Perpecahan di Ring Satu Ical gara-gara Poros Demokrat
Sabtu, 17 Mei 2014 | 17:41 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical (tengah) memberikan keterangan pers saat kampanye Partai Golkar di Gelanggang Olahraga (GOR) Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (18/3/2014) siang. Kampanye ini dihadiri pula sejumlah tokoh Partai Golkar antara lain Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung dan Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham.
JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, mengatakan ada perpecahan di internal partainya, menyusul rencana berkoalisi dengan Partai Demokrat. Perpecahan terjadi dalam kubu yang mendukung Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie menjadi bakal calon presiden bersama Pramono Edhie sebagai bakal calon wakil presidennya.
"Ada gempa di mana-mana, perpecahan di ring satu Ical sendiri," kata Zainal, saat dihubungi, Sabtu (17/5/2014).
Menurut Zainal, kubu yang mendukung Ical menjadi bakal capres dan disandingkan dengan Pramono Edhie di antaranya adalah Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono dan MS Hidayat. Kedua nama itu masuk dalam Tim 6 yang mewakili Golkar untuk membahas rencana koalisi bersama Partai Demokrat.
Sementara itu, yang menolak, kata Zainal, adalah kubu Ketua DPP Partai Golkar Rizal Mallarangeng, bersama Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, dan Bendahara Umum Partai Golkar Setya Novanto. Zainal menyebut kubu Rizal lebih mendorong Golkar berkoalisi dengan PDI Perjuangan. "Tampaknya kubu MS Hidayat yang akan menang," ujarnya.
Buntut dari perpecahan itu, imbuh dia, adalah melemahnya posisi politisi senior Partai Golkar, Jusuf Kalla.(sebagai cawapres Jokowi). Seperti diketahui, Kalla digadang-gadang menjadi salah satu figur kuat untuk menjadi bakal cawapres Joko Widodo atau Jokowi yang diusung PDI-P. Zainal yakin, jika akhirnya Golkar jadi membentuk poros baru bersama Demokrat, maka dukungan partainya untuk Kalla akan merosot tajam.
"Paling enggak dukungannya jadi pecah, enggak sebulat kalau Ical lari ke PDI-P dan meminta Golkar memberikan dukungan ke Jusuf Kalla," tandasnya. Partai Golkar dan Partai Demokrat berencana membentuk poros baru untuk menghadapi Pilpres 2014. MS Hidayat menyebut, pasangan capres dan cawapresnya adalah Ical dan Pramono Edhie.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan menyatakan, Partai Demokrat menginginkan Menteri Perindustrian MS Hidayat diusung sebagai bakal calon presiden. Wacana ini akan dibahas dan diputuskan di dalam rapat pimpinan nasional. Secara kebetulan, kedua partai baru akan menggelar rapimnas pada Minggu (18/5/2014) di Jakarta.
http://nasional.kompas.com/read/2014...Poros.Demokrat
Perpecahan di Golkar gara-gara Ical & SBY bikin Koalisi "pepesan kosong'?
Quote:
ARB Ngumpulin Pengurus DPD dan Ormas di Rumahnya
Sabtu, 17 Mei 2014 - 21:01
Jakarta,Beritaempat.com - Jelang Rapimnas yang akan digelar di Hotel Sultan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Minggu (18/5), Ketua Umum Partai Pohon Beringin, Aburizal Bakrie (ARB) mengumpulkan para pengurus DPD Partai Golkar dikediamannya di Jalan Mangunsarkoro, Jakarta Pusat untuk membahas persiapan Rapimnas.
“Ini pertemuan pra Rapimnas, ketum mengundang ketua DPD se-Indonesia dan ormas. Untuk membicarakan kondisi Golkar,” kata Wakil Sekjen Partai GOlkar, Tantowi Yahya kepada Beritaempat.com, Sabtu (17/5).
Menurut Tantowi, pertemuan malam ini tidak membicarakan sosok capres dan cawapres Partai Golkar jelang Pilpres 2014. “Besok (Rapimnas) untuk membahas capres dan cawapres serta yang lain-lainnya,” ujarnya menambahkan. Saat ditanya apakah Golkar akan merapat ke PDI-P?. Dengan tegasnya Tantowi mengatakan bahwa itu salah satu yang akan dibahas di Rapimnas besok.
http://www.beritaempat.com/nasional/...s-di-rumahnya/
Bambang Soesatyo:
Golkar Terjerat Jebakan Demokrat
Soemitro
17 May 2014 11:32:23
Jakarta, Aktual.co — Pencapresan Aburizal Bakrie dikabarkan mendapatkan angin segar. Melalui Tim-6 yang dibentuk Golkar dan Demokrat usai pertemuan Ical dengan SBY beberapa hari lalu, disepakati bersama Ical akan berpasangan dengan Pramono Ehie Wibowo.
Namun pencapresan Ical ini akan mendapatkan hambatan besar di internal Golkar. Pasalnya, di internal Golkar sendiri terdapat tiga arus kuat. Yang mana dari ketiga arus itu, arus Golkar berkoalisi dengan PDI Perjuangan paling kuat.
Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo kemarin (16/5) mengatakan, dukungan kader agar Golkar merapat ke PDIP sangat kuat. Karenanya besar kemungkinannya pada rapat pimpinan nasional Minggu (18/5) besok, akan disepakati arah koalisi tersebut.
Di sisi lain, ia justru galau dengan langkah ketumnya yang beberapa waktu lalu menemui Presiden SBY di Istana Negara. Ia menyebut pembentukan poros koalisi baru adalah jebakan Batman dari Demokrat.
"Saya galau, adanya rayuan dari Demokrat untuk membentuk poros baru. Kita harus menyikapinya secara hati-hati. Saya ingatkan Golkar harus mewaspadai adanya 'jebakan batman' dari Demokrat,"kata Bambang.
Anggota Komisi III DPR ini menambahkan, pembentukan poros baru ini ada maksud dari Demokrat. Yakni agar Ical tidak merapat ke Jokowi maupun Prabowo Subianto. Dalam hitungan kertas, koalisi poros baru ini dalam pilpres kemudian kalah.
Sampai disini, Bambang tidak menjelaskan apakah jebakan dimaksud agar Golkar-Demokrat masuk dalam barisan oposisi atau menjual suaranya pada putaran kedua Pilpres.
http://m.aktual.co/politik/113043bam...bakan-demokrat
Soal Pramono Edhie jadi Cwapres Ical, Golkar: Kita Masuk 'Jebakan Batman'
Sabtu, 17 Mei 2014, 23:28 WIB
Bambang Soesatyo
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo meragukan kemampuan Pramono Edhie sebagai cawapres. Meski pun, adik ipar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu disebut-sebut akan dipasangkan dengan Aburizal Bakrie (Ical). "Koalisi Golkar dan Demokrat dengan cawapresnya Pramono Edhie yang pasti belum putus. Nanti tunggu hasil Rapimnas Golkar. Tapi laku tidak calon dari Demokrat itu?" kata Bambang di Jakarta, Sabtu (17/5).
Ia menyatakan heran karena Konvensi Demokrat adalah untuk menjadi bakal capres, bukan cawapres. "Aneh juga, ya. Masa cawapresnya dari Konvensi, lucu-lucuan. Koalisi odong-odong, dong, itu namanya. Dan itu artinya Golkar masuk dalam 'jebakan Batman," katanya.
Bambang juga mempertanyakan sikap Golkar yang memasangkan Ical dengan Pramono Edhie. "Koalisi kok sama partai yang saat sedang dihukum dan dihujat rakyat? Indikatornya kan mudah. Partai tersebut (Demokrat) terjun bebas dari 20-an persen ke 10 persen," ujar anggota Komisi III DPR itu.
Golkar, kata Bambang, lebih baik dan tepat berkoalisi dengan PDIP. "Menurut saya, Golkar merapat ke PDIP itu sudah tepat," pungkasnya.
http://www.republika.co.id/berita/pe...jebakan-batman
Dan Posisi Puan Maharani pun semakin Kuat gantikan JK?
Quote:
Jokowi
Puan Maharani Yang Jadi Cawapres Jokowi?
17 Mei 2014, 11:50 WIB
Bisnis.com, SOLO – Sehari setelah Ketua DPC PDIP yang juga Wali Kota Solo Hadi Rudyatmo, Sabtu (17/5/2014) mengumumkan pengunduran diri sebagai Ketua DPC PDIP, Rudy mengeluarkan pernyataan terkait Cawapres Jokowi.
Rudy secara tegas menolak Puan Maharani, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (BPP) PDIP sebagai cawapres Jokowi. Rudy mengatakan atas nama pribadi dia menolak keras pencapresan Puan Maharani. “Mestinya cawapres itu dari luar PDIP. Masak PDIP semua, ambil dari luar PDIP yang masuk koalisi,” kata dia seusai membuka acara di SMPN 1 Manahan Solo, Sabtu pagi tadi.
Rudy menyayangkan adanya orang-orang pembisik di sekitar Puan Maharani yang mendorongnya untuk maju sebagai cawapres. Dia mengatakan menjelang detik-detik pengumuman cawapres Jokowi, dia akan menyampaikan saran kepada PDIP siapa yang pantas mendampingi Jokowi. “Ya bisa dari militer dari sipil. Yang jelas jangan dari PDIP,” katanya kepada wartawan ketika didesak siapa cawapres yang pantas mendampingi Jokowi.
Pada bagian lain, Rudy juga menegaskan pengunduran dirinya yang disampaikan Jumat (16/5/2014) lalu tidak ada kaitannya dengan penolakan Puan sebagai cawapres. Sebagaimana diketahui pada Kamis (15/5/2014), Jokowi yang bertandang ke Solo mengadakan pertemuan tertutup selama setengah jam dengan Rudy di Loji Gandrung. Keesokan harinya, Rudy mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua DPC PDIP.
Pengunduran diri ini disampaikan Rudy dengan alasan dia telah gagal mengantarkan caleg Solo ke kursi DPRD Provinsi Jateng. Sementara, pagi tadi Rudy memberi pernyataan tegas menolak Puan sebagai cawapres Jokowi. Rudy menyatakan dalam pertemuan dengan Jokowi Kamis lalu, Jokowi tidak menyebutkan nama cawapresnya. “Ya yang dibicarakan hanya mengenai kriteria cawapres itu saja tidak ada nama,” kilahnya.
http://surabaya.bisnis.com/read/2014...awapres-jokowi
Pengamat:
Hubungan Keluarga di Parpol Indonesia Mendominasi
Sabtu, 17 Mei 2014 - 17:50
Puan Maharani
Jakarta, Beritaempat.com - Pengamat politik dari Universias Gajah Mada, Yogyakarta, Arie Sudjito, mengatakan, relasi hubungan keluarga di partai-partai politik di Indonesia memang sangat mendominasi. Jadi, untuk hal seperti itu sudah bukan hal yang baru.
Justru yang terbaru, kata Arie, adalah, penyanderaan Jokowi oleh Megawati dengan memunculkan wacana wapres Puan Maharani mendampingi Capres Joko Widodo alias Jokowi.
Di dunia internasional hal itu juga lumrah saja terjadi, begitupun di daerah-daerah di mana keluarga gubernur dan bupati menguasai lini politik.
Peberdaannya, menurut Arie, kalau luar negeri itu keluarga yang mau berperan harus memiliki kompetensi, dari aspek prosedur memenuhi syarat begitu juga dengan komitmen dan integritas, sementara di Indonesia tidak.
“Kontrol publik di sana juga sangat kuat yang sangat berbeda sehingga orang-orang bermasalah pun bisa menjadi pejabat publik. Jadi tidak heran, anak koruptor bisa lolos ke Senayan, Aceng Fikri juga bisa lolos dengan masalahnya,” ungkapnya.
Dengan semua fakta itu, menurutnya, perbedaan era orde baru hanya pada gaya otoriter dan gaya demokrasi, orde baru tertutup, sekarang terbuka, namun coraknya tidak berubah.”Corak dinasti politik, oligarki kekeluargaan tidak berubah hanya suasana politiknya saja kalau dulu otoriter sekarang demokrasi. Struktur demokrasi tapi mind set tetap orde baru. Ini sebenarnya juga harus dilawan sama seperti orde baru dan yang harus melawan yah rakyat dengan melakukanpembangkan supaya kembali ke cita-cita reformasi,” tandasnya.
http://www.beritaempat.com/nasional/...a-mendominasi/
Tak Suka Jokowi dengan Puan Mulai Terungkap
Sabtu, 17 Mei 2014 - 16:08
Jokowi (kiri) dan Puan Maharani
Jakarta, Beritaempat.com - Kabar yang selama ini beredar dan sudah termuat di salah media terbitan ibukota berbahasa Inggris, bahwa Capres Jokowi tidak suka dengan Puan Maharani, karena sempat diusir oleh Puan, mulai berbuah kenyataan.
Berbuah kenyataannya, karena tidak biasanya Jokowi yang selalu mengumbar senyum dan selalu menjawab pertanyaan wartawan, ternyata untuk pertanyaan yang paling sakral itu, tidak seperti biasanya Jokowi menanggapi.
Pertanyaan wartawan hanyalah soal kesetujuan Jokowi bila dipasangkan dengan Puan Maharani. Jokowi sama sekali tidak menjawab dan terlihat senyumannya pun berbeda dengan sebelum-sebelumnya.
Padahal untuk saat ini desakan internal di kalangan PDI-P, justru sangat menguat sebagai pendamping Jokowi adalah Puan Maharani. Tapi Jokowi tetap tidak mau menjawab saat ditanya wartawan markas Seknas Jokowi, Jalan Brawijaya, Jaksel.
Desakan pertanyaan berikutnya pun, Jokowi tetap tidak mau menjawab. Dia hanya tersenyum dan memilih berbincang dengan relawan Seknas Jokowi. Sebelumnya, reaksi yang sama juga ditunjukkan oleh Jokowi saat ditanya mengenai menguatnya nama Puan di kantor pengacara Adnan Buyung Nasution, Jumat (16/5) sore. Ia sempat kaget namun kembali menguasai raut mukanya dan memilih diam.
Berhembusnya nama Puan untuk cawapres Jokowi menjadi menjadi pro kontra di kalangan PDI-P di luar Jakarta. Ada yang meminta Jokowi mencari nama di luar partai namun ada juga yang menilai Puan layak mendampingi Jokowi. Diberitakan sebelumnya menguatnya nama Puan mendapat reaksi negatif dari pengurus cabang PDI-P. Ketua DPC PDI-P Kota Surakarta, Hadi Rudyatmo, menolak keras wacana Puan Maharani menjadi cawapres mendampingi Jokowi.
Jika DPP PDI-P tetap memasangkan Jokowi dengan Puan, Rudy menegaskan tidak akan mendukung pasangan itu dan mengaku siap mendapatkan sanksi apapun dari partainya.Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo yangb dikonfirmasi soal penolakan Puan pun tidak bersedia berkomentar. “Nggak tahu, aku belum baca,” kata Tjahjo ditanya wartawan di kediaman Megawati Soekarnoputri, Sabtu (17/5).
Tjahjo menolak berkomentar karena dirinya tidak mendengar langsung pernyataan Rudyatmo terkait wacana duet Jokowi-Puan. “Belum ketemu, belum tahu dia maunya apa,” lanjut Tjahjo.Dia juga tidak mengetahui respons Puan atas penolakannya. “Nggak tahu, masa aku mewakili mba Puan,” ujarnya.
http://www.beritaempat.com/nasional/...lai-terungkap/
Siapa yang Paling Realistis untuk Cawapres Jokowi?
Minggu, 18/05/2014 04:19 WIB
Jakarta - Capres PDIP Joko Widodo menyebut inisial J dan A sebagai kandidat cawapresnya. 2 nama ini disebut-sebut merujuk pada putra Makassar, Jusuf Kalla (JK) dan Abraham Samad. Menurut pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, JK memiliki berbagai faktor yang tidak dimiliki Jokowi. Dengan demikian, JK diharapkan akan mendongkrak dan mengisi kekurangan Jokowi. "Di antara 2 inisial itu, pilihan paling relaistis untuk Jokowi adalah JK," kata Yunarto saat dihubungi detikcom, Sabtu (17/5/2014).
Menurut Yunarto, sebagai mantan wakil presiden, JK dapat menutupi kekurangan Jokowi yang belum berpengalaman di parlemen. Sebagai tokoh lama, JK juga dinilai dapat mengimbangi kekurangan Jokowi yang merupakan tokoh muda. "Di sisi lain banyak pihak yang mengkhawatirkan JK karena dia berasal dari pengusaha. Dalam logika, politik jika disandingkan dengan ekonomi akan berbahaya," katanya.
Perbedaan usia JK yang jauh di atas Jokowi juga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik interest. Namun demikian, faktor-faktor kelemahan tersebut dinilai tidak akan mengurangi ketertarikan masyarakat pada pasangan Jokowi-JK."Meski memiliki banyak kekurangan, pilihan paling ideal adalah JK," tutupnya.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...jokowi?9922032
-----------------------------
JK akan dipilih Megawati karena berharap dukungan poltik Golkar atau Ical. Maka dengan larinya Ical ke SBY untuk bikin koalisi sendiri, secara politik berarti dukungan Golkar akan diberikan ke Demokrat/SBY, bukan lagi ke JK. Lalu apa perlunya bagi Megawati memilih JK sekarang? Nothing!
