Pertemuan Prabowo dengan Ical buka peluang koalisi
Selasa, 29 April 2014 − 12:40 WIB
Sindonews.com - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto akan mengunjungi kediaman Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Pimpinan Partai Golkar yang biasa disapa Ical itu mengaku mengenal lama dengan mantan Danjen Kopassus tersebut. Maka itu pertemuan kali ini bagi Ical bukan untuk pertama kalinya.
"Saya Pak Prabowo kenal bukan baru satu tahun, dua tahun (atau) lima tahun, kenalnya sudah lama sekali begitu. Jadi kan beliau lebih muda beliau kemari, begitu saja," kata Ical di kediamannya Jalan Ki Mangun Sarkoro, Menteng, Jakarta, Selasa (29/4/2014).
Saat dikonfirmasi mengenai kemungkinan pertemuan dua calon presiden (capres) itu membahas koalisi antara Partai Gerindra dengan Partai Golkar, Ical pun tak menampiknya. "Mungkin saja, tentunya lihat saja platform ke depan, sama-sama lihat itu. Pembicaraan sudah beberapa kali dengan Gerindra," ucapnya.
http://http://nasional.sindonews.com/read/2014/04/29/113/858698/pertemuan-prabowo-dengan-ical-buka-peluang-koalisi
Survei Kompas: Jika Jokowi Tak Jadi Capres, Prabowo dan Ical yang Untung
Rabu, 28 Agustus 2013 09:04 WIB
TRIBUNNEWS.COM – Joko Widodo menjadi sosok penentu yang akan memainkan peranan dominan dalam percaturan Pemilihan Umum 2014, baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif. Namun, apakah realitas politik akan memosisikan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai calon presiden?
Dengan mempelajari dua kali survei kepemimpinan yang dilakukan Litbang Kompas, Desember 2012 dan Juni 2013, sulit menafikan kemunculan Joko Widodo (Jokowi) menjadi sosok yang dominan dalam wacana Pemilu 2014. Popularitas Jokowi untuk terpilih menjadi presiden jauh melampaui tokoh lainnya sekalipun ia belum menyatakan kesediaan mencalonkan diri.
Jika dilihat berdasarkan pertumbuhan basis massa (sebuah elemen penting dalam menduga tren kekuatan kandidat), hanya ada dua tokoh yang berpeluang besar menjadi presiden mendatang: Jokowi dan Prabowo Subianto. Survei menunjukkan, peningkatan popularitas keduanya linear dengan peningkatan perolehan partai politik. Adapun dukungan kepada tokoh dan partai lainnya relatif stagnan.
Dukungan terhadap Jokowi naik sebesar 14,8 persen selama enam bulan dan suara untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga naik 10,3 persen. Demikian juga dengan Prabowo, popularitasnya meningkat sebesar 1,8 persen dan dukungan kepada Partai Gerindra naik 6,9 persen selama enam bulan.
Melihat tren yang terjadi, sulit mengingkari bahwa Jokowi telah menjadi ”berkah” bagi PDI-P. Jika dicalonkan partai itu, kemungkinan besar Jokowi akan menjadi presiden mendatang dan PDI-P akan jadi kekuatan terbesar.
Melihat antusiasme yang tecermin dari hasil survei, pergantian generasi kepemimpinan tampak sudah di depan mata. Namun, apakah Jokowi akan maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2014?
Inilah pertanyaan yang sulit dijawab karena proses politik dapat menghasilkan realitas berbeda. Pertama, terkait dengan kendaraan politik. Posisi Jokowi yang bukan sebagai pengambil keputusan utama (ketua partai) membuatnya sangat bergantung pada kebijakan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Jika Megawati maju sebagai capres, hampir tidak mungkin Jokowi maju meskipun dengan kendaraan partai lain mengingat kesantunan politik yang selama ini dijaganya.
Kemungkinan bagi Megawati untuk menggandeng Jokowi sebagai calon wakil presiden, meskipun terbuka peluang untuk menang, tidak terlalu menguntungkan Jokowi. Selain menepiskan terjadinya koalisi, terserapnya Jokowi ke dalam pekerjaan wakil presiden (wapres) akan mengurangi aksinya di panggung riil yang selama ini melesatkan popularitasnya. Dengan melihat kecenderungan ini, tampaknya pilihan untuk tetap menjadi Gubernur DKI akan dipertahankan, kecuali ada tekanan politik.
Bagi Megawati, tanpa didampingi Jokowi, tampaknya akan sulit memenangi pilpres meskipun suara untuk partainya naik signifikan. Resistansi masyarakat yang cukup tinggi terhadap Megawati akan menjadi batu sandungan terberat.
Jika Jokowi dicalonkan, peluang untuk mendapatkan dukungan terbesar, secara matematis, adalah ketika dipasangkan dengan Prabowo. Namun, resistansi yang membesar dapat menjadi hambatan bagi keduanya. Potensi dukungan yang membesar, tetapi dengan hambatan kecil, tampaknya lebih tergambar pada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Jika Jokowi tidak dicalonkan sebagai presiden atau wapres, peluang paling besar untuk menjadi presiden ada pada Prabowo. Ia hampir tidak ada hambatan kendaraan partai, kecuali harus berkoalisi untuk pencalonannya. Langkah Prabowo hanya bisa terbendung jika tidak mendapatkan koalisi.
Dengan meniadakan faktor Jokowi, yang sangat diuntungkan berikutnya adalah Aburizal Bakrie. Sebagai Ketua Umum Partai Golkar, peluangnya akan lebih terbuka, terlebih jika dapat menghentikan peluang lawan dengan menyatukan koalisi besar ke kubunya
http://www.tribunnews.com/nasional/2...al-yang-untung
Jokowi Capres, Rintangan Terberat Prabowo dan Ical
17 Desember 2013 | 13:40
NEFOSNEWS, Jakarta - Indikasi Megawati bakal maju capres mulai terlihat. Peluang bagi Prabowo dan Ical pun makin terbuka untuk bersaing dalam pilpres. Rintangan terberat keduanya adalah jika Jokowi jadi capres. Mengapa?
Sebab harus diakui, elektabilitas Jokowi sebagai capres sangat tinggi. Rakyat agaknya memang menginginkan Jokowi tampil sebagai presiden. Oleh sebab itu, munculnya wacana duet Mega - Jokowi, tentu saja membuat kubu Prabowo dan Ical senang. Pasalnya, jika Jokowi hanya cawapres, maka akan terbuka peluang bagi mereka untuk bertarung melawan Megawati.
Hanta Yudha, Direktur Pol Tracking Institute menilai, jika PDI Perjuangan mencapreskan Megawati, maka peta politik akan berubah drastis. Peluang lain, seperti jagoan Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) dan jagoan Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto akan menguat.
Dan jika isu Megawai sebagai capres menguat, hal itu akan menguntungkan capres lainnya. "Terutama capres Gerindra dan Golkar," tandas Hanta Yudha.
Bagaimana peluang Prabowo jika Mega capres? Nah, jika Mega capres dan Jokowi hanya cawapres, ada peluang para simpatisan Jokowi akan berpindah kepada capres lainnya. Dan peluang Prabowo bakal menguat, mengingat sebelum Jokowi muncul, Prabowo adalah capres dengan elektabilitas tertinggi.
Berdasarkan survei-survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei nasional, elektabilitas Prabowo sebagai capres meninggi karena ide dan gagasan-gagasannya yang cemerlang untuk membangun negeri ini. Semua itu membuat orang seperti tersihir dan lupa pada kasus HAM (Hak Asasi Manusia) yang pernah melekat pada mantan Danjen Kopassus ini. Hal ini tentu saja menguntungkan Prabowo.
Hal lain yang menguntungkan, Gerindra merupakan salah satu partai yang relatif bersih dari korupsi. Sementara partai-partai besar lainnya, seperti Demokrat, Golkar sudah tercoreng oleh kasus korupsi yang melibatkan kadernya. Dengan membawa angin perubahan, bisa jadi Prabowo bersaing secara sempurna jika Mega capres.
Tahun ini adalah saatnya bagi Prabowo menjadi capres. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini pernah maju sebagai cawapres mendampingi Megawati pada Pemilu 2009 namun gagal. Kini di Pemilu 2014, mantan Danjen Kopassus ini kembali maju di Pilpres sebagai presiden. Dan itu menjadi harga mati baginya.
Lalu bagaimana peluang Ical jika Mega capres? Menakar peluang Ical, mungkin agak berat, meski pencapresan Mega bakal menguntungkannya. Kasus lumpur Lapindo masih mengganjal. Meski begitu, Ical bisa menggandeng pasangan yang kompeten untuk mendongkrak suara. Ical belum pernah nyapres sebelumnya. Ini adalah kali pertama baginya.
Jadi, seberapa besar peluang Prabowo dan Ical untuk bertarung pada Pilpres mendatang? Kata kuncinya, sekali lagi, ada di tangan Megawati yang untuk saat ini, memegang kendali penuh atas Jokowi. Entah jika tiba-tiba Jokowi lepas kendali.
http://www.nefosnews.com/post/berita...abowo-dan-ical
Bahayanya Prabowo ....
Quote:
Berbagai Ketakutan jika Prabowo Jadi Presiden
Minggu, 27 April 2014 | 17:27 WIB
TEMPO.CO, Perth - Setelah 'dihantam' tudingan pelanggaran HAM, kali ini calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto didera isu fasisme. Anggapan itu muncul dalam dialog bertajuk Menimbang Capres RI 2014 bersama masyarakat Indonesia di Perth, Australia Barat, Sabtu, 26 April 2014. (Baca: [url=http://www.tempo.co/read/news/2014/04/27/269573624/Gerindra-Tak-Akan-Bersihkan-Nama-Prabowo ]Gerindra Tak Akan Bersihkan Nama Prabowo[/url])
Seorang pembicara, dosen ilmu politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi 'membedah' kalimat di manifesto Partai Gerindra yang menyebutkan negara dituntut untuk menjamin kemurnian ajaran agama yang diakui oleh negara dari segala bentuk penistaan dan penyelewengan dari ajaran agama. "Itu fasisme," kata Airlangga Pribadi dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Ahad, 27 April 2014. (Baca:
Korban '98: Pernah Kabur, Prabowo Tak Pantas Capres
Airlangga menduga manifesto itu sebagai bagian dari strategi politik Gerindra. Setelah cukup lama menyasar isu-isu nasionalisme, seperti kemandirian dan kedaulatan, dan ketika konstituen politik mereka sudah loyal, Gerindra memberi sinyal kepada kaum fanatik untuk bergabung. (Baca:
Tolak Prabowo Capres, Fadli Zon: LSM Bikin Partai HAM)
Menurut Airlangga, apabila kalangan elite menjadikan rasa aman, kebebasan, dan hak berkeyakinan sebagai permainan dalam transaksi politik, implikasinya bisa sangat berbahaya bagi perjalanan demokrasi Indonesia. Kemungkinan terbesar yang bisa terjadi yakni munculnya pembenaran ideologis, bahkan yuridis, pada tindakan-tindakan yang lebih mengerikan bagi hak-hak sipil setiap warga negara. (Baca:
Pengamat: Prabowo Terancam Gagal Jadi Capres)
"Jika Prabowo berkuasa, intoleransi akan semakin terinkorporasi di dalam elemen negara. Negara akan menentukan mana keyakinan yang benar dan mana yang salah. Ini mengerikan sekali," kata kandidat Ph.D di Murdoch University ini.
Pernyataan Airlangga diamini oleh pembicara lain, Irwansyah Jemi, yang juga calon doktor di Murdoch University. Irwansyah menyatakan pemurnian agama jelas bukan agenda politik yang bijaksana dan menghormati hak asasi manusia. Implikasi agenda semacam ini yaitu penggunaan kekerasan dan pembiaran kekerasan oleh negara atas begitu banyak kombinasi agama yang dianggap tidak murni.
"Otoriterisme negara ala Orde Baru akan hadir lagi. Jangan lupa, apa pun yang tidak murni dan konsekuen menurut Orde Baru diganjar dengan intimidasi, hingga pembantaian massa," kata dosen ilmu politik Universitas Indonesia itu.
Salah satu peserta dialog, Iqbal Aji Daryono menyampaikan kekhawatirannya yang lebih jauh. WNI di Australia, kata dia, banyak yang merupakan pelarian akibat kerusuhan Mei 1998. Sebagai kalangan minoritas, kaum eksil tersebut punya trauma mendalam atas perlakuan kelompok mayoritas di Indonesia.
Apabila Prabowo berkuasa dan menjalankan langkah-langkah politik sesuai manifesto Gerindra, patut diduga ia hanya akan mengakomodasi hak-hak mayoritas dan meletakkan kalangan minoritas sebagai warga kelas dua. "Kondisi tersebut jelas akan semakin memupus keinginan para pelarian tersebut untuk kembali ke Tanah Air," kata Iqbal.
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...-Jadi-Presiden
Mochtar Pabottingi:
Saya Takut kalau Prabowo Subianto Jadi Presiden
Jum'at, 04 Oktober 2013 , 22:15:00 WIB
RMOL. Sejauh ini baru tiga calon presiden yang sudah mendeklarasikan. "Sesungguhnya baru ada tiga nama capres yang sudah mendeklarasikan diri. ARB, Wiranto dan Prabowo," kata pengamat politik senior Mochtar Pabottingi dalam diskusi "Kepemimpinan Nasional" di kantor PP Muhammdiyah, Jakarta (Jumat, 4/10).
Bahkan, kata dia, Partai Golkar masih belum kompak. Partai ini masih mempersoalkan pencapresan Aburizal Bakrie. "Jadi baru ada dua, Wiranto dan Prabowo," tambahnya.Sementara di antara nama-nama lain yang bermunculan, hanya nama Gubernur DKI Jakarta Jokowi yang paling berpeluang maju dan memenangkan pilpres berdasarkan beberapa hasil survei. Tapi andai mantan Walikota Surakarta itu tidak disertakan, Prabowo yang terpilih.
Inilah yang membuat Mochtar dilema. Dia mengaku takut andai Jokowi tidak diikutsertakan dalam pilpres. Walau di sisi lain dia juga menyesalkan jika Jokowi meninggalkan amanahnya di DKI Jakarta."Andai saya suruh milih, jujur saja kalau alternatifnya Prabowo saya takut. Kita tahu tempramentalnya dia dan kita tahu marah dia. Buruk kalau Jokowi meninggalkan Jakarta. Buruk juga alternatifnya kalau yang menang punya latar berlakang hitam," tandasnya
http://politik.rmol.co/read/2013/10/...Jadi-Presiden-
Bahayanya Abu Rizal Bakrie ....
Quote:
Lilitan utang Bisnis di Tubuh Bakrie
Kamis, 30 Agustus 2012 07:10
Merdeka.com - Sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, Aburizal Bakrie memang menjadi sorotan. Apalagi dengan melemahnya kinerja perusahaan yang berada di bawah kepunyaan dia. Melalui perusahaan Bakrie & Brothers, Bakrie mengumpulkan pundi-pundi emasnya.
Namun, akhir-akhir ini mesin uang Bakrie mulai mengkerut. Hal tersebut ditunjukkan dengan melemahnya saham-saham perusahaan Bakrie & Brothers (BNBR) dan beberapa anak usahanya.
Beberapa perusahaan yang berada di bawah BNBR antara lain Bumi Resources (35 persen), Bakrie Sumatera Plantations (54,59 persen), Bakrie Telecom (52,6 persen), Energi Mega Persada (40 persen), Bakrieland Development (40 persen), Bakrie Metal Industries (99,9 persen), dan Bakrie Indo Infrastructure (99,9 persen).
Sebagian besar penurunan saham perusahaan-perusahaan tersebut disebabkan oleh banyaknya beban utang di dalam perseroan. Bahkan, analisis dari Panin Sekuritas mengatakan bahwa bukan tidak mungkin Bumi Resources akan bangkrut. Namun, hal tersebut dibantah secara keras oleh Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava, "Itu tidak masuk akal!"
"Para pemegang saham sudah mulai tidak mood untuk membeli saham-saham perusahaan grup Bakrie. Salah satunya adalah mengenai beban utang tersebut," ujar analis pasar saham Indosurya Asset Management, Reza Priyambada.
Tak hanya BUMI, Bakrie Telecom (BTEL) pun telah mencatatkan kerugian akibat utang yang menumpuk. BTEL pada semester pertama lalu telah mencatatkan kerugian sebesar Rp 287 miliar atau naik 150 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Menurut laporan keuangan yang didapatkan merdeka.com, berikut daftar utang-utang yang dimiliki oleh Bakrie dengan jatuh tempo tahun 2012 bersama afiliasinya.
1. Bakrie & Brothers mencapai Rp 5,4 triliun
2. Bumi Resources USD 638 juta (Rp 6,38 triliun)
3. Bakrieland Development Rp 17,707 triliun
4. Energi Mega Persada Rp 11,215 triliun
5 Bakrie Sumatera Plantations Rp 9,644 triliun
6. Bakrie Telecom Rp 7,844 triliun
7. Bumi Resources Minerals Rp 3,338 triliun
8. Berau Coal Energy Rp 1,535 triliun
9. Visi Media Asia Rp 822,276 miliar
10. Darma Henwa Rp 406,165 miliar
http://www.merdeka.com/uang/lilitan-...is-bakrie.html
Terjerat Kasus Lapindo, Ical Dianggap Capres Tak Punya Empati Sosial
Rabu, 12 Maret 2014 - 15:36 wib
Aburizal Bakrie (Foto: Dok. Okezone) Aburizal Bakrie (Foto: Dok. Okezone) JAKARTA - Elektabilitas calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) sampai saat ini sulit beranjak. Meskipun sudah jauh-jauh hari mendeklarasikan diri sebagai capres, namun Ical masih terus berada dibawah bayang-bayang Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri dalam berbagai survei.
Dalam survei yang dilakukan Indo Barometer dan Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia (UI), digambarkan bahwa rendahnya elektabilitas Ical disebabkan karena Ketua Umum DPP Partai Golkar itu tidak memiliki rasa empati sosial.
"Kenapa elektabilitas Ical enggak naik-naik? Ada dua, publik mempersepsikan Ical tidak bagus diempati sosial, dan integritas sosialnya rendah," kata pakar psikologi politik UI, Hamdi Muluk saat memaparkan hasil surveinya di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (12/3/2014).
Hamdi menjelaskan, penilaian masyarakat tersebut didasarkan pada kasus luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Dalam bencana tersebut, Ical sebagai pemilik Lapindo dianggap sebagai pihak yang paling bertanggungjawab.
"Anda bisa tahu kalau kita dalami mungkin jawabannya ya karena soal kasus Lapindo. Aburizal Bakrie dianggap memiliki kapabilitas bagus, tapi dia punya masalah dengan integritas moral," ujar Hamdi.
Dalam survei tersebut, ada 10 faktor yang dijadikan bahan atau tolak ukur seorang figur sebagai capres. Yakni visioner, kepemimpinan, intelektualitas, keterampilan politik, komunikasi politik, stabilitas emosi, ketegasan, penampilan, integritas moral, dan empati sosial.
Ical dianggap mahir dalam sisi keterampilan politik dengan skor 6,58, visioner (6,29), kepemimpinan (6,47), intelektualitas (6,47), komunikasi politik (6,51), stabilitas emosi (6,45), ketegasan (6,47), penampilan (6,56), integritas moral (6,00), dan empati sosial (6,04).
Survei ini dilakukan pada 14-25 Februari 2.514 di 33 provinsi dengan jumlah responden sebesar 1.200 orang. Margin of error sebesar kurang lebih 3.0 persen pada tingkat kepercayaanm 95 persen.
Responden dipilih dengan metode multistage random sampling dengan wawancara tatap muka secara langsung menggunakan kuisioner. Survei ini dilakukan Indo Barometer bekerjasama denganm Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia (UI).
http://pemilu.okezone.com/read/2014/...-empati-sosial
---------------------------------
Dan Jokowi lalu mendatangkan bantuan asing dan konglomerat China setelah mereka tersingkir untuk "menggarap" NKRI setelah jadi Presiden?
Ibarat lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut Dinosaurus ....
Hati-hati aja kalau mendekati Pilpres 9 Juli nanti tiba-tiba Ical - Prabowo dan SBY membentuk "Koalisi anti-Jokowi antek Asing dan Boneka Mega"....
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)