitas keseharian. Orang-orang yang beriman akan cenderung berkehidupan MENENANGKAN baik dalam tutur kata, bersikap, dan berkreasi. Sementara orang-orang yang INGKAR akan cenderung berkehidupan MENGGELISAHKAN baik dalam tutur kata, bersikap, dan berkreasi.

Lalu bagaimana dengan orang-orang INGKAR yang munafik? Bukankah mereka 'nampak' baik sementara hatinya penuh kebencian? Seperti yang dipaparkan di atas, walau kita sulit mengidentifikasi orang munafik, namun ada hukum alam yang mengarahkan kesimpulan kita bahwa orang-orang munafik TIDAK AKAN BETAH hidup dalam komunitas orang-orang beriman. Orang-orang munafik pasti suatu saat akan menunjukkan siapa dirinya ketika bertemu dengan orang-orang yang bersabar dalam membangun diskusi dan berperilaku. Oleh karenanya ada 3 (tiga) ciri yang mendasar dari orang-orang munafik adalah: tidak jujur perkataannya, jika diberi amanah akan berkhianat, dan jika berjanji akan mengingkari.


KARAKTER ELITE PARTAI
Keempat golongan manusia ini akan sangat mudah terlihat dalam percaturan dunia politik dan strategi. Ada partai yang cenderung berorientasi keimanan pada Tuhan, dan ada partai yang cenderung berorientasi keingkaranan pada Tuhan. Di sinilah akhirnya muncul sebuah klasifikasi ideologi partai.

Dalam konteks partai, penggolongan ini diistilahkan dengan PARTAI RELIGIUS dan PARTAI SEKULER. Ideologi kedua partai ini amat sangat kuat dan tidak mudah untuk saling 'menyebarang'. Para elite politik yang sudah menunjukkan KETEGASAN ideologi pada kedua kelompok ideologi tersebut amat sulit untuk berubah. Butuh HIDAYAH kuat untuk mengubah kaum sekuler menjadi kaum religius, dan butuh KESESATAN yang kuat pula untuk mengubah kaum religius menjadi kaum sekuler.

Lalu dimanakah posisi golongan munafik dan golongan fasik?

Golongan munafik yang sesungguhnya berideologi sekuler dapat 'pura-pura' masuk ke dalam Partai Religius. Ketika kepentingan sekuler kelompoknya masih 'aman-aman saja' maka manusia munafik akan cenderung memilih tetap bertahan di Partai Religius. Tetapi mereka akan berperilaku tegas menunjukkan eksistensi sekulernya ketika 'tidak betah' berada di Partai Religius tersebut.

Sementara itu golongan fasik akan sangat mudah untuk berpindah-pindah partai. Jika kepentingan nafsu duniawinya kuat, maka akan koalisi dengan partai sekuler, namun jika kepentingan akal-hati nya kuat maka akan berani melawan partai sekuler. Golongan fasik bahkan bisa mencirikan sendiri golongannya dalam sebuah wadah partai dengan 'label' sosialis.

Dalam konteks Partai Religius yang berbasis Islam, maka ada satu metode yang dikembangkan oleh Partai Religius tersebut untuk 'menyaring' kelompok munafik atau kelompk fasik yang menjadi infiltran. Salah satunya adalah menerpkan aktivitas rutin yang berkaitan dengan penguatan akidah, keteraturan menjaga ibadah ritual seperti shalat, pengerucutan pemikiran keislaman di semua sendi muamalah, dan pengkondisian untuk terus menerus menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Biasanya kelompok munafik tidak akan 'betah' dengan agenda-agenda seperti itu. Dan dengan sendirinya akan 'mengundurkan diri' dari komunitas orang-orang beriman. Sementara kelompok fasik akan terus menerus mengendalikan 'hawa nafsunya' apakah menjadi TOTAL religius atau bergabung dengan kelompok sekuler baik pada suatu waktu tertentu atau selamanya.

KARAKTER PARA PENDUKUNG PARTAI
Walau kualitas dan kuantitasnya berbeda, namun karakter para pendukung partai akan persis sama dengan karakter para elite. Jika para elite lebih 'tertata', maka para pendukung lebih 'vulgar'. Pendukung partai sekluer akan mudah melakukan manipulasi, hasutan, debat kusir, dan upaya desktruktif lainnya. Sementara pendukung partai religius akan mengutamakan obyektifitas, pencerahan, dialog, dan upaya konstruktif lainnya.

Bagaimana jika ditemui ada pendukung partai sekuler yang bersikap mengutamakan obyektifitas, pencerahan, dialog, dan upaya konstruktif lainnya? Berarti bisa jadi pendukung tersebut masih membuka ruang untuk mendapatkan HIDAYAH. Sebaliknya, bagaimana jika ditemui ada pendukung partai religius yang bersikap mudah melakukan manipulasi, hasutan, debat kusir, dan upaya desktruktif lainnya? Maka bisa jadi pendukung tersebut adalah kaum munafik, atau golongan beriman yang sedang berlaku fasik.

POLITIK INDONESIA 2014
Fenomena perpolitikan di Indonesia pada 2014 ini semakin menegaskan dan membuat terang benderang perbedaan kedua kelompok tersebut. PKS menggawangi partai religius (dalam hal ini Islam) dan PDIP menggawangi partai sekuler. Kedua partai ini berideologi tegas. Karena keduanya komitmen untuk mengusung nasionalisme pada bangsa, maka keduanya diistilah juga sebagai Partai Religius Nasionalis dan Partai Sekuler Nasionalis. Relasi kedua partai berideologi kuat ini dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Keduanya akan sulit berkoalisi jika hanya sekedar memenuhi kepentingan-kepentingan pragmatis. Jikalaupun terjadi koalisi di lingkup daerah-daerah, hanya pada sedikit kasus, dan mungkin karena kondisi 'darurat'.
2. Baik para elite maupun pendukung kedua partai akan sulit untuk 'menyatu' baik dari visi misi, konsep, langkah strategis, metode penyampaian, dan aktvitas keseharian.
3. Yang paling sederhana untuk mudah diamati dalam penggolongan kedua partai ini adalah kecenderungan dari metode yang digunakan dalam tujuan memperlebar pengaruhnya pada masyarakat. Metode Partai Sekuler cenderung memudahkan pelanggaran norma-norma keagamaan (dalam hal ini keislaman), sementara metode Partai Religius selalu mempertimbangkan norma-norma keislaman. Oleh karenanya tidak heran jika SERING ditemui para pendukung partai sekuler yang mudah bergejolak, menggunakan kata-kata kasar dan hinaan, sementara pendukung partai religius JARANG ditemui mudah bergejolak, menggunakan kata-kata kasar dan hinaan. Pada sedikit kasus, beberapa pendukung partai religius berperilaku seperti pendukung partai sekuler karena "TIDAK KUAT" menghadapi sikap kasar pendukung partai sekuler.

Bagaimana dengan ideologi partai-partai yang lain? PPP, PAN, PBB, dan PKB adalah partai-partai religius yang BISA terkena virus sekularisme. Sementara Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Nasdem, Partai Hanura, dan PKPI adalah partai-partai sosialis yang RENTAN terkena virus sekularisme. Oleh karenanya tidak heran jika arah koalisi Tahun 2014 semakin mempertegas kondisi perbedaan ideologi tersebut.

PARTAI GERINDA dengan capresnya PRABOWO dianggap oleh partai-partai yang berideologi religius, akan lebih mudah membawa nilai-nilai ideologi mereka. Oleh karenanya tidak heran jika PPP, PAN, dan PKS sendiri pada akhirnya memilih berkoalisi dengan Gerinda dan mendukung pencapresan Prabowo. PBB yang berbais keislaman yang tinggi juga cenderung akan mendukung koalisi ini.

Sementara PDIP dengan capresnya JOKOWI dianggap oleh partai-partai yang berideologi sosialis seperti Partai NASDEM dan Partai HANURA akan memfasilitasi kebutuhan pragmatis partainya. Dan PKPI sepertinya cenderung akan mendukung mengikuti koalisi ini jika tidak karena 'hal-hal khusus'. Sementara dukungan PKB yang berlabel Islam dan seharusnya berideologi religius, boleh dikatakan dikarenakan sedang berlaku sebagai 'Partai Fasik'. Mengorbankan ideologi religiusnya untuk kepentingan sekularitas. Sikap RHOMA IRAMA dan pendukungnya adalah contoh ketegasan pilihan untuk tetap bersikap menjadi kelompok religius.

Lalu dimana posisi Partai GOLKAR dan Parta DEMOKRAT? Karena kerentanan tadi, maka keduanya berpeluang seimbang untuk mendukung Koalisi Religius Nasionalis atau Koalisi Sekuler Nasionalis. Bisa pula keduanya 'malu-malu' atau masih mencari 'sisa' peluang untuk membentuk koalisi sendiri. Khusus untuk Partai DEMOKRAT, dengan mempertimbangkan 'hal-hal khusus' dan perjalanan koalisi sebelumnya, maka peluang untuk bergabung dengan Koalisi Sekuler Nasionalis sepertinya akan lebih kecil dibandingkan bergabung dengan Koalisi Religius Nasionalis. (Tulisan ini saya publish ketika Rapimnas Golkar sedang berlangsung).

Akan seperti apa jadinya? Entahlah ... hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui. Yang jelas, kenyataan perpolitikan di Indonesia 2014 pada akhirnya mempertegas polarisasi kelompok agamis dan kelompok sekuler, serta mengarahkan dan 'memaksa' masyarakat pemilih untuk tegas pula mengambil sikap. Apakah akan mendukung dan bergabung dengan ideologi religius atau bergabung dengan ideologi sekuler. Dan mayoritas pemilih adalah umat Islam.

Jika memperhatikan komposisi anggota legistatif terpilih periode 2014-2019 yang direlease KPU, umat non Islam sudah sangat jelas menentukan pilihan, memiliki kecenderungan memilih Ideologi Sekuler. Sedangakan umat Islam masih manjadi objek bagi kelompok sekuler agar 'mengabaikan' kebutuhan religinya, atau menjadi muslim yang lebih baik dengan mendukung ideologi religius.

Memperhatikan kenyataan anggota legistatif terpilih tersebut, maka tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak PEMILIH MUSLIM yang bersikap memilih PEMIMPIN NON MUSLIM, sementara pemilih NON MUSLIM hampir pasti tidak memilih PEMPIMPIN MUSLIM.

Semoga siapapun yang terpilih menjadi pemimpin-pemimpin di negeri ini, kelak dapat membawa Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik. Diridhoi oleh Allah SWT, Rabb Seluruh Alam. Aamiin …
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.8K
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan