Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kankcotAvatar border
TS
kankcot
Di Dzalimi Pak Dokter (gak ngakak, ane rela nyiup pantat ane sendiri !)
Ane newbie nih gan, mohon maap klo thread ane kurang mengundang tawaan dan semoga ajah kagak emoticon-Blue Repost

Langsung ajah deh gan, ke pokok cerita ane gan, ini cerita pribadi ane gan, ini cerita ane ambil dari blog ane sendiri gan, semoga berkenan and cekibrot

Di Dzalimi Pak Dokter


Kali ini berhubung uda ada inspirasi dan kesempatan buat nidurin keyboard laptop pake jari jemari, akhirnya gue akan melimpahkan kisah yang ada dalam hidup gue lagi, dan seharurnya kisah ini yang tau cukup gue, bokap, dan pak dokter spesialis . Spesialis apaan ya, gue lupa, yang penting bukan spesialis kejiwaan karena gue sadar 100% masih normal meskipun terkadang abnormal seiring musim berganti. Yeah, memang seharusnya hanya aku, bokap, dan pak dokter, tapi mending gue share ajah biar kalian tau, terutama bagi temen-temen gue akhirnya bisa ngledekin dengan hinanya saat lagi ketemu gue .

Alkisah, ini terjadi hampir 3 tahun yang lalu, dan pada waktu itu gue lagi aktif-aktifnya ikut mencalonkan diri sebagai prajurit TNI di NKRI kita tercinta ini, MERRRRDEKAHH !!!!
(Apa kank, loe mencalonkan diri jadi prajurit TNI ?) Yuuups, prajurit TNI (HAAAAAHH, BENERAN, dengan modal tampang bego gini ?) Emang tampang gue semiris itu ya ? okelah, kalian sendiri ajah para pembaca yang menilai ketampanan gue ini . Iya sodara-sodari, saya pernah ikut mencalonkan diri untuk jadi prajurit TNI, dan akhirnya tetep ajah gagal . Tapi ingat, dibalik sebuah kegagalan pasti ada hikmah yang tertindih .

Asal loe tau ya guys, ikutan gtoan itu persiapannya bukan hanya fisik yang prima, tapi juga otak yang cerdas dan kesehatan yang wal’afiat. Asal loe tau lagi guys, dari tiga persyaratan dasar tersebut, gue gak ada yang memenuhi persyaratannya. Yuups, kagak ada . Biar agak dramatis dikit ya, jadi gue ulangi lagi dengan back sound gitar ngamen milik banci,*JRENG JRENG JRENG* IYA, BENAR, KAGAK ADA YANG MEMENUHI SYARAT *JELEGARRRRRRRRRRRRRR* (Itu yang terakhir petir menyambar ya kank ?) Bukan, siapa yang bilang petir ? (Lah itu kok *JELEGARR*, emang apaan klo buka petir ?) Kagak tau, coba loe tanya ajah sama rumput yang bergoyang !
Sampai mana kita tadi ? Ohh iya gini guys, sebenernya juga dari tiga persyaratan tersebut yang kurang dari gue cukup dari kesehatan . Banyak kesehatan dari dalam tubuh gue yang perlu di perbaiki, bukan berarti gue kagak sehat atau bener-bener gila permanen, bukan itu . Sebenernya Cuma dua hal yang mempersulit, yaitu varices dan ambien . Saat Varices sudah teratasi dengan sempurna, tinggal ambiennya yang belom tertangani oleh ahlinya.

Suatu ketika, pada hari yang tepat untuk menangani ambeien gue, berangkatlah gue sama bokap ke RSUD di sekitar tempat tinggal. Sesampainya di lokasi, gue sama bokap menuju lokasi berikutnya, tiada lain tiada bukan adalah keruangan pak dokter yang bakal menangani calon jabang bayi gue yang gak jadi bayi secara sempurna, hanya berupa segumpal daging yang nyantol di lubang dubur gue. Dengan rasa deg-degkan gue menyusuri tiap lorong RSUD, muter-muter mencari ruangan sang dokter, gue lemas, letih, lesuh, menahan rasa sakit di pantat, berjalan nunduk, akhirnya gue pegang tangan bokap dan berkata,”Pak, ruangannya sebelah mana sih ?”. Dan malah suara lelaki yang notabennya bukan suara bokap yang terdengar,”Loh, adik ini siapa ?”. *JEGLEEEKKK*, gue ternyata salah gandeng tangan orang,”WOE, SIAPA LOE, MANA, MANA BOKAP GUE , LOE TELEN LEWAT LOBANG MANA BOKAP GUE ? AYO CEPET NGAKU, KLO KAGAK NGAKU, GUE KENTUTIN LOH !” serentak dan sekejap ruangan rumah sakit jadi pasar ikan gara-gara percecokan mulut antara pedagang dan anak kucing yang salah ngira si pedagang adalah bapaknya si kucing. Setelah gue minta maaf karena salah mengira, dan ternyata si bokap uda ada di jauh mata sedang duduk sexy sembari membaca koran yang beliau bawa dari rumah, entah itu Koran tahun berapa. Sesampainya di tempat ruang tunggu pasien, gue duduk di samping bokap secara perlahan karena menahan rasa nyeri di dubur. Duduk pun tak nyaman, megol sana, megol sini, pengen cari posisi yang nyaman tapi gak ketemu, malah yang ada rasa nyeri makin bertambah,BBEEEEHHHH sakit banget . Setelah menunggu sekian lama akhirnya giliran gue yang dibedah atau bahkan direparasi ulang.

*TOK TOK TOK* bokap mengetuk pintu sang penjagal alias si dokter. Dari balik pintu terdengar suara jawaban dari ketukan pintu bokap,"silahkan masuk ." Gue sama bokap pun masuk ke dalam ruangan sang penjagal. Sesampainya di dalam ruangan sang penjagal ambien, dan berhadapan langsung dengan sang penjagal, bokap memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan sang penjagal,”selamat siang dok .”
Dokter menjawab,”selamat siang, silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu pak ?”
Bokap menyahut, dan gue manyun,”ini dok, anak saya sepertinya menderita ambien dok .”
Tanpa banyak cing-cong sampe mencong-mencong mulutnya bencong, dokter menyambar kesadaran gue dan bilang dengan sopan dan penuh CINTAHHH,”ayo dek naik ke atas kasur !”
Gue tanpa menolak layaknya terkena hipnotis, akhirnya menuruti kemauan si dokter. Dokter yang sekarang sedang sibuk menyiapkan perlengkapannya, masker, sarung tangan karet, dan senter. Dokter menghampiri gue dan tersorot pandangan mata dari balik kacamatanya yang penuh tatapan sinis dan membara .
“Tolong di lepas celananya dek, dan setelah itu nungging ya !” si dokter langsung terang-terangan bilang kayak gto ke gue tanpa ragu sama sekali .
Gue langsung shock berat ngedengenya, dan sekali lagi layaknya terhipnotis,gue mengiyakan kemauan si dokter . Pada waktu itu, yang terbenak dalam pikiran gue adalah, takut keperjakaan hilang karena mulut si dokter atau bahkan lebih parah lagi, si dokter pingsan karena lihat ukuran MR. P gue yang gedenya sebatang pohon pisang . Setelah gue sudah siap dengan posisi, dan gue pasrah apa adanya, si dokter deketin pantat gue yang lagi nungging. Dada gue semakin deg-degkan, detak jantung gak karuan, napas senin kamis sampai akhirnya tinggal kamisnya doang, si dokter dengan penuh sopan bilang,”boleh posisi kakinya di renggangin sedikit dek dan pantatnya tolong dibelalak dikit ya pake tangan adek .”
Gue yakin klo sekarang gue beneran di hipnotis, karena gue gak mampu menolak perintah si dokter. Beberapa detik suasana hening, perasaan gue semakin gak karuan, dan saya minta tolong bagi para pembaca yang gak kuat iman, yang merasa jijikan, yang punya penyakit jantung, epilepsi, stroke, kanker, ato bahkan penyakit kutil yang sangat akut, tolong, sekali lagi tolong, kuatkan mental anda-anda sekalian .
Tanpa terasa, dan rasanya emang agak terasa, JARI SI DOKTER MASUK KE LUBANG DUBUR GUEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE, FUCK, DAMN, and SHIT, si dokter gak bilang-bilang klo mau masukin jarinya. Gue serasa pengen nangis karena gue telah di dzalimi seorang dokter di depan muka bokap gue, gue pengen teriak, pengen nangis merasakan kenikmatannya. Sekali lagi dan untuk yang kesekian kali, si dokter berkata dengan halus dan sangat-sangat sopan,”gak apa-apa kok ini pak, ini Cuma wasir pak, kurang banyak minum air mineral sama kurang makan sayuran ajah.”
Serentak gue teriak,”GAK APA-APA JIDAT LOE, LOE DOKTER JAHANAM, LOE MASUKIN JARI KE DUBUR GUE DAN LOE BILANG GAK APA-APA, POKOKNYA KLO GUE SAMPE HAMIL GARA-GARA PERLAKUAN JARI LOE YANG KAGAK SOPAN ITU, LOE MUSTI YANG HARUS TANGGUNG JAWAB ATAS SEMUA INI ?!!” ya tentunya gue teriak gto dalam hati. Dan sekali,sekali untuk yang kesekian kali lagi dengan nada yang sama sampe gue bosen ngedengarnya, dokter dengan sopan bilang,”sudah dek, adek boleh pake celananya lagi dan turun dari tempat tidur .” Sialan, ternyata uda kelar, padahal dalam hati kecil gue, gue sebenernya menikmatinya, ehh malah ternyata uda kelar, ya sudahlah lagian ada bokap juga yang lihat jadi kan gak leluasa *JIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA*. Gue sekarang bisa bernapas lega karena kejadian barusan sudah berakhir dan masih menyisakan trauma sampe sekarang, sampe gue masih menulis posting ini, mungkin ini akan berlanjut sampe akhir hayat hidup gue. Dokter binal itu pun menulis resep, kertas resep dikasihin bokap, dan gue sama bokap ke ruang apotek buat ngambil obat sama melunasi semua pembayaran. Sebenernya gue pengen protes dengan total pembayarannya, seenggaknya di diskon 95% karena dokter tadi lupa gak bayar gue setelah makai gue, tapi gue gak tega hati buat melayangkan protes tersebut. Tapi bener, gue gak kena ambien, gue Cuma wasir, dan syukur Alhamdulillah karena dengan tidak adanya ambien, gue gak bakalan lagi merasakan kejadian yang sama lagi kayak gini.

Yang terakhir, gue cuma berpesan untuk para homo lovers atau banci-banci yang kebetulan baca posting gue ini, tolong jangan mencuri-curi kesempatan untuk mendapatkan kenikmatan dengan pura-pura kena ambien terus datang ke dokter spesialis penusukan dubur, syukur-syukur jari yang di masukin, coba kalo linggis, bisa mampus loe . Dan ini pesan special buat para penderita ambien, terutama yang belom periksain itu ambien di pantat loe, “SELAMAT MENIKMATI KENIKMATAN TUSUKAN JARI SANG DOKTER YANG BAKAL NANGANIN LOE-LOE PADE”, ohh iya, jangan lupa ya, nanti klo nyari dokter yang punya jari telunjuk sedege pohon beringin ajah ya, biar lebih berasa sampai akar-akarnya .

Gimana gan, jika berkenan kasih ajah emoticon-Blue Guy Cendol (L)gan, dan gak berharap dikasih emoticon-Blue Guy Bata (L) biar semangat lg buat ng-Thread gan .

emoticon-Blue Guy Peace
0
4K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan