Jakarta - Center for Strategic and International Studies (CSIS) mendorong munculnya pasangan capres dan cawapres dari wajah-wajah baru. Kandidat capres dan cawapres yang ada saat ini dalam pandangan pengamat politik CSIS Philips Jusario Vermonte menanggung beban-beban peristiwa masa lalu.

"Agak ironis karena yang bertarung orang-orang lama," kata Philips saat berbincang dengan detikcom, Selasa (6/5/2014), menyoroti Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie (Ical) yang tengah menjajaki koalisi.

Dalam dua pertemuan antara capres dari Partai Gerindra Prabowo dan capres yang diusung Partai Golkar Ical, semakin kuat mengarah ke koalisi. Bahkan Ical disebut-sebut bersedia memposisikan diri sebagai cawapresnya Prabowo. Adapun dengan Jusuf Kalla yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat cawapresnya Joko Widodo (PDIP) juga merupakan wajah lama.

Philips menekankan seharusnya partai-partai lebih berani mencari kandidat yang lebih muda dan tidak membawa beban masa lampau yang tidak baik. Apalagi, ia mengingatkan, sebanyak 60 persen penduduk Indonesia usianya di bawah 40 tahun.

Dengan kondisi yang demikian, Philips mengharapkan terbentuknya poros politik baru dari Partai Demokrat. Bagi Philips, Demokrat masih memungkinkan untuk membuat sebuah kekuatan politik baru khusus untuk menghadapi ajang Pilpres.

"Jadi koalisinya untuk pencapresan, bukan koalisi parlemen. Kalau koalisi parlemen nanti bisa setelah Pilpres," jelas Philips.

Menurut Philips kalau Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berani membuat poros baru maka bisa memunculkan kandidat capres dari kalangan muda sebagai alternatif dari pilihan yang ada saat ini.

Namun kalau SBY berpikir pragmatis yaitu memilih berkoalisi dengan partai besar yang sudah memiliki capres, maka pasangan capres-cawapres yang ada hanya dua, yaitu dari kubu PDIP dan kubu Gerindra. "Idealnya dalam pemilu presiden nanti ada tiga pasangan yang bertarung," ujar Philips.

sumber
======


kita lihat saja tanggal 15 nanti