VIVAnews - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) TNI, Mayor Jenderal (purn) Kivlan Zein tampak murka dan emosi saat disinggung politikus Nasdem, Taufik Basari, tentang penculikan 13 aktivis mahasiswa pada kerusuhan Mei 1998.

Dalam sebuah diskusi tentang visi misi HAM para capres di Jakarta, Selasa 6 Mei 2014, Taufik dan Kivlan duduk sebagai pembicara. Awalnya Taufik mengatakan jika Jenderal Kivlan mengetahui kondisi 13 korban penculikan Mei 1998. Menurut Kivlan dikutip Taufik, para korban penculikan itu sudah tewas dan dia tahu dimana kuburannya.

"Menurut saya, pada kesempatan ini setelah diskusi kita langsung pergi ke Komnas HAM. Ada banyak teman-teman wartawan di sini. Ajak semua. Kalau ingin tegak penegakan hukum di negeri kita, Pak Kivlan harus sampaikan informasi yang dia tahu," kata Taufik sambil menunjuk ke arah Kivlan.

Taufik juga sempat menuturkan bagaimana kondisi keluarga korban penculikan yang selama bertahun-tahun selalu menanti kabar sekecil apapun tentang kerabatnya yang hilang. "Keluarga korban penculikan bertahun-tahun menantikan kebenaran. Untuk sekedar tahu kondisi anak-anak mereka. Sekarang sudah ada mengapa disembunyikan?," ujarnya.

Pernyataan Taufik Basari itu sontak membuat Kivlan merah padam. Jenderal bintang dua itu tak terima dengan tuduhan yang disampaikan Taufik kepadanya. Kivlan langsung memotong pembicaraan Taufik. "Bukan sama saya! Kamu lagi bicara soal visi misi presiden. Soal itu biar saya yang jelaskan nanti," sahut Kivlan dengan nada bicara tinggi.

Keduanya saling sela dalam sebuah diskusi. Taufik juga bersikeras untuk melanjutkan omongannya tentang aktivis-aktivis korban penculikan di kerusuhan Mei 1998. Namun Kivlan tidak ingin Taufik melanjutkan pembicaraan soal korban penculikan itu. Kivlan langsung merebut mikrofon yang dipergunakan oleh Taufik.

"Kamu jangan begitu. Diskusi ini tentang visi misi calon presiden, tidak tepat you bicara begitu," ucap Kivlan dengan sengit.

Melihat situasi yang semakin memanas, moderator diskusi Didi Ahmadi yang berasal dari Forum Mahasiswa Ciputat, penyelenggara acara ini, berusaha menengahi dengan menenangkan Kivlan. Sementara Wasekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan, yang berada di antara Taufik dan Kivlan hanya berdiam di antara pertengkaran itu.

Kivlan akhirnya setuju untuk membiarkan Taufik melanjutkan pembicaraannya. Namun ia tidak ingin Taufik mengaitkan namanya lagi dalam pembicaraan itu. "Bicara visi misi saja, jangan menyangkutkan dengan saya lagi," ucap Kivlan.
Taufik pun kembali melanjutkan pembicaraannya tanpa menyinggung-nyinggung lagi Kivlan. Ia membahas tentang Jokowi, calon presiden yang kini diusung oleh Partai Nasdem dan PDIP, yang dianggapnya tidak memiliki catatan apapun mengenai kasus pelanggaran HAM.

Di akhir paparannya, Taufik sempat kembali menyinggung sedikit tentang pelanggaran HAM pada saat kasus kerusuhan Mei 1998. "Suara dari keluarga korban pelanggaran HAM sangat penting. Jangan diabaikan. Kandidat yang memiliki catatan di dalam kasus pelanggaran HAM tidak pantas untuk maju menjadi capres," tegas Taufik.

Sebagaimana diketahui, saat kerusuhan 9 Mei 1998 terjadi, Kivlan Zein menjabat Kepala Staf Kostrad. Dia mengaku tahu siapa dalang kerusuhan 9 Mei 1998. Menurutnya, otak kerusuhan itu kini telah pensiun dari militer dan masih aktif berpolitik. Selain dari militer dalang kerusuhan juga ada dari kalangan sipil.

"Saya tahu persis karena saya lihat dengan mata kepala sendiri, mereka menyerang saya di tugu Proklamasi," kata Kivlan yang berjanji membuka siapa dalang kerusuhan 9 Mei 1998 dalam panel resmi. (adi)

sumber

katanya tahu tapi ketika ditanya kok kalap
junjunganya katanya bersih tapi ketika ditanya kok kalap

oalah...kalap...kalaaaap !!!!!


mikir