- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jangan Remehkan Yang Ini Gan [Cekidot]


TS
LinHerdina
Jangan Remehkan Yang Ini Gan [Cekidot]
Ternyata ya gan, masih ada aja kesempatan untuk Golkar mengalahkan PDIP dan Gerindra. Emang sih PDIP menang dengan elektabilitas Jokowinya yang diatas lainnya, Gerindra juga menang karena sudah mendapatkan Hatta dari PAN, tapi eh tapi Golkar masih belum menyerah gan, masih ada Demokrat di ujung sana yang lagi asik mojok 
Ane yakin gan kalo ARB dipasangin sama Anies, beuuuh Jokowi sama Prabowo lewaaat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arah koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 semakin jelas. Beberapa partai politik sudah merapat ke partai tertentu mengusung salah satu calon. Dari semua partai politik yang ada, tinggal Partai Golkar, Demokrat dan Hanura yang belum menentukan sikap.
Jika tiga partai terakhir ini berkoalisi maka cukup potensial memenangi pemilu. “Golkar, Demokrat dan Hanura itu 30,2 persen. Kekuatannya seimbang dengan PDIP, PKB dan Nasdem 34,71 persen juga Gerindra, PAN, PKS dan PPP 32,72 persen,” kata Ketua Perhimpunan Pemilu Damai Indonesia Indrawan, di Jakarta, Senin (12/5).
Ia mengatakan, jika gabungan Partai Golkar, Demokrat dan Hanura mampu malahirkan pasangan yang ideal, besar kemungkinan bisa kalahkan pasangan lain. Pasalnya, hingga kini masyarakat masih menunggu pasangan masing-masing capres dalam menentukan pilihan.
“Posisi cawapres vital. Karena berdasarkan survei, banyak yang belum menentukan pilihan. Rata-rata hanya menilai sesuai tingkat kesukaan pada capres,” ujarnya. Karena itu, kata Indrawan, beberapa nama pasangan bisa ditawarkan untuk memberi alternatif baru.
Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie bisa dipasangkan dengan capres Partai Demokrat hasil konvensi. “Misalnya ARB-Pramono Edhie atau ARB-Anies Baswedan. Pasangan ini cukup ideal, kombinasi jawa dan luar jawa,” tuturnya.
Indrawan melanjutkan, kekuatan pasangan tersebut bertambah dahsyat dengan peran aktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab menurutnya, pengaruh SBY masih sangat kuat dalam memengaruhi perilaku pemilih.
“Demokrat partai penguasa. Dan kharisma SBY tetap berpengaruh. Ditambah program pemerintahannya seperti Raskin, PNPM Mandiri, KUR, BOS, Jamkesmas sangat dirasa rakyat kecil,” jelas Indrawan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Dinamika politik nasional setelah penetapan hasil Pemilu Legislatif 2014 diketahui masih sangat cair. Beberapa partai telah menyatakan diri bergabung ke poros tertentu, tetapi partai lain masih belum mengambil sikap, salah satunya Partai Golkar.
Partai Golkar mendapat suara signifikan pada pemilu tahun ini, yakni 14 persen suara nasional. Jumlah itu terbanyak kedua setelah PDI Perjuangan, yang mendapat sekitar 18 persen suara sah nasional.
Meski menjadi partai kedua dengan perolehan suara terbanyak, partai yang dipimpin Aburizal Bakrie itu seperti masih bingung menentukan sikap. "Kita masih yakin, kita akan ada di satu posisi, bergabung dengan poros kuat, atau membangun poros baru," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Tantowi Yahya di Kompleks Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (12/5/2014).
Menurut Tantowi, saat ini ada dua poros yang dianggap paling kuat di arena pemilu presiden. Selain poros PDI-P yang mengusung Joko Widodo, poros Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto akan menjadi pesaing kuat. Namun, menurut Tantowi, masih sangat mungkin bagi Golkar untuk memimpin poros baru. Pasalnya, masih ada beberapa partai yang belum bersikap jelas, salah satunya Partai Demokrat.
"Politik itu serba mungkin, masih ada partai besar yang belum menentukan sikap seperti Demokrat. Itu bisa jadi alternatif," ujarnya.
Tantowi mengatakan, yang paling realistis untuk Golkar saat ini adalah bergabung dengan salah satu poros, yakni PDI-P atau Gerindra. Alasannya adalah karena dua poros itu dianggap paling kuat di Pilpres 2014. Jika wacana itu ingin ditanggapi serius, maka semuanya harus diputuskan melalui forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar yang rencananya akan digelar di akhir pekan ini.
"Semua ada plus-minusnya, terutama dalam situasi sekarang ini yang sudah sangat berbeda dengan situasi sebulan lalu," ucapnya.
Di lokasi yang sama, Ketua DPP Partai Golkar Firman Subagyo mengatakan bahwa Golkar masih terus mengamati suasana politik terkini. Ia menyatakan, bukan tidak mungkin Golkar menunggu kondisi politik jelang penutupan masa penutupan pendaftaran capres/cawapres. Menurut Firman, ada juga usulan agar Golkar memunculkan nama baru untuk diusung menjadi pendamping bakal capres tertentu.
"Politik itu dinamis, apakah tetap capres, cawapres, atau bergabung di kekuatan besar, last minute bisa berubah," kata Firman.
Sejauh ini Golkar telah melakukan komunikasi politik dengan Partai Gerindra, PDI-Perjuangan, Partai Hanura, hingga Partai Demokrat. Namun, kepastian koalisi itu belum juga diambil dan kemungkinan besar akan ditetapkan di dalam forum rapimnas sebagai "tikungan" terakhir sebelum mencapai garis akhir.
Jakarta - Partai Golkar dan Partai Demokrat sama-sama belum punya mitra koalisi. Partai yang menempati peringkat kedua dan keempat dalam Pileg ini sangat potensial bila berkoalisi dan mengusung capres sendiri sebagai alternatif dari yang ada sekarang.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris menilai kalau Demokrat dan Golkar bisa berkoalisi maka akan jadi kekuatan baru tersendiri dalam Pilpres nanti. "Kuncinya sekarang di Golkar apakah mau berkoalisi," kata Syamsuddin ketika dihubungi detikcom, Senin (12/5/2014).
Syamsuddin berpendapat Golkar bisa mendukung hasil konvensi capres Demokrat untuk diusung dalam Pilpres. Jika keduanya berkoalisi bisa memunculkan pasangan capres dan cawapres sendiri karena perolehan suara Golkar dan Demokrat kalau disatukan mencapai sekitar 25 persen lebih. "Idealnya tiga atau empat pasangan supaya masyarakat punya pilihan yang lebih," peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI ini.
Juru bicara Partai Golkar Tantowi Yahya menyatakan koalisi dengan partai apapun sampai saat ini masih terbuka. "Posisi capres ataupun cawapres adalah produk atau kesepakatan dari koalisi tersebut," kata Tantowi saat berbincang dengan detikcom, Senin (12/5/2014).
Partai Golkar saat ini mengesampingkan soal posisi capres dan cawapres yang selama ini menjadi incarannya. "Jadi yang penting sekarang koalisinya," ujar Tantowi.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golkar ini tak menepis adanya opsi untuk mendorong munculnya kaum muda sebagai capres atau cawapres. "Bisa saja," ucap anggota Komisi I DPR ini.
Tantowi juga mengatakan partainya tidak menutup kemungkinan untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat terkait hasil konvensi capres dari Demokrat yang sebentar lagi bakal diumumkan. "Kan semua serba mungkin di politik," tutur dia.

Ane yakin gan kalo ARB dipasangin sama Anies, beuuuh Jokowi sama Prabowo lewaaat

Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arah koalisi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 semakin jelas. Beberapa partai politik sudah merapat ke partai tertentu mengusung salah satu calon. Dari semua partai politik yang ada, tinggal Partai Golkar, Demokrat dan Hanura yang belum menentukan sikap.
Jika tiga partai terakhir ini berkoalisi maka cukup potensial memenangi pemilu. “Golkar, Demokrat dan Hanura itu 30,2 persen. Kekuatannya seimbang dengan PDIP, PKB dan Nasdem 34,71 persen juga Gerindra, PAN, PKS dan PPP 32,72 persen,” kata Ketua Perhimpunan Pemilu Damai Indonesia Indrawan, di Jakarta, Senin (12/5).
Ia mengatakan, jika gabungan Partai Golkar, Demokrat dan Hanura mampu malahirkan pasangan yang ideal, besar kemungkinan bisa kalahkan pasangan lain. Pasalnya, hingga kini masyarakat masih menunggu pasangan masing-masing capres dalam menentukan pilihan.
“Posisi cawapres vital. Karena berdasarkan survei, banyak yang belum menentukan pilihan. Rata-rata hanya menilai sesuai tingkat kesukaan pada capres,” ujarnya. Karena itu, kata Indrawan, beberapa nama pasangan bisa ditawarkan untuk memberi alternatif baru.
Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie bisa dipasangkan dengan capres Partai Demokrat hasil konvensi. “Misalnya ARB-Pramono Edhie atau ARB-Anies Baswedan. Pasangan ini cukup ideal, kombinasi jawa dan luar jawa,” tuturnya.
Indrawan melanjutkan, kekuatan pasangan tersebut bertambah dahsyat dengan peran aktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebab menurutnya, pengaruh SBY masih sangat kuat dalam memengaruhi perilaku pemilih.
“Demokrat partai penguasa. Dan kharisma SBY tetap berpengaruh. Ditambah program pemerintahannya seperti Raskin, PNPM Mandiri, KUR, BOS, Jamkesmas sangat dirasa rakyat kecil,” jelas Indrawan.
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com - Dinamika politik nasional setelah penetapan hasil Pemilu Legislatif 2014 diketahui masih sangat cair. Beberapa partai telah menyatakan diri bergabung ke poros tertentu, tetapi partai lain masih belum mengambil sikap, salah satunya Partai Golkar.
Partai Golkar mendapat suara signifikan pada pemilu tahun ini, yakni 14 persen suara nasional. Jumlah itu terbanyak kedua setelah PDI Perjuangan, yang mendapat sekitar 18 persen suara sah nasional.
Meski menjadi partai kedua dengan perolehan suara terbanyak, partai yang dipimpin Aburizal Bakrie itu seperti masih bingung menentukan sikap. "Kita masih yakin, kita akan ada di satu posisi, bergabung dengan poros kuat, atau membangun poros baru," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Tantowi Yahya di Kompleks Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (12/5/2014).
Menurut Tantowi, saat ini ada dua poros yang dianggap paling kuat di arena pemilu presiden. Selain poros PDI-P yang mengusung Joko Widodo, poros Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto akan menjadi pesaing kuat. Namun, menurut Tantowi, masih sangat mungkin bagi Golkar untuk memimpin poros baru. Pasalnya, masih ada beberapa partai yang belum bersikap jelas, salah satunya Partai Demokrat.
"Politik itu serba mungkin, masih ada partai besar yang belum menentukan sikap seperti Demokrat. Itu bisa jadi alternatif," ujarnya.
Tantowi mengatakan, yang paling realistis untuk Golkar saat ini adalah bergabung dengan salah satu poros, yakni PDI-P atau Gerindra. Alasannya adalah karena dua poros itu dianggap paling kuat di Pilpres 2014. Jika wacana itu ingin ditanggapi serius, maka semuanya harus diputuskan melalui forum Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar yang rencananya akan digelar di akhir pekan ini.
"Semua ada plus-minusnya, terutama dalam situasi sekarang ini yang sudah sangat berbeda dengan situasi sebulan lalu," ucapnya.
Di lokasi yang sama, Ketua DPP Partai Golkar Firman Subagyo mengatakan bahwa Golkar masih terus mengamati suasana politik terkini. Ia menyatakan, bukan tidak mungkin Golkar menunggu kondisi politik jelang penutupan masa penutupan pendaftaran capres/cawapres. Menurut Firman, ada juga usulan agar Golkar memunculkan nama baru untuk diusung menjadi pendamping bakal capres tertentu.
"Politik itu dinamis, apakah tetap capres, cawapres, atau bergabung di kekuatan besar, last minute bisa berubah," kata Firman.
Sejauh ini Golkar telah melakukan komunikasi politik dengan Partai Gerindra, PDI-Perjuangan, Partai Hanura, hingga Partai Demokrat. Namun, kepastian koalisi itu belum juga diambil dan kemungkinan besar akan ditetapkan di dalam forum rapimnas sebagai "tikungan" terakhir sebelum mencapai garis akhir.
Quote:
Jakarta - Partai Golkar dan Partai Demokrat sama-sama belum punya mitra koalisi. Partai yang menempati peringkat kedua dan keempat dalam Pileg ini sangat potensial bila berkoalisi dan mengusung capres sendiri sebagai alternatif dari yang ada sekarang.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syamsuddin Haris menilai kalau Demokrat dan Golkar bisa berkoalisi maka akan jadi kekuatan baru tersendiri dalam Pilpres nanti. "Kuncinya sekarang di Golkar apakah mau berkoalisi," kata Syamsuddin ketika dihubungi detikcom, Senin (12/5/2014).
Syamsuddin berpendapat Golkar bisa mendukung hasil konvensi capres Demokrat untuk diusung dalam Pilpres. Jika keduanya berkoalisi bisa memunculkan pasangan capres dan cawapres sendiri karena perolehan suara Golkar dan Demokrat kalau disatukan mencapai sekitar 25 persen lebih. "Idealnya tiga atau empat pasangan supaya masyarakat punya pilihan yang lebih," peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI ini.
Juru bicara Partai Golkar Tantowi Yahya menyatakan koalisi dengan partai apapun sampai saat ini masih terbuka. "Posisi capres ataupun cawapres adalah produk atau kesepakatan dari koalisi tersebut," kata Tantowi saat berbincang dengan detikcom, Senin (12/5/2014).
Partai Golkar saat ini mengesampingkan soal posisi capres dan cawapres yang selama ini menjadi incarannya. "Jadi yang penting sekarang koalisinya," ujar Tantowi.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Golkar ini tak menepis adanya opsi untuk mendorong munculnya kaum muda sebagai capres atau cawapres. "Bisa saja," ucap anggota Komisi I DPR ini.
Tantowi juga mengatakan partainya tidak menutup kemungkinan untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat terkait hasil konvensi capres dari Demokrat yang sebentar lagi bakal diumumkan. "Kan semua serba mungkin di politik," tutur dia.
Quote:
[CENTER]Jika Diusung PD-Golkar, Anies Bisa Taklukkan Jokowi dan Prabowo[/CENTER]
Jakarta - Saat ini dua partai besar yakni Partai Demokrat dan Partai Golkar belum memutuskan arah koalisi ke Pilpres 2014. Jika dua partai ini berkoalisi, bisa jadi lahir capres kuda hitam yang bisa melibas dominasi Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres.
"Capres ketiga bisa terjadi bila Golkar-Demokrat membuat poros baru. Kendati hingga saat ini SBY masih belum mau menerima Ical, dalam politik semua bisa terjadi," kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/5/2014).
Menurut Hendri, bila Golkar-PD membentuk poros baru, ini merupakan poros yang luar biasa. Karena baru 2 partai ini yang memimpin Indonesia lebih dari 1 periode.
"Namun bila poros ini terbentuk, poros ini harus mendorong capres alternatif yang baru dan fresh, bukan produk lama dan bukan pengurus partai," katanya.
"Figur Anies Baswedan sangat layak dipertimbangkan. Figur Anies jelas dapat bersaing dengan figur Jokowi dan Prabowo. Muda, tegas, bersih, pekerja keras dan merakyat ada dalam sosok Anies Baswedan," lanjut Hendri.
Kelak, bila 15 Mei SBY mengumumkan Anies sebagai pemenang konvensi dan sebagai capres PD menurut Hendri, ini akan mengubah konstelasi politik dan citra PD. Siapa yang mendampingi Anies juga tidak sulit dicari. Asal tidak memaksakan Ical sebagai cawapres, poros ini bisa bersaing sengit dengan capres yang ada.
"Figur ekonom atau militer cocok menjadi cawapres Anies, oleh karena itu nama-nama seperti Agus Martowardoyo, Sri Mulyani, Luhut Panjaitan, Pramono Edi, Gita Wirjawan, Abraham Samad dan Rizal Ramli pantas dipertimbangkan sebagai cawapres Anies," kata Hendri.
"Patut diingat, garis politik PDIP dan Gerindra yang sama akan membuat mereka berebut suara yang sama pula. Oleh karena itu kemunculan Anies sebagai capres poros baru sangat berpeluang maju ke putaran kedua," pungkasnya.
Anies Baswedan (45) adalah sarjana ekonomi dari UGM. Pendidikan selanjutnya dia selesaikan di University of Maryland College Park dan Northern Illinois University.
Jakarta - Saat ini dua partai besar yakni Partai Demokrat dan Partai Golkar belum memutuskan arah koalisi ke Pilpres 2014. Jika dua partai ini berkoalisi, bisa jadi lahir capres kuda hitam yang bisa melibas dominasi Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Pilpres.
"Capres ketiga bisa terjadi bila Golkar-Demokrat membuat poros baru. Kendati hingga saat ini SBY masih belum mau menerima Ical, dalam politik semua bisa terjadi," kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan di Jakarta, Senin (12/5/2014).
Menurut Hendri, bila Golkar-PD membentuk poros baru, ini merupakan poros yang luar biasa. Karena baru 2 partai ini yang memimpin Indonesia lebih dari 1 periode.
"Namun bila poros ini terbentuk, poros ini harus mendorong capres alternatif yang baru dan fresh, bukan produk lama dan bukan pengurus partai," katanya.
"Figur Anies Baswedan sangat layak dipertimbangkan. Figur Anies jelas dapat bersaing dengan figur Jokowi dan Prabowo. Muda, tegas, bersih, pekerja keras dan merakyat ada dalam sosok Anies Baswedan," lanjut Hendri.
Kelak, bila 15 Mei SBY mengumumkan Anies sebagai pemenang konvensi dan sebagai capres PD menurut Hendri, ini akan mengubah konstelasi politik dan citra PD. Siapa yang mendampingi Anies juga tidak sulit dicari. Asal tidak memaksakan Ical sebagai cawapres, poros ini bisa bersaing sengit dengan capres yang ada.
"Figur ekonom atau militer cocok menjadi cawapres Anies, oleh karena itu nama-nama seperti Agus Martowardoyo, Sri Mulyani, Luhut Panjaitan, Pramono Edi, Gita Wirjawan, Abraham Samad dan Rizal Ramli pantas dipertimbangkan sebagai cawapres Anies," kata Hendri.
"Patut diingat, garis politik PDIP dan Gerindra yang sama akan membuat mereka berebut suara yang sama pula. Oleh karena itu kemunculan Anies sebagai capres poros baru sangat berpeluang maju ke putaran kedua," pungkasnya.
Anies Baswedan (45) adalah sarjana ekonomi dari UGM. Pendidikan selanjutnya dia selesaikan di University of Maryland College Park dan Northern Illinois University.
0
3.7K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan