- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Panji Mabok Ngidol Mamah!


TS
spongedictator
Panji Mabok Ngidol Mamah!
WKAKAKAKAKA maap ya agan-agan sama aganwati, ini cuman cerita dari saya yang lagi mabok-maboknya ngidol
maap kalo ceritanya gak lucu, pokoknya baca ini bisa menyebabkan muntaber dan komplikasi-komplikasi lainnya~
akakakakakak
==================================================
MARI BERKENALAN!
Melody.
Siapa coba yang tidak kenal idol grup yang beranggotakan lima remaja cewek yang yang kini tengah naik daun itu. Coba tanya pada orang-orang yang lewat di halte bus, pasti mereka semua bisa menjawab siapa-siapa saja yang menjadi anggota idol grup ini. Begitu juga dengan pemuda tanggung yang kini tengah duduk di depan komputer yang menyala dari pagi sambil cengar-cengir bego memandangi video klip musik yang diputarnya berulang-ulang.
Dia, Panji Julianto, atau yang sering disingkat sebagai Panjul oleh sang mama.
“Nana-chan, urang bogoh ka maneh.” Panjul—maksudnya—Panji hampir ileran saat melihat wajah putih mulus bling-bling bersinar milik salah satu personil Melody.
Nana-chan.
Seorang kapten idol grup dengan nama Melody yang mempunyai senyum menawan aduhai dengan gingsul di bagian kiri di atas gigi taring ditambah dengan pipi chubby putih membuatnya terlihat begitu unyu luar biasa.
Panji sengaja menyetop video yang tengah diputar tepat saat di mana Nana tengah berpose imut. Seperti kata pepatah, 'memandangi wajahmu yang seperti bintang bersinar terang daku tidak akan pernah bosan'. Anak itu hampir saja menciumi layar monitor sebelum suara teriakan membahana menyadarkannya.
“PANJUL! BAJU SEKOLAH LU BELOM DISETRIKA!”
Itu pasti si mama. Panji misuh-misuh sendiri saat kegiatan yang sangat dicintainya (baca: ber-fanboying terhadap Nana) diinterupsi.
“Iyah, mamah, Panji setrika sekarang.”
Sebelum Panji beranjak dari kursi, sempat-sempatnya anak itu berikan sebuah flying kiss pada si (gambar) Nana pada layar monitor.
“My future wife, tunggu abang sayang. Kakanda mau mengerjakan tugas mulia, ini demi kehidupan kita di masa depan.” Kata Panji serius sambil lalu.
Sepertinya Panji sudah cocok menjadi penghuni rumah sakit jiwa.
Dengan langkah gontai Panji keluar dari kamar—yang sering disebut olehnya sebagai markas rahasia—kemudian berjalan menuju ruang tamu, tempat di mana sang mama tercinta yang sedang fokus nonton infotainment.
“MAH! SEBENTAR! JANGAN DIGANTI! SETOOOP!” tanpa tedeng aling-aling Panji melompat ke atas sofa dan menjerit-jerit anarkis sambil tangannya menunjuk-nunjuk televisi.
Untung saja mamanya tidak punya riwayat sakit jantung, kalau tidak bisa dipastikan sang mama tercinta bisa pingsan dengan mulut megap-megap.
Tapi paling tidak tindakan brutal anak sulungnya barusan berhasil membuatnya refleks melemparkan remote TV ke muka ganteng sang anak tecinta.
Panji sih anteng saja saat jidatnya benjol nyut-nyutan berkat sambitan remote dari si mama. Anak itu malah duduk dengan khusyuk sambil matanya memelototi tayangan infotainment yang tengah menampilkan sang his future wife (Baca: Nana Melody).
“Panji.” Panggil si mama.
Si Panji masih anteng.
“Panji.” Si mama memanggil lagi.
Panji sekarang malah mesem-mesem.
“Panjul.” Si mama merubah nama panggilannya.
Emang dasar si Panji yang agak bolot atau apa, anak itu masih serius melihat tayangan berita. Padahal jarak antara dia dengan si mama cuma semeter kurang.
Baru saja si mama berniat untuk menjotos si anak sulung, ternyata berita yang menampilkan Nana Melody sudah selesai membuat Panji kembali pada mode sadar.
“Ya, mamah.” Sahut Panji kalem, “Makasih mamah udah mau minjemin tipi-nya, Panji sayang mamah.”
Si mama melongo. Anaknya ini memang terkadang suka bertindak di luar batas manusia normal, padahal seingatnya Panji bukan termasuk golongan darah AB.
“Ada baju lain yang mau disetrika selain baju Panji?”
Belum lagi si mama sadar dari keterkejutannya, si Panji malah bilang sesuatu yang menurutnya cuma bisa terjadi dua kali setahun; yaitu cuma di saat hari ibu dan di ulang tahun si mama tercinta sendiri.
“Panji, kamu sakit nak?” tanya si mama khawatir. Bagaimana tidak khawatir pasalnya Panji itu anak yang cuek dan pemalas parah. Dia bahkan pernah tidak mencuci sepatu sekolahnya selama dua bulan, dan akhirnya sepatu itu bersih sendiri karena basah kena hujan.
“Panji sehat kok mamah, cuman kata Nana-chan tadi, dia suka sama cowok yang suka menolong.” Jawab Panji sambil tersenyum lembut.
Apa hubungannya, Panji? Dahi si mama bekerut dua belas. Absurd benar anaknya ini. Dia tidak ingat pernah makan kodok pas dia ngidam.
“Oh, oke deh. Tuh di lemari baju bapak, mamah, sama Putri belum mamah setrika.”
“Siap Kanjeng Ndoro Gusti Putri, matur nuwun.”
”Heee????”
“Kata Nana-chan juga dia suka bahasa Jawa.”
Si mama bengong. Panji, kamu sadar tidak kalau kamu itu orang Padang?
-oOo-


==================================================
MARI BERKENALAN!
Melody.
Siapa coba yang tidak kenal idol grup yang beranggotakan lima remaja cewek yang yang kini tengah naik daun itu. Coba tanya pada orang-orang yang lewat di halte bus, pasti mereka semua bisa menjawab siapa-siapa saja yang menjadi anggota idol grup ini. Begitu juga dengan pemuda tanggung yang kini tengah duduk di depan komputer yang menyala dari pagi sambil cengar-cengir bego memandangi video klip musik yang diputarnya berulang-ulang.
Dia, Panji Julianto, atau yang sering disingkat sebagai Panjul oleh sang mama.
“Nana-chan, urang bogoh ka maneh.” Panjul—maksudnya—Panji hampir ileran saat melihat wajah putih mulus bling-bling bersinar milik salah satu personil Melody.
Nana-chan.
Seorang kapten idol grup dengan nama Melody yang mempunyai senyum menawan aduhai dengan gingsul di bagian kiri di atas gigi taring ditambah dengan pipi chubby putih membuatnya terlihat begitu unyu luar biasa.
Panji sengaja menyetop video yang tengah diputar tepat saat di mana Nana tengah berpose imut. Seperti kata pepatah, 'memandangi wajahmu yang seperti bintang bersinar terang daku tidak akan pernah bosan'. Anak itu hampir saja menciumi layar monitor sebelum suara teriakan membahana menyadarkannya.
“PANJUL! BAJU SEKOLAH LU BELOM DISETRIKA!”
Itu pasti si mama. Panji misuh-misuh sendiri saat kegiatan yang sangat dicintainya (baca: ber-fanboying terhadap Nana) diinterupsi.
“Iyah, mamah, Panji setrika sekarang.”
Sebelum Panji beranjak dari kursi, sempat-sempatnya anak itu berikan sebuah flying kiss pada si (gambar) Nana pada layar monitor.
“My future wife, tunggu abang sayang. Kakanda mau mengerjakan tugas mulia, ini demi kehidupan kita di masa depan.” Kata Panji serius sambil lalu.
Sepertinya Panji sudah cocok menjadi penghuni rumah sakit jiwa.
Dengan langkah gontai Panji keluar dari kamar—yang sering disebut olehnya sebagai markas rahasia—kemudian berjalan menuju ruang tamu, tempat di mana sang mama tercinta yang sedang fokus nonton infotainment.
“MAH! SEBENTAR! JANGAN DIGANTI! SETOOOP!” tanpa tedeng aling-aling Panji melompat ke atas sofa dan menjerit-jerit anarkis sambil tangannya menunjuk-nunjuk televisi.
Untung saja mamanya tidak punya riwayat sakit jantung, kalau tidak bisa dipastikan sang mama tercinta bisa pingsan dengan mulut megap-megap.
Tapi paling tidak tindakan brutal anak sulungnya barusan berhasil membuatnya refleks melemparkan remote TV ke muka ganteng sang anak tecinta.
Panji sih anteng saja saat jidatnya benjol nyut-nyutan berkat sambitan remote dari si mama. Anak itu malah duduk dengan khusyuk sambil matanya memelototi tayangan infotainment yang tengah menampilkan sang his future wife (Baca: Nana Melody).
“Panji.” Panggil si mama.
Si Panji masih anteng.
“Panji.” Si mama memanggil lagi.
Panji sekarang malah mesem-mesem.
“Panjul.” Si mama merubah nama panggilannya.
Emang dasar si Panji yang agak bolot atau apa, anak itu masih serius melihat tayangan berita. Padahal jarak antara dia dengan si mama cuma semeter kurang.
Baru saja si mama berniat untuk menjotos si anak sulung, ternyata berita yang menampilkan Nana Melody sudah selesai membuat Panji kembali pada mode sadar.
“Ya, mamah.” Sahut Panji kalem, “Makasih mamah udah mau minjemin tipi-nya, Panji sayang mamah.”
Si mama melongo. Anaknya ini memang terkadang suka bertindak di luar batas manusia normal, padahal seingatnya Panji bukan termasuk golongan darah AB.
“Ada baju lain yang mau disetrika selain baju Panji?”
Belum lagi si mama sadar dari keterkejutannya, si Panji malah bilang sesuatu yang menurutnya cuma bisa terjadi dua kali setahun; yaitu cuma di saat hari ibu dan di ulang tahun si mama tercinta sendiri.
“Panji, kamu sakit nak?” tanya si mama khawatir. Bagaimana tidak khawatir pasalnya Panji itu anak yang cuek dan pemalas parah. Dia bahkan pernah tidak mencuci sepatu sekolahnya selama dua bulan, dan akhirnya sepatu itu bersih sendiri karena basah kena hujan.
“Panji sehat kok mamah, cuman kata Nana-chan tadi, dia suka sama cowok yang suka menolong.” Jawab Panji sambil tersenyum lembut.
Apa hubungannya, Panji? Dahi si mama bekerut dua belas. Absurd benar anaknya ini. Dia tidak ingat pernah makan kodok pas dia ngidam.
“Oh, oke deh. Tuh di lemari baju bapak, mamah, sama Putri belum mamah setrika.”
“Siap Kanjeng Ndoro Gusti Putri, matur nuwun.”
”Heee????”
“Kata Nana-chan juga dia suka bahasa Jawa.”
Si mama bengong. Panji, kamu sadar tidak kalau kamu itu orang Padang?
-oOo-


anasabila memberi reputasi
1
4.2K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan