- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dari Sinilah Kertas yang Kita Pakai


TS
cgp0032
Dari Sinilah Kertas yang Kita Pakai
Hi Gan
,
Pernah kebayang nggak darimana kertas yang kita pakai
?
Yup, mungkin kita agak kesal saat denger KARHUTLA (kebakaran hutan dan lahan) di Riau sana, agan mesti bijak salam menanggapinya ya
..
Kita disini nggak bicarain soal kebun sawit, tapi lebih ke HTI (hutan tanaman industri), juga ga ngebahas pro-kontra hutan dan kebakaran hutan yaa.
Oia, di Indonesia ada 2 pemain HTI besar, bahkan mungkin se-Asia atau malah se-Dunia, kali ya?
Nah, inilah pemain besar di Indonesia..
Setahu dan sepengalaman ane, hutan untuk pulp dan kertas sangat ketat agar hutannya enggak dibakar, bahasa kerennya Zero Burn Policy.
Hutan yang kena bakar, khususnya hutan dengan permudaan buatan atau hutan tanaman ini akan ngefek panjang kalau dibakar, secara internal, pihak QC juga mempenalty kayu yang masuk ke papermills jika terbakar, berlumpur, berpaku, terikut sampah, dlsb. Selain merusak ekosistem, penggunaan chemical pemutih katanya cukup banyak dan berdampak pada pulp dan kertasnya.
Nah, yuk kita bahas bagaimana awalnya kertas yang kita pakai sekarang berasal
Karena ini hanya sharing, dan bukan teori kuliah, sepengetahuan ane ya Gan, silahkan tambahkan/dikoreksi jika ada yang kira-kira gak pas
1. R&D Ekspedisi dan Beli Benih Pohon Berkualitas
Orang R&D pergi ke Papua, PNG, Australia dsb untuk mencari pohon-pohon dengan fenotip yang bagus, terkait density, tinggi, diameter besar, lurus, sedikit/tidak bercabang, tahan penyakit, dan memiliki daya saing yang bagus serta tidak manja jika ditanam di lahan marjinal. Serta melakukan pembelian benih unggul jika diperlukan. Beberapa pohon yang dicari adalah dari keluarga Akasia (Acacia sp.), Ekaliptus (Eucalyptus sp.) dan Melaluka (Melaleuca sp.). Beberapa juga dipakai dari keluarga Cemara (Casuarina sp.).
2. Pohon Terseleksi (Plus Trees) Diperbanyak untuk Trial dan Operasional
Setelah didapat sekian plus tree atau kandidat pohon-pohon yang oke, sekarang giliran diperbanyak dan ditanam untuk kebutuhan penelitian dan operasional, sekaligus mengetahui apakah pohon tersebut masuk kategori fast growth atau tidak.
3. Diperbanyak melalui Nursery Operasional
Pohon terpilih diperbanyak untuk kebutuhan operasional di nursery/pembibitan. Walaupun bisa dilakukan dengan benih, namun paling sering dilakukan adalah dengan setek/cutting dari tiap tunasnya karena lebih cepat dan lebih banyak. Selain ada positifnya, aging effect juga disinyalir akan muncul pada propagasi jenis ini. Kurleb, 2,5-3 bulan bibit siap ditanam ke lapangan.
Media umumnya dipakai cocopeat atau vermikulit, dengan wadah/container yang umumnya disebut tubes-trays. Walau banyak variasinya, container kurleb sbb.
4. Tanam di Lapangan
Setelah cukup umur, bibit ditanam di lapangan. Perawatan terpenting adalah pupuk awal, semprot ulat, penyiangan gulma juga. Untuk soal air, kita bergantung pada kondisi alam. Namun, Akasia cukup tahan didaerah marjinal seperti lahan gambut dan tanah merah (PMK= Podsolik Merah Kuning yang bersifat asam). Oia, jarak tanamnya sekitar 2 x 3 m atau dalam 1 ha ada 1667 pohon.
Dibanding lahan mineral/tanah biasa, lahan gambut lebih susah dipadamkan jika terbakar gan
5. Panen atau Harvesting
Setelah 5 tahun, fast growth species sudah bisa dipanen Gan. Pada umur ini rata-rata akasia dan ekaliptus sudah bisa ditumbang (bahasa Riaunya ditebang), selanjutnya diangkut ke papermills. Jujur Gan, ini tahap paling memilukan
karena kita akan melihat pohon-pohon ini ditebang habis (kecuali area Green Belt/Rivarian/Konservasi, dan pohon yang dilindungi gak boleh ditebang).
Oia Gan, ini hitungan sederhananya..
Epilog
Ada puisi bagus Gan
..
Sekian ya Gan.. mudah-mudahan bermanfaat
Cheers

Pernah kebayang nggak darimana kertas yang kita pakai

Yup, mungkin kita agak kesal saat denger KARHUTLA (kebakaran hutan dan lahan) di Riau sana, agan mesti bijak salam menanggapinya ya

Kita disini nggak bicarain soal kebun sawit, tapi lebih ke HTI (hutan tanaman industri), juga ga ngebahas pro-kontra hutan dan kebakaran hutan yaa.
Oia, di Indonesia ada 2 pemain HTI besar, bahkan mungkin se-Asia atau malah se-Dunia, kali ya?
Nah, inilah pemain besar di Indonesia..
Spoiler for Perusahaan HTI di Indonesia:
Setahu dan sepengalaman ane, hutan untuk pulp dan kertas sangat ketat agar hutannya enggak dibakar, bahasa kerennya Zero Burn Policy.
Spoiler for Karhutla:
Hutan yang kena bakar, khususnya hutan dengan permudaan buatan atau hutan tanaman ini akan ngefek panjang kalau dibakar, secara internal, pihak QC juga mempenalty kayu yang masuk ke papermills jika terbakar, berlumpur, berpaku, terikut sampah, dlsb. Selain merusak ekosistem, penggunaan chemical pemutih katanya cukup banyak dan berdampak pada pulp dan kertasnya.
Spoiler for Kertas:
Nah, yuk kita bahas bagaimana awalnya kertas yang kita pakai sekarang berasal

Karena ini hanya sharing, dan bukan teori kuliah, sepengetahuan ane ya Gan, silahkan tambahkan/dikoreksi jika ada yang kira-kira gak pas

1. R&D Ekspedisi dan Beli Benih Pohon Berkualitas
Orang R&D pergi ke Papua, PNG, Australia dsb untuk mencari pohon-pohon dengan fenotip yang bagus, terkait density, tinggi, diameter besar, lurus, sedikit/tidak bercabang, tahan penyakit, dan memiliki daya saing yang bagus serta tidak manja jika ditanam di lahan marjinal. Serta melakukan pembelian benih unggul jika diperlukan. Beberapa pohon yang dicari adalah dari keluarga Akasia (Acacia sp.), Ekaliptus (Eucalyptus sp.) dan Melaluka (Melaleuca sp.). Beberapa juga dipakai dari keluarga Cemara (Casuarina sp.).
Spoiler for Survey :
2. Pohon Terseleksi (Plus Trees) Diperbanyak untuk Trial dan Operasional
Setelah didapat sekian plus tree atau kandidat pohon-pohon yang oke, sekarang giliran diperbanyak dan ditanam untuk kebutuhan penelitian dan operasional, sekaligus mengetahui apakah pohon tersebut masuk kategori fast growth atau tidak.
Spoiler for Trial:
3. Diperbanyak melalui Nursery Operasional
Pohon terpilih diperbanyak untuk kebutuhan operasional di nursery/pembibitan. Walaupun bisa dilakukan dengan benih, namun paling sering dilakukan adalah dengan setek/cutting dari tiap tunasnya karena lebih cepat dan lebih banyak. Selain ada positifnya, aging effect juga disinyalir akan muncul pada propagasi jenis ini. Kurleb, 2,5-3 bulan bibit siap ditanam ke lapangan.
Spoiler for Cutting:
Media umumnya dipakai cocopeat atau vermikulit, dengan wadah/container yang umumnya disebut tubes-trays. Walau banyak variasinya, container kurleb sbb.
Spoiler for kontainer:
Spoiler for cocopeat:
Spoiler for vermikulit:
Spoiler for nursery:
4. Tanam di Lapangan
Setelah cukup umur, bibit ditanam di lapangan. Perawatan terpenting adalah pupuk awal, semprot ulat, penyiangan gulma juga. Untuk soal air, kita bergantung pada kondisi alam. Namun, Akasia cukup tahan didaerah marjinal seperti lahan gambut dan tanah merah (PMK= Podsolik Merah Kuning yang bersifat asam). Oia, jarak tanamnya sekitar 2 x 3 m atau dalam 1 ha ada 1667 pohon.
Spoiler for planting:
Spoiler for tanah pmk:
Spoiler for lahan gambut:
Dibanding lahan mineral/tanah biasa, lahan gambut lebih susah dipadamkan jika terbakar gan

5. Panen atau Harvesting
Setelah 5 tahun, fast growth species sudah bisa dipanen Gan. Pada umur ini rata-rata akasia dan ekaliptus sudah bisa ditumbang (bahasa Riaunya ditebang), selanjutnya diangkut ke papermills. Jujur Gan, ini tahap paling memilukan

Spoiler for harvesting:
Spoiler for loading:
Spoiler for jalan ke mills:
Spoiler for paper mills:
Spoiler for paper rolls:
Oia Gan, ini hitungan sederhananya..
Quote:
Quote:
Epilog
Quote:
Ada puisi bagus Gan

Spoiler for Plant A Tree:
Sekian ya Gan.. mudah-mudahan bermanfaat

Cheers

Spoiler for Sumber:
0
5.7K
53


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan