Wali Kota Tri Rismaharini meminta kepada ormas Islam untuk tidak ikut turun dalam penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak. Sebab, Risma ingin menjaga kondisi Surabaya tetap kondusif.
"Nyuwon tolong atas nama pribadi dan walikota, saya mohon para ustad tidak bergerak dulu, jangan gerak dulu. Saya mohon tidak ada gerakan," ungkap Risma di depan belasan para pimpinan 58 ormas Islam di ruang kerja, Balai Kota Surabaya, Rabu (14/4/2014).
"Saya akan mencoba selesaikan dulu. Saya tidak ingin kemudian ada gesekan, saya harus menjaga kondisi Kota Surabaya. Saya yakin para kyai, saya yakin niatnya baik, saya mohon doanya dulu mohon didoakan saja," kata Risma.
Risma juga meyakinkan belasan perwakilan pimpinan ormas yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB,) jika penutupan lokalisasi yang sudah direncanakannya tidak berdasarkan emosi dan akan berhasil tanpa kekerasan.
"Saya yakin, Insya Allah bukan berdasarkan emosi tapi berdasarkan mengangkat derajat masyarakat disana dalam penutupan ini. Saya yakin Allah pasti bantu saya. Percados to kyai (Percaya kan kyai)," imbuh Risma yang diamini para pimpinan ormas.
Selain itu, walikota perempuan pertama di Indonesia ini juga mengaku tidak mudah untuk menutup dua lokalisasi tersebut. Namun Risma yakin niat baiknya akan dibantu oleh Allah. "Saya tahu tidak mudah, tapi insya Allah, Allah akan bantu karena niat kita baik. Ini memang saya taruh di terakhir karena memang berat tapi insya Allah saya bisa," harapnya.
Walikota yang diusung PDIP ini juga mengngkapkan penutupan lokalisasi tidak mudah dan murah. Ia mencontohkan, penutupan lokalisasi Sememi, Pemkot mengeluarkan anggaran Rp 30 miliar.
"Memang tidak mudah dan tidak murah, Sememi habisnya Rp 30 miliar karena disana kami bangun pasar, taman, sentra ekonomi, kita bangun semua tahun ini. Dolly rencananya juga begini, mereka bisa berdagang, kalau ada lahan luas kita buatkan pasar. Ini tidak hanya tangani PSK dan mucikari tapi semuanya," pungkas Risma.
sumber