Sorry Om Momod kalo thread ane salah kamar/ga rapi..
Ane jarang nulis dikaskus, ane dikaskus cuman mencari sesuap nasi dan

aja hehehe
Tapi Hari ini Ane tergerak buat nulis tentang salah satu permasalahan bangsa kita yaitu Peringatan Hari Buruh 1 Mei..
Point 1 :
Quote:
Pertama-tama ingatan ane tertuju waktu dulu ane kelas 1 SMA, Saat itu sekolah ane terpilih jadi Tim Paduan Suara di Gubernuran Surabaya ( Grahadi ) untuk acara HARDIKNAS ( Hari Pendidikan Nasional ) 2 Mei.. waktu itu masih Om Imam Utomo Gubernurnya.
Saat itu Gladi Bersih kami bertepatan dengan Hari Buruh 1 Mei, emang sih demo berlangsung rapi, tidak anarkis, teratur, tapi ada beberapa Point yang ane ga suka dari demo itu.
1. Saat Perjalanan Menuju Grahadi Kami Kesulitan Karena Pendemo Tidak mau mengalah memberikan jalan ( Saat itu saya masih muda dan jiwa patriotis sedang tumbuh-tumbuhnya jadi sedikit emosi, Wong Saya ini Latihan Demi Menjalani Tugas Negara eh kok di ganggu sama demo Buruh )
2. Saat Latihan Berlangsung, Mereka Juga Melakukan demo yang jelas mengganggu kosentrasi semua petugas juga termasuk kami ( Apa Tidak Bisa Demo Setelah Latihan Gladi Bersih Selesai?? )
3. Dan yang paling sedih saat Lagu Kebangsaan "INDONESIA RAYA" dinyanyikan mereka juga nyanyi pakai pengeras suara sehingga sangat mengganggu suara kami walaupun saya cuman numpang cuap-cuap doang sih karena suara saya juga ga bagus-bagus amat

( tapi setidaknya saya tidak pingin merusak latihan saya dan teman-teman yang lain )
4. Mulai dari situ saya menarik pelajaran penting dalam hidup saya, Saya Harus Belajar Ikhlas (seperti point film kiamat sudah dekat favorit saya) karena Demo berasal dari ketidakpuasan sehingga membuat mereka tidak ihklas menerima diri mereka sendiri.
Point 2 :
Quote:
Dari Tahun ke Tahun tuntutan Buruh yang selalu dapat simpati dari pejabat membuat mereka Makin tidak Tahu diri dan tidak mau menerima diri mereka sendiri.
Mereka Tidak mau menerima status mereka kalau mereka itu hanya seorang Buruh yang menggantungkan Hidup pada Kinerja, Keahlihan, Prestasi, Attitude, Serta Kebaikan Hati Dari Masing-Masing Majikan... Mereka Malah menggantungkan Hidup Pada Tuntutan yang tidak sesuai dan sanggup dipenuhi oleh tiap-tiap perusahaan.
Point 3 :
Quote:
Mereka Selalu Berkata Apakah Kami Tidak Pantas Hidup Layak? Apakah anak Kami tidak boleh sekolah tinggi? Apakah Kami Tidak Boleh Punya Rumah Sendiri?..
Mari Kita Jawab Pertanyaan Diatas satu per satu.
1. Kalian Pantas Hidup Layak tapi apakah definisi Hidup Layak Menurut Buruh? Apakah Definisi Hidup layak itu Bisa Hidup selayaknya Bos-Bos Mereka?
Bagi Saya Makan Buruh tidak kekurangan, Bisa Bayar Kontrakan/Syukur-syukur beli rumah sendiri, bisa sekolahin anak sampai SMA itu sudah cukup layak untuk seorang buruh
2. Kalau Kaum Buruh ingin anaknya sekolah tinggi point penting yang harus mereka sadari adalah mereka dan anak-anak mereka harus bekerja dan berhemat untuk memenuhi kebutuhan mereka
banyak kasus bahkan anak-anak miskin juga bisa berpendidikan tinggi karena Usaha mereka yang keras, Bukan Nuntut Kuliah Gratisan Seperti yang mereka tuntut sekarang.
3. Sangat Boleh, tapi apa definisi rumah bagi mereka? rumah gedongan? cukuplah rumah yang melindungi dari panas dan hujan serta tidak rawan digusur.
banyak dari mereka menuntut sesuatu seakan-akan mereka berkerja seperti para bos bukan seperti para kuli. sekali lagi mereka tidak mau menerima kondisi diri mereka sendiri.
Point 4 :
Quote:
Jangan Sampai Mental Bangsa ini Menjadi Mental Buruh...
Terkadang Saya Berpikir buat apa saya kerja cari duit di kaskus sambil kuliah, kalau ternyata setelah lulus seperti sekarang gaji sebelas-duabelas dibandingkan dengan Buruh.
Terkadang Saya berpikir hijrah kejakarta jadi buruh saja dari pada tetap dikota asal tapi gajinya sebelas-duabelas dengan buruh dijakarta
Tapi mental ini terus saya singkirkan, saya tidak mau bermental buruh yang nantinya tiap tahun hanya meminta-minta dengan tidak sopan, tapi kinerja juga begitu-gitu saja.
Mental bangsa ini sudah terpuruk saya kira, banyak juga orang-orang yang berpendidikan tinggi rela hanya menjadi Buruh, TKI, HouseKeeper, TKW, PRT ke luar negeri hanya untuk mencari dollar dengan mengorbankan skill yang dia dapat dari sekolah mereka (walaupun tidak semua berskill), dan kebanyakan dari mereka itu illegal.
Intinya Bagi Mereka lebih baik bekerja sebagai pekerja kasar (bukan keras) dengan bayaran tinggi daripada bekerja keras dengan cara yang halal (tidak ilegal).
Point 5 :
Quote:
Pemerintah Seharusnya memperbanyak lapangan kerja untuk pekerja profesional sehingga mental kami sebagai anak muda tidak tumbuh menjadi metal buruh karena persaingan kerja yang sulit. Jadi jangan hanya perhatikan kalangan bawah dan atas saja, tapi perhatikan juga kalangan menengah seperti anak-anak muda yang berjuang meniti karir dari mulai awal.
Terakhir saya tutup dengan sebuah kisah yang diambil dari kisah Yesus / Nabi Isa versi Kristiani/Alkitab. Jadi Buat yang protes nanti silahkan di baca dulu kisahnya karena kisahnya sangat cocok dengan kondisi bangsa ini sekarang.
Pada Saat-saat sebelum Yesus Disalib, Yesus Disidang Oleh Pontius Pilatus Hakim Agung Jaman itu, dan saat itu Pontius Pilatus tidak menemukan Kesalahan Yesus Sehingga Pontius Pilatus Bertanya kepada rakyat dan rakyat berkata "Salibkan Dia" Maka dari itu Pontius Pilatus mencuci tangannya dan menghukum Yesus dengan Hukuman Mati di Salib .
Point yang diambil.
Demokrasi Indonesia Sekarang Sudah seperti Demokrasi Jaman Pontius Pilatus Dimana tidak dilihat Benar dan Salah... Tetapi Yang dilihat adalah Suara Terbanyak dan Kepentingan Jabatan Publik
Kita dilahirkan miskin itu bukan salah kita, Tetapi Jika kita mati tua dalam keadaan miskin itu adalah kesalahan kita