- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ditemukan Planet Menyerupai Bumi di Antara 1000 Planet
TS
destroyers05
Ditemukan Planet Menyerupai Bumi di Antara 1000 Planet
Quote:
LOS ANGELES, AS— Para astronom telah menemukan apa yang mereka nyatakan sebagai planet yang paling mirip dengan Bumi – planet berbatu yang ukurannya hampir sama dengan planet kita dan berada di zona Goldilocks, dimana itu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin bagi eksistensi kehidupan.
Penemuan yang diumumkan pada Kamis (17/04/2014) lalu itu merupakan kabar gembira bagi para pemburu planet yang telah menjelajahi galaksi Bima Sakti selama bertahun- tahun untuk mencari tempat berpotensi huni di luar sistem Tata Surya kita.
" Ini adalah kasus terbaik untuk planet layak huni yang belum ditemukan," kata astronom University of California, Berkeley, Geoff Marcy, yang turut berperan dalam penemuan itu, dalam sebuah email.
Planet ini terdeteksi oleh teleskop Kepler milik NASA, yang mempelajari berbagai perubahan halus dalam tingkat kecerahan yang mengindikasikan planet tersebut mengorbit pada sebuah bintang. Berdasarkan perubahan tingkat kecerahan tersebut, para ilmuwan bisa menghitung ukuran planet dan membuat kesimpulan tertentu tentang sifat-sifat planet tersebut.
Objek yang baru ditemukan itu dinamai Kepler- 186f. Ia mengelilingi sebuah bintang kerdil merah yang berjarak 500 tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Cygnus. Satu tahun cahaya adalah hampir 10 triliun km.
Planet ini sekitar 10 persen lebih besar dari Bumi dan sangat mungkin memiliki air cair – bahan utama bagi kehidupan – pada permukaannya, menurut penuturan para ilmuwan. Hal itu karena ia berada di tepi luar dari zona bersuhu layak huni di bintang, yang merupakan zona dimana danau, sungai, atau laut, bisa eksis tanpa mengalami pembekuan atau mendidih.
" Penemuan ini istimewa karena kini kita telah mengetahui bahwa terdapat planet seukuran Bumi dan berada di zona layak huni yang mungkin akan mampu mendukung kehidupan," kata pemimpin peneliti, Elisa Quintana, dari Ames Research Center NASA, pada saat konferensi pers.
Penemuan itu dijelaskan dalam jurnal Science edisi Jumat (18/04/2014). Hal ini didasarkan pada pengamatan yang dibuat sebelum teleskop Kepler mengalami kelumpuhan akibat kegagalan mekanis tahun lalu.
" Planet ini mungkin terbalut dalam cahaya oranye-merah dari bintang dan kemungkinan besar lebih dingin dari Bumi, dengan suhu rata-rata sedikit di atas titik beku, yang mirip dengan saat pagi atau senja pada musim semi di Bumi," kata Marcy.
Sementara Quintana cenderung menganggap planet ini sebagai "sepupu Bumi" daripada "saudara kembar ", karena planet itu mengorbit pada bintang yang lebih kecil dan lebih redup dari Matahari kita. Sementara Bumi berputar mengelilingi Matahari dalam 365 hari, planet ini selesai melakukan orbit bintangnya setiap 130 hari.
Para ilmuwan tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah planet itu memiliki atmosfer, tetapi jika tidak, mungkin di sana mengandung banyak karbondioksida, menurut penuturan ahli dari luar tim peneliti.
" Jangan melepaskan masker pernapasan jika Anda nanti akan mendarat di sana," kata Lisa altenegger, seorang astronom Universitas Harvard dan Institut Max Planck yang tidak ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
" Meskipun dengan adanya sejumlah perbedaan ini, kini kita telah dapat mengetahui bahwa benar-benar terdapat sebuah planet yang sangat mirip dengan Bumi, setidaknya dalam ukuran dan suhu," ujar ilmuwan Harvard, David Charbonneau, yang bukan bagian dari tim peneliti, dalam sebuah email.
Sejak diluncurkan pada 2009, Kepler telah mengonfi rmasi 961 planet, tetapi hanya beberapa lusin yang berada di zona layak huni. Sebagian besar lainnya merupakan bola gas raksasa seperti Jupiter dan Saturnus, serta tempat-tempat yang tidak ideal untuk ditinggali sebuah kehidupan.
Para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir juga telah menemukan planet yang sedikit lebih besar dari Bumi di zona Goldilocks yang disebut "super Earths," namun masih tidak jelas apakah mereka merupakan planet berbatu.
Penemuan terbaru ini adalah yang paling dekat dalam ukuran ke Bumi daripada temuan lain yang selama ini dirilis.
Para astronom mungkin tidak pernah mengetahui secara pasti apakah Kepler- 186f dapat menopang kehidupan, karena planet ini berjarak terlalu jauh, bahkan untuk teleskop ruang angkasa generasi berikutnya dari NASA, James Webb, yang akan diluncurkan pada 2018, untuk dapat mempelajari planet tersebut secara rinci.
Penemuan yang diumumkan pada Kamis (17/04/2014) lalu itu merupakan kabar gembira bagi para pemburu planet yang telah menjelajahi galaksi Bima Sakti selama bertahun- tahun untuk mencari tempat berpotensi huni di luar sistem Tata Surya kita.
" Ini adalah kasus terbaik untuk planet layak huni yang belum ditemukan," kata astronom University of California, Berkeley, Geoff Marcy, yang turut berperan dalam penemuan itu, dalam sebuah email.
Planet ini terdeteksi oleh teleskop Kepler milik NASA, yang mempelajari berbagai perubahan halus dalam tingkat kecerahan yang mengindikasikan planet tersebut mengorbit pada sebuah bintang. Berdasarkan perubahan tingkat kecerahan tersebut, para ilmuwan bisa menghitung ukuran planet dan membuat kesimpulan tertentu tentang sifat-sifat planet tersebut.
Objek yang baru ditemukan itu dinamai Kepler- 186f. Ia mengelilingi sebuah bintang kerdil merah yang berjarak 500 tahun cahaya dari Bumi, di konstelasi Cygnus. Satu tahun cahaya adalah hampir 10 triliun km.
Planet ini sekitar 10 persen lebih besar dari Bumi dan sangat mungkin memiliki air cair – bahan utama bagi kehidupan – pada permukaannya, menurut penuturan para ilmuwan. Hal itu karena ia berada di tepi luar dari zona bersuhu layak huni di bintang, yang merupakan zona dimana danau, sungai, atau laut, bisa eksis tanpa mengalami pembekuan atau mendidih.
" Penemuan ini istimewa karena kini kita telah mengetahui bahwa terdapat planet seukuran Bumi dan berada di zona layak huni yang mungkin akan mampu mendukung kehidupan," kata pemimpin peneliti, Elisa Quintana, dari Ames Research Center NASA, pada saat konferensi pers.
Penemuan itu dijelaskan dalam jurnal Science edisi Jumat (18/04/2014). Hal ini didasarkan pada pengamatan yang dibuat sebelum teleskop Kepler mengalami kelumpuhan akibat kegagalan mekanis tahun lalu.
" Planet ini mungkin terbalut dalam cahaya oranye-merah dari bintang dan kemungkinan besar lebih dingin dari Bumi, dengan suhu rata-rata sedikit di atas titik beku, yang mirip dengan saat pagi atau senja pada musim semi di Bumi," kata Marcy.
Sementara Quintana cenderung menganggap planet ini sebagai "sepupu Bumi" daripada "saudara kembar ", karena planet itu mengorbit pada bintang yang lebih kecil dan lebih redup dari Matahari kita. Sementara Bumi berputar mengelilingi Matahari dalam 365 hari, planet ini selesai melakukan orbit bintangnya setiap 130 hari.
Para ilmuwan tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah planet itu memiliki atmosfer, tetapi jika tidak, mungkin di sana mengandung banyak karbondioksida, menurut penuturan ahli dari luar tim peneliti.
" Jangan melepaskan masker pernapasan jika Anda nanti akan mendarat di sana," kata Lisa altenegger, seorang astronom Universitas Harvard dan Institut Max Planck yang tidak ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
" Meskipun dengan adanya sejumlah perbedaan ini, kini kita telah dapat mengetahui bahwa benar-benar terdapat sebuah planet yang sangat mirip dengan Bumi, setidaknya dalam ukuran dan suhu," ujar ilmuwan Harvard, David Charbonneau, yang bukan bagian dari tim peneliti, dalam sebuah email.
Sejak diluncurkan pada 2009, Kepler telah mengonfi rmasi 961 planet, tetapi hanya beberapa lusin yang berada di zona layak huni. Sebagian besar lainnya merupakan bola gas raksasa seperti Jupiter dan Saturnus, serta tempat-tempat yang tidak ideal untuk ditinggali sebuah kehidupan.
Para ilmuwan dalam beberapa tahun terakhir juga telah menemukan planet yang sedikit lebih besar dari Bumi di zona Goldilocks yang disebut "super Earths," namun masih tidak jelas apakah mereka merupakan planet berbatu.
Penemuan terbaru ini adalah yang paling dekat dalam ukuran ke Bumi daripada temuan lain yang selama ini dirilis.
Para astronom mungkin tidak pernah mengetahui secara pasti apakah Kepler- 186f dapat menopang kehidupan, karena planet ini berjarak terlalu jauh, bahkan untuk teleskop ruang angkasa generasi berikutnya dari NASA, James Webb, yang akan diluncurkan pada 2018, untuk dapat mempelajari planet tersebut secara rinci.
0
3.1K
Kutip
17
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan