- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kok Bisa Ya Gan Orang Kaya Gini? [Masuk Gan]


TS
ridikdik
Kok Bisa Ya Gan Orang Kaya Gini? [Masuk Gan]
Ane baru tau nih gan ternyata begini cara Jokowi cari simpati masyarakat, bener atau engga dia sengaja bikin dirinya dijelek-jelekin biar orang itu simpati sama dia gan, ini sih sama aja kaya penipuan pengemis di pinggir jalan gan 
ane kira semua capres diserang dari pihak lawan, ARB aja sering banget kan diserang lewat isu lumpur lah dan lainnya dari lawannya, tapi kenapa Jokowi sampe segininya ya untuk naikin citra dia dimata masyarakat? duh miris banget sih gan calon pemimpin sekarang
JAKARTA, KOMPAS.com-- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Zaki Mubarak menilai, calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo sedang ingin membangun opini di tengah masyarakat bahwa ia merupakan figur yang sedang terzalimi. Hal itulah yang melatarbelakangi beredarnya gambar "RIP Jokowi" di media sosial dalam sepekan terakhir ini.
"Itu (RIP Jokowi) asalnya ya dari tim sukses Jokowi sendiri. Sejak awal sudah terbentuk desain dari tim Jokowi supaya dikesankan teraniaya, seolah diserang, makanya sampai keluar istilah 'aku rapopo'," kata Zaki saat dihubungi Minggu (11/5/2014).
Menurut Zaki, strategi "politik terzalimi" merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan dukungan dari masyatakat. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia senang memberikan sikap simpati yang besar terhadap orang-orang yang digambarkan teraniaya.
"Budaya politik kita masih seperti itu. Siapa yang dizalimi, selaku teraniaya, mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat. Meski tidak punya program dan visi misi yang jelas," ujarnya.
"Yang disasar dari pencitraan palsu seperti itu (politik terzalimi) adalah masyarakat menengah ke bawah dan pedesaan. Di desa-desa, kuat kesan bahwa Jokowi dizalimi, disakiti. Jokowi membaca itu sehingga bermain pencitraan palsu seolah dizalimi," katanya lagi.
Lebih lanjut, Zaki berpendapat, strategi pencitraan palsu adalah cara yang tidak pantas dilakukan di negara yang tengah menuju menjadi negara demokrasi modern seperti Indonesia. Karena menurutnya, akan lebih sehat jika para kandidat beradu visi misi dan gagasan ketimbang hanya bermain di sisi pencitraan palsu.
Sebelumnya diberitakan, beredar gambar ucapan dukacita untuk Ir Herbertus Joko Widodo. Gambar ini beredar di media sosial, di antaranya Facebook dan Twitter. Pada gambar itu, ada foto Jokowi. Desainnya berupa iklan pengumuman kematian yang sering dimuat di surat kabar.
"Telah meninggal dengan tenang pada hari Minggu 4 Mei 2014 pukul 15.30 WIB, suami, ayah, dan capres kami tercinta satu-satunya," demikian kalimat pembuka pengumuman itu.
Pengumuman dilanjutkan dengan informasi mengenai lokasi “jenazah” Jokowi akan dikebumikan. "Jenazah akan disemayamkan di kantor PDIP Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, dan akan dikremasi pada Selasa 6 Mei 2014."
Sebagai penutup pada pengumuman tersebut, tercantum nama istri Joko Widodo, Iriana Widodo, sebagai pihak yang dikondisikan sebagai pemasang iklan. Selanjutnya, tertulis nama Megawati Soekarnoputri sebagai pihak yang ikut "berdukacita".
"Turut berduka cita: Megawati Soekarno Putri beserta segenap staff, kader, dan Tim Sukses Capres 2014."
Mengenai asal mula gambar ini beredar belum diketahui. Akan tetapi, gambar tersebut mengundang komentar dari pengguna Facebook. Kebanyakan menganggap gambar ini adalah kampanye hitam.
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia Said Salahudin menilai konsep "revolusi mental" yang dicetuskan oleh Joko Widodo kering ide dan tidak ada pemikiran yang luar biasa dari seorang calon pemimpin bangsa.
"Konsep revolusi mental Jokowi itu kering ide. Cuma keren di judulnya saja. Tidak ada pemikiran yang 'maknyos' dari seorang calon pemimpin bangsa," ujar Said Salahudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (12/5).
Menurut dia, konsep "revolusi mental" itu kan cuma berisikan tentang unek-unek Jokowi dan tim pendukungnya saja.
"Itu sesuatu yang sudah biasa kita dengar. Mahasiswa semester I pun fasih kalau sekadar mereview masalah, mengutarakan kegalauan, dan mengutip pemikiran orang lain," ujar dia.
Gagasan besar Jokowi, lanjutnya, dari tema revolusi mental itu justru tidak keluar. Kalau yang dimaksud adalah soal perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin itu kan sudah lama dibicarakan orang. "Sudah sering kita dengar terkait perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin," kata dia.
Kemudian terkait cara melakukannya dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan terus ke lingkungan negara, itu pun sudah "khattam" dipelajari dari Aa' Gym sejak lama. Sebelumnya, capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo mengatakan dalam pembuatan tulisan yang berjudul "Revolusi Mental" dirinya hanya membuat struktur dan poin-poinnya saja secara garis besar.
"Saya kan membuat strukturnya, poin-poinnya, kemudian kita rembug dalam tim, baru kita buat," ujar Joko Widodo kepada wartawan di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar, Minggu (11/5).
JAKARTA- Konsep 'revolusi mental' yang dituangkan oleh bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi) melalui tulisan opini yang di surat kabar nasional Sabtu pekan lalu, dinilai sebagai bentuk kegalauan pribadi Jokowi.
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan, konsep 'revolusi mental' itu hanya sekadar curahan isi hati Jokowi yang juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta itu.
"Itu cuma berisi unek-unek Jokowi dan tim pendukungnya saja. Itu sesuatu yang sudah biasa kita dengar. Mahasiswa semester I pun fasih kalau sekadar me-review masalah, mengutarakan kegalauan, dan mengutip pemikiran orang lain," ungkap Said, Senin (12/5/2014).
Menurutnya, gagasan besar Jokowi dari tema 'revolusi mental' itu justru tidak keluar. Jika yang dimaksud adalah soal perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin lanjut Said, poin tersebut sudah lama dibicarakan orang dan sudah sering terdengar.
"Soal cara melakukannya dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan terus ke lingkungan negara, itu pun sudah khatam kita pelajari sejak lama. Konsep 'revolusi mental' Jokowi itu kering ide. Cuma keren di judulnya saja. Tidak ada pemikiran yang maknyos di situ dari seorang calon pemimpin bangsa," cetusnya.

ane kira semua capres diserang dari pihak lawan, ARB aja sering banget kan diserang lewat isu lumpur lah dan lainnya dari lawannya, tapi kenapa Jokowi sampe segininya ya untuk naikin citra dia dimata masyarakat? duh miris banget sih gan calon pemimpin sekarang

Quote:
Pengamat: Jokowi Ingin Terlihat Terzalimi lewat "RIP Jokowi"
JAKARTA, KOMPAS.com-- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Zaki Mubarak menilai, calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo sedang ingin membangun opini di tengah masyarakat bahwa ia merupakan figur yang sedang terzalimi. Hal itulah yang melatarbelakangi beredarnya gambar "RIP Jokowi" di media sosial dalam sepekan terakhir ini.
"Itu (RIP Jokowi) asalnya ya dari tim sukses Jokowi sendiri. Sejak awal sudah terbentuk desain dari tim Jokowi supaya dikesankan teraniaya, seolah diserang, makanya sampai keluar istilah 'aku rapopo'," kata Zaki saat dihubungi Minggu (11/5/2014).
Menurut Zaki, strategi "politik terzalimi" merupakan cara yang sangat efektif untuk meningkatkan dukungan dari masyatakat. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia senang memberikan sikap simpati yang besar terhadap orang-orang yang digambarkan teraniaya.
"Budaya politik kita masih seperti itu. Siapa yang dizalimi, selaku teraniaya, mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat. Meski tidak punya program dan visi misi yang jelas," ujarnya.
"Yang disasar dari pencitraan palsu seperti itu (politik terzalimi) adalah masyarakat menengah ke bawah dan pedesaan. Di desa-desa, kuat kesan bahwa Jokowi dizalimi, disakiti. Jokowi membaca itu sehingga bermain pencitraan palsu seolah dizalimi," katanya lagi.
Lebih lanjut, Zaki berpendapat, strategi pencitraan palsu adalah cara yang tidak pantas dilakukan di negara yang tengah menuju menjadi negara demokrasi modern seperti Indonesia. Karena menurutnya, akan lebih sehat jika para kandidat beradu visi misi dan gagasan ketimbang hanya bermain di sisi pencitraan palsu.
Sebelumnya diberitakan, beredar gambar ucapan dukacita untuk Ir Herbertus Joko Widodo. Gambar ini beredar di media sosial, di antaranya Facebook dan Twitter. Pada gambar itu, ada foto Jokowi. Desainnya berupa iklan pengumuman kematian yang sering dimuat di surat kabar.
"Telah meninggal dengan tenang pada hari Minggu 4 Mei 2014 pukul 15.30 WIB, suami, ayah, dan capres kami tercinta satu-satunya," demikian kalimat pembuka pengumuman itu.
Pengumuman dilanjutkan dengan informasi mengenai lokasi “jenazah” Jokowi akan dikebumikan. "Jenazah akan disemayamkan di kantor PDIP Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, dan akan dikremasi pada Selasa 6 Mei 2014."
Sebagai penutup pada pengumuman tersebut, tercantum nama istri Joko Widodo, Iriana Widodo, sebagai pihak yang dikondisikan sebagai pemasang iklan. Selanjutnya, tertulis nama Megawati Soekarnoputri sebagai pihak yang ikut "berdukacita".
"Turut berduka cita: Megawati Soekarno Putri beserta segenap staff, kader, dan Tim Sukses Capres 2014."
Mengenai asal mula gambar ini beredar belum diketahui. Akan tetapi, gambar tersebut mengundang komentar dari pengguna Facebook. Kebanyakan menganggap gambar ini adalah kampanye hitam.
Quote:
Pengamat: 'Revolusi Mental' Jokowi Biasa-Biasa Saja
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia Said Salahudin menilai konsep "revolusi mental" yang dicetuskan oleh Joko Widodo kering ide dan tidak ada pemikiran yang luar biasa dari seorang calon pemimpin bangsa.
"Konsep revolusi mental Jokowi itu kering ide. Cuma keren di judulnya saja. Tidak ada pemikiran yang 'maknyos' dari seorang calon pemimpin bangsa," ujar Said Salahudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (12/5).
Menurut dia, konsep "revolusi mental" itu kan cuma berisikan tentang unek-unek Jokowi dan tim pendukungnya saja.
"Itu sesuatu yang sudah biasa kita dengar. Mahasiswa semester I pun fasih kalau sekadar mereview masalah, mengutarakan kegalauan, dan mengutip pemikiran orang lain," ujar dia.
Gagasan besar Jokowi, lanjutnya, dari tema revolusi mental itu justru tidak keluar. Kalau yang dimaksud adalah soal perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin itu kan sudah lama dibicarakan orang. "Sudah sering kita dengar terkait perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin," kata dia.
Kemudian terkait cara melakukannya dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan terus ke lingkungan negara, itu pun sudah "khattam" dipelajari dari Aa' Gym sejak lama. Sebelumnya, capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo mengatakan dalam pembuatan tulisan yang berjudul "Revolusi Mental" dirinya hanya membuat struktur dan poin-poinnya saja secara garis besar.
"Saya kan membuat strukturnya, poin-poinnya, kemudian kita rembug dalam tim, baru kita buat," ujar Joko Widodo kepada wartawan di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar, Minggu (11/5).
Quote:
Pengamat: Konsep Revolusi Mental ala Jokowi 'Kering' Ide
JAKARTA- Konsep 'revolusi mental' yang dituangkan oleh bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi) melalui tulisan opini yang di surat kabar nasional Sabtu pekan lalu, dinilai sebagai bentuk kegalauan pribadi Jokowi.
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan, konsep 'revolusi mental' itu hanya sekadar curahan isi hati Jokowi yang juga menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta itu.
"Itu cuma berisi unek-unek Jokowi dan tim pendukungnya saja. Itu sesuatu yang sudah biasa kita dengar. Mahasiswa semester I pun fasih kalau sekadar me-review masalah, mengutarakan kegalauan, dan mengutip pemikiran orang lain," ungkap Said, Senin (12/5/2014).
Menurutnya, gagasan besar Jokowi dari tema 'revolusi mental' itu justru tidak keluar. Jika yang dimaksud adalah soal perlunya paradigma, budaya politik, dan komitmen pemimpin lanjut Said, poin tersebut sudah lama dibicarakan orang dan sudah sering terdengar.
"Soal cara melakukannya dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan terus ke lingkungan negara, itu pun sudah khatam kita pelajari sejak lama. Konsep 'revolusi mental' Jokowi itu kering ide. Cuma keren di judulnya saja. Tidak ada pemikiran yang maknyos di situ dari seorang calon pemimpin bangsa," cetusnya.
0
3.6K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan