Ketika Bos Manchester United Sir Alex Fergusson - manajer paling sukses dari sebuah tim sepak bola Inggris dalam beberapa dekade - mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Mei 2013, itu menghasilkan lebih dari 1,4 juta Twitter dalam satu jam pertama.
Jadi apa pelajaran pelajaran yang bisa kita ambil dari Icon olahraga ini. Berikut ini adalah Sembilan pelajaran kepemimpinan dari Sir Alex Fergusson:

1. Fokus pada keuntungan jangka panjang
Alex Fergusson memerlukan waktu tujuh tahun (1986-1993) sebelum timnya memenangkan Premiership. Dapatkah kamu membayangkan manager manager tim besar sekarang ini di berikan bahkan hanya setengah dari waktu tersebut untuk membuktikan diri mereka? Atau bisakah kamu membayangkan komisaris komisaris perusahaan memberikan waktu tujuh tahun kepada CEO mereka untuk mencapai target? Kita patut memberikan kredit besar kepada komisaris Manchester United yang tetap memberikan kepercayaan kepada Fergusson begitu lama. Tetapi Fergusson sendiri juga adalah seorang pemikir jangka panjang. Ia menginvestasikan dalam tim tim pemain muda dan pencarian pencarian bakat dari pada hanya membeli pemain pemain bintang saat itu.


2. Mempunyai kapasitas untuk pembaharuan.
Banyak pemimpin adalah sandera dari kesuksesan mereka sebelumnya - mereka tetap bertahan pada investasi investasi mereka (contohnya pemain pemain bintang mereka) dan cara cara bekerja mereka (misalnya formasi tim dan strategy), dan cepat atau lambat mereka akan di lewati oleh kompetitor dengan ide yang lebih baru dan baik. Ferguson adalah master pembaharuan. Ia menjual pemain pemain terkenalnya, sering ketika masih dalam kondisi terbaik mereka, dan ia berexperimen dengan pemain muda yang belum teruji.

3. Hadapi realita sulit dan selesaikan masalah masalah secara langsung.
Sebagai anak seorang pembuat kapal dari Glasgow, Ferguson di tempa sebagai pemain sepak bola di Skotlandia. Karir 17 tahunnya relatif tidak spektakuler. Dia mengingat kembali "Kesulitan kesulitan itu memberikan rasa tekad yang telah membentuk hidupku. Saya telah memutuskan untuk tidak pernah menyerah. "
Ketika ia menjadi manajer Manchester United pada tahun 1986 , realita yang sulit adalah tim ini belum pernah memenangkan liga sepak bola selama 26 tahun - Ferguson juga merasa tertekan oleh tingkat kebugaran pemainnya dan khawatir bahwa mereka minum terlalu banyak. Namun, Alex Fergusson melakukan sesuatu yang ia akan berkali-kali lakukan di tahun kemudian yaitu ia menarik kekuatan dari keterpurukan, mengelola untuk meningkatkan disiplin dan meningkatkan hasil.
Sebuah pelajaran penting bagi para CEO tidak membiarkan masalah menjadi bernanah tetapi segera untuk menangani mereka. Ferguson mengatakan :
"Tidak ada yang suka dikritik. Tapi di ruang ganti, penting bagi Anda untuk menunjukkan kesalahan pemain'. Saya melakukannya dengan segera setelah pertandingan. Saya tidak menunggu sampai Senin, saya segera melakukannya dan itu langsung selesai. Kemudian aku fokus ke pertandingan berikutnya . "

4. Hanya menerima kemenangan.
"Saya tidak pernah bermain untuk hasil imbang dalam hidup saya" dan dengan 49 Piala, 13 gelar Premier League dan dua Piala Eropa, itu merupakan bukti perkataanya. Dia telah terinspirasi oleh gairah, meyakinkan pemain bahwa mereka dapat mendorong penampilan mereka hingga menembus dinding batu bata.


5. Tidak seorangpun lebih besar dari tim
Sebagian besar kesuksesan Fergusson adalah kemampuannya untuk melihat bakat dan memelihara dari dalam. Dia mengubah pemain yang suka memamer kehebatannya seperti Christiano Ronaldo menjadi pemain tim. Ia juga memberikan tempat kepada pemain berbakat yang susah di atur seperti Eric Cantona. Kejeniusan Ferguson adalah membuat semua orang mengerti bahwa kemuliaan dan kekayaan yang mereka nikmati mengalir dari kemauan mereka menjadi bagian dari tim pemenang. Tidak peduli betapa besar bintang dirimu. Tim selalu lebih besar.
CEO harus menerapkan ini pada tim papan atas mereka dan menangani lebih tegas pada individu individu besar yang bisa menjadi perusak semangat tim dan budaya perusahaan.

6. Mencapai loyalitas melalui figur seorang bapa
Ferguson adalah seorang yang keras tetapi ia adil. Style managemen Alex Fergusson bukan kesukaan semua orang. Ia mempunyai temprament buruk sehingga ada julukan legenda "HairDryer atau pengering rambut". Di ruang ganti ia sering mengkonfrontasi para pemain pemain yang bermain di bawah performa dengan kekuatan dan keterusterangan yang dikatakan bisa mengeringkan rambutnya.
Tetapi cara keras tapi adil ini sangat effektif dan yang paling penting hampir semua mantan pemain pemainnya mengatakan mereka menghormati caranya. Pada akhirnya, Ferguson bermaksud membangun pemainnya bukan membuat mereka jatuh.
"Tidak ada ruang untuk kritik di lapangan. Untuk seorang pemain - dan untuk setiap manusia - tidak ada yang lebih baik daripada mendengar kata ' Well done ' (Bagus sekali). Itu adalah dua kata yang terbaik yang pernah diciptakan dalam olahraga " Apapun yang terjadi di dalam ruang ganti, dia selalu membela timnya di luar" . Tidak ada gunanya mengkritik pemain selamanya. Dan aku tidak pernah mendiskusikan pemain individu kepada orang luar. Para pemain tahu itu. Ini tetap di dalam ruangan. "
Fergusson sebenarnya menangani remaja remaja bertalenta tinggi dengan gaji terlalu tinggi, dan mereka tidak terlalu pintar. Tetapi ia menciptakan sebuah cara kerja dimana ia adalah seorang pelatih, seorang bos dan seorang ayah. Kalau kamu menangani sebuah grup ilmuwan lulusan PHD atau insinyur software maka kamu harus mencari cara lain untuk memotivasi mereka.

7. Kerja keras dan tetap segar
Ferguson terkenal karena etos kerjanya dan juga sesi latihannya di jam 7 pagi. Ia mengatakan:
"Saya mengatakan kepada pemain bahwa kerja keras adalah bakat juga. Mereka perlu bekerja lebih keras daripada orang lain." Ia juga mengatakan:
"Kebugaran mental dan fisik adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Ini yang berlaku di dalam segala hal, bukan hanya olahraga. Saya pikir Anda tidak akan dapat melakukan kerja yang mempunyai tekanan tinggi tanpa fit secara fisik ... ada saat-saat aku bisa melihat [pemimpin] yang mulai lelah, dan aku berpikir dia mungkin melakukan terlalu banyak, tidak mendelegasikan, tidak menyebarkan beban."
Hanya ketika mereka menerapkan wawasan ini, seorang CEO dapat secara konsisten melakukan yang terbaik.
"Kemampuan menganalisis situasi dan kemudian memutuskan apa yang harus dilakukan adalah bagian penting dari pekerjaan papan atas. Demikian juga kemampuan mencapai keputusan yang tepat di bawah tekanan. "

8. Membangun sebuah institusi kekal dimana orang orang ingin menjadi bagiannya.
Ferguson mengatakan kepada Harvard Business School bahwa inti kesuksesannya di Manchester United sedang membangun sebuah " klub " dan bukan hanya membangun sebuah " tim" untuk bertahan hidup :
" Pikiran pertama 99 % manajer baru adalah untuk memastikan tim mereka menang - untuk bertahan hidup . Mereka membawa masuk pemain berpengalaman, sering dari klub mereka sebelumnya. Tapi saya pikir lebih penting untuk membangun struktur sebuah klub sepak bola, bukan hanya tim sepak bola. Anda perlu sebuah pondasi.
Dan tidak ada yanglebih baik daripada melihat pemain muda berhasil masuk ke tim utama. Idenya adalah bahwa para pemain muda berkembang dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh para pemain yang lebih tua.

9. Pergi di saat puncak karirnya.
Banyak pemimpin yang tetap bertahan pada pos mereka jauh setelah masa terbaik mereka lewat. Ini menyebabkan kekuatiran dan itu sering berimbas pada stagnasi dan kehancuran. Ferguson dengan cerdik memilih dia pergi sebelum ada yang memintanya untuk pergi.
Keliatannya seperti ia telah meninggalkan organisasi itu dalam keadaan yang baik juga. Bibit bibit muda juga siap dipanen. Pergi di saat puncak karir itu pintar tetapi lebih pintar lagi melakukannya dengan cara yang di atur sedemikian rupa untuk kesuksesan orang yang melanjutkannya.

Kalau Agan Agan Suka Dengan Posting Ini. Visit Web Site Kami Dan Facebook Kami. Bantu Like dan Share Yah!

www.PictureOfWisdom.com

Facebook: Picture of Wisdom