- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kiai NU Menimbang Mudarat Jokowi & Prabowo. Kiai NU Suka Prabowo?


TS
yantique
Kiai NU Menimbang Mudarat Jokowi & Prabowo. Kiai NU Suka Prabowo?
KAMIS, 01 MEI 2014 | 12:11 WIB
Kiai NU Menimbang Mudarat Jokowi dan Prabowo
TEMPO.CO , Mojokerto - Para kiai Nahdlatul Ulama (NU) mulai menimbang-nimbang dua calon presiden yang akan mereka dukung dalam pemilihan presiden mendatang. Dua calon presiden itu adalah Joko Widodo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Prabowo Subianto dari Partai Gerakan Indonesia Raya Direktur Mahfud MD. Inisiatif, Masduki Baidlowi, mengatakan para kiai dalam menentukan pilihan politik bukan tanpa dasar. Mereka selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip yang diatur syariat. Dalam ilmu qaidul fiqh, ulama NU mengenal di antaranya tiga skala prioritas dalam memilih sesuatu.
Prioritas pertama adalah akhdu bil ahsan, artinya mengambil atau memilih yang terbaik. Kedua, akhoffuddloruroini, artinya memilih yang paling ringat mudarat-nya. Ketiga, darul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih, artinya menghindari kerusakan harus didahulukan dari pada membangun kebaikan.
"Itu tiga prinsip para ulama NU dalam membahas pilihan politik untuk pilpres nanti," katanya saat dihubungi, Kamis, 1 Mei 2014. Dalam konteks pilpres saat ini, menurut dia, sebenarnya para ulama menginginkan skala prioritas pertama yakni mengusung Mahfud MD sebagai pilihan terbaik calon presiden. Namun karena kans mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu sebagai capres kurang kuat, para ulama bisa memilih skala prioritas kedua, yakni menduetkan Mahfud dengan capres yang punya kans besar.
Skala prioritas kedua itu adalah menimbang antara Prabowo dan Jokowi sebagai pasangan Mahfud. "Mana kira-kira yang mudaratnya (kerugian) paling ringan," kata Masduki. (Baca: Pengurus NU Akui Prabowo Lebih Gencar Dekati Kiai).
Menurut Masduki, tiga skala prioritas itu dibahas para ulama NU dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan di Pondok Pesantren Aziziyah, KH Salahudin Wahid atau Gus Solah sempat menyampaikan bahwa mayoritas para kiai memang ingin duet Prabowo-Mahfud. "Tapi tidak menutup kemungkinan dengan calon-calon lain, termasuk Jokowi," katanya. Selain itu, juga ada yang menginginkan Mahfud diusung sebagai calon presiden dengan menggalang koalisi alternatif dengan berbagai parpol.
http://m.tempo.co/read/news/2014/05/01/269574639/Kiai-NU-Menimbang-Mudarat-Jokowi-dan-Prabowo#
----------------
Mudorat Prabowo masih sebatas tudingan pelanggaran HAM versi hukum Barat-Sekuler terhadap dirinya di masa lalu. Dalam pandangan kebanyakan ulama Islam, katakanlah bahwa tudingan itu benar, asalkan ybs sudah bertaubat, maka tak masalah bagi ybs diangkat sebagai pemimpin ummat.
Ini beda kalau ybs tak mau bertaubat, maka orang semacam itu harus dihindari dan dijauhi. Sementara bila ada seorang calon pemimpin telah diketahui umum bahwa dia suka melanggar janjinya, telah mengkhianati amanah yg pernah diembannya, dan suka berdusta (hoax) kalau bicara, dan apabila orang ybs tak ada tanda-tanda telah bertaubat, memang sebaiknya jangan pernah memilihnya menjadi pemimpin ummat.Karena ybs besar kemungkinannya kelak di kemudian hari bila telah mrnjadi pemimpin ummat akan bertindak dzolim, tidak adil, khianat , ingkar janji dan mendustai ummat Islam, meskipun dia masih muslim.

Kiai NU Menimbang Mudarat Jokowi dan Prabowo
TEMPO.CO , Mojokerto - Para kiai Nahdlatul Ulama (NU) mulai menimbang-nimbang dua calon presiden yang akan mereka dukung dalam pemilihan presiden mendatang. Dua calon presiden itu adalah Joko Widodo dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Prabowo Subianto dari Partai Gerakan Indonesia Raya Direktur Mahfud MD. Inisiatif, Masduki Baidlowi, mengatakan para kiai dalam menentukan pilihan politik bukan tanpa dasar. Mereka selalu berdasarkan pada prinsip-prinsip yang diatur syariat. Dalam ilmu qaidul fiqh, ulama NU mengenal di antaranya tiga skala prioritas dalam memilih sesuatu.
Prioritas pertama adalah akhdu bil ahsan, artinya mengambil atau memilih yang terbaik. Kedua, akhoffuddloruroini, artinya memilih yang paling ringat mudarat-nya. Ketiga, darul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih, artinya menghindari kerusakan harus didahulukan dari pada membangun kebaikan.
"Itu tiga prinsip para ulama NU dalam membahas pilihan politik untuk pilpres nanti," katanya saat dihubungi, Kamis, 1 Mei 2014. Dalam konteks pilpres saat ini, menurut dia, sebenarnya para ulama menginginkan skala prioritas pertama yakni mengusung Mahfud MD sebagai pilihan terbaik calon presiden. Namun karena kans mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu sebagai capres kurang kuat, para ulama bisa memilih skala prioritas kedua, yakni menduetkan Mahfud dengan capres yang punya kans besar.
Skala prioritas kedua itu adalah menimbang antara Prabowo dan Jokowi sebagai pasangan Mahfud. "Mana kira-kira yang mudaratnya (kerugian) paling ringan," kata Masduki. (Baca: Pengurus NU Akui Prabowo Lebih Gencar Dekati Kiai).
Menurut Masduki, tiga skala prioritas itu dibahas para ulama NU dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan di Pondok Pesantren Aziziyah, KH Salahudin Wahid atau Gus Solah sempat menyampaikan bahwa mayoritas para kiai memang ingin duet Prabowo-Mahfud. "Tapi tidak menutup kemungkinan dengan calon-calon lain, termasuk Jokowi," katanya. Selain itu, juga ada yang menginginkan Mahfud diusung sebagai calon presiden dengan menggalang koalisi alternatif dengan berbagai parpol.
http://m.tempo.co/read/news/2014/05/01/269574639/Kiai-NU-Menimbang-Mudarat-Jokowi-dan-Prabowo#
----------------
Mudorat Prabowo masih sebatas tudingan pelanggaran HAM versi hukum Barat-Sekuler terhadap dirinya di masa lalu. Dalam pandangan kebanyakan ulama Islam, katakanlah bahwa tudingan itu benar, asalkan ybs sudah bertaubat, maka tak masalah bagi ybs diangkat sebagai pemimpin ummat.
Ini beda kalau ybs tak mau bertaubat, maka orang semacam itu harus dihindari dan dijauhi. Sementara bila ada seorang calon pemimpin telah diketahui umum bahwa dia suka melanggar janjinya, telah mengkhianati amanah yg pernah diembannya, dan suka berdusta (hoax) kalau bicara, dan apabila orang ybs tak ada tanda-tanda telah bertaubat, memang sebaiknya jangan pernah memilihnya menjadi pemimpin ummat.Karena ybs besar kemungkinannya kelak di kemudian hari bila telah mrnjadi pemimpin ummat akan bertindak dzolim, tidak adil, khianat , ingkar janji dan mendustai ummat Islam, meskipun dia masih muslim.

Diubah oleh yantique 03-05-2014 05:42
0
3.5K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan