Mengenal Maria Oentoe Tinangon, Pemilik suara indah di studio Jaringan Bioskop 21
TS
davy78
Mengenal Maria Oentoe Tinangon, Pemilik suara indah di studio Jaringan Bioskop 21
assalamu'alaikum
Ane kembali lagi buat ngasih info pemilik suara indah di studio jaringan bioskop 21.
Silakan disimak baik baik............
Quote:
Setiap kali kita memasuki bioskop-bioskop 21 (twenty one) di Indonesia tentunya,kita akan selalu mendengar kalimat seperti ini : “Teater satu Telah dibuka. Para penonton yang memiliki karcis, dipersilahkan memasuki ruangan teater”. Suara merdu seorang perempuan yang sudah bertahun-tahun selalu menyapa para pengunjung bioskop itu ternyata milik Maria Oentoe Tinangon.
Suara itu direkam sekitar tahun 1986 jadi kurang lebih sudah 25 tahun menemani para penggemar film di bioskop. Mendengar nama Maria Oentoe sontak kita teringat sandiwara-sandiwara di radio jaman dahulu seperti : Saur Sepuh, Tutur Tinular atau Ibuku Malang, Ibuku Sayang. Yaa, wanita kelahiran tahun 1948 ini memang terkenal sebagai perintis dubbing di radio Indonesia. Wanita yang pernah bermain dalam film Pernikahan Dini (1987) ini, masih memiliki suara merdu yang sangat terjaga. Resepnya ia masih rutin minum air putih dari kendi setiap saat. Suara merdu yang keluar dari mulutnya seakan memiliki kekuatan yang sanggup memikat hati setiap orang yg mendengarnya.
Menanggapi dunia radio broadcasting terutama program sandiwara radio saat ini, tantangannya adalah kiranya kini masyarakat lebih menyukai tontonan di televisi daripada duduk manis mendengarkan radio. Namun demikian beliau tetap optimis, masih banyak penggemar acara ataupun sandiwara radio karena media radio lebih menjangkau daerah-daerah pelosok dan persentase yang memiliki radio lebih banyak. Selain itu tidak selamanya sandiwara di radio yang sukses besar tetapi ketika diangkat di layar kaca menjadi tidak sukses. Ini menunjukkkan media radio tetap mempunyai keunggulan tersendiri.
Contohnya sandiwara radio “Ibuku Malang, Ibuku Sayang” yang sukses di radio gagal meraup perhatian pemirsa TV pada waktu itu. Ruang imajinasi para pendengar radio lebih luas dan individual sekali, pendengar dapat membayangkan atau menebak-nebak sendiri gambaran mengenai tokohnya. Namun ketika di layar kaca, imajinasi penonton sangat terbatas tidak bebas menikmati cerita karena hanya manut dengan imajinasi sang sutradara sehingga membuat penonton tidak puas. Hingga sat ini Maria Oentoe merasa bersyukur karena lewat suaranya,ia dapat menghibur orang banyak….