Sejumlah aktivis perempuan menunjukkan foto buruh Marsinah korban pembunuhan, memberikan keterangan kepada wartawan, di Kantor Kontras, Jakarta, Senin, 7 Mei 2012. Para aktivis perempuan menuntut penuntasan kasus Marsinah yang telah 19 tahun belum terungkap dan segera menangkap serta mengadili para pelaku pelanggaran HAM pada masa Orde Baru segera diadili. TEMPO/Imam Sukamto
Quote:
TEMPO.CO, Nganjuk - Makam aktivis buruh Marsinah di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk kembali menjadi tempat peringatan hari buruh internasional atau May Day, Kamis 1 Mei 2014. Sebanyak 150 aktivis buruh menuntut pemerintah menetapkan Marsinah menjadi pahlawan buruh nasional.
"Marsinah layak menjadi pahlawan buruh nasional," teriak Ahmad Soim, Koordinator Wilayah KSBSI Jawa Timur sambil membentangkan poster di Desa Nglundo. (Baca: SPN Jawa Tengah Dukung Marsinah Jadi Pahlawan Buruh)
Aksi jalan kaki yang mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian ini berakhir ke makam Marsinah di kompleks pemakaman desa setempat. Di depan nisan Marsinah, mereka berdoa dan melakukan tabur bunga sebagai bentuk duka cita. Meski telah tewas beberapa tahun silam, kisah tragis yang dialami Marsinah dalam memperjuangkan nasib buruh terus mengilhami semangat perjuangan buruh saat ini.
Tak hanya mendoakan almarhum, para buruh juga kembali meminta pemerintah menuntaskan pengusutan kematian Marsinah yang hingga kini masih gelap. Mereka meyakini aktor utama di balik pembunuhan Marsinah masih bebas berkeliaran. "Sampai kapanpun para aktivis buruh di Indonesia akan terus menuntut penjelasan pemerintah atas tragedi kemanusiaan ini," ujarnya. (Baca: 20 tahun Kasus Marsinah Masih Gelap)
Marsinah adalah seorang buruh di pabrik jam PT Catur Putra Surya di Sidoarjo. Dia getol memperjuangkan nasib kawan-kawannya dan terlibat aktif dalam aksi mogok kerja dan unjuk rasa pada bulan Mei 1993. Dalam dalam perjuangannya itu,
dia diculik oleh pihak yang diduga aparat sebelum ditemukan tewas di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Marsinah kemudian memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama dan kasusnya menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
TEMPO
Ini baru pejuang hak buruh yang sebenarnya. Bukan seperti Said Iqbal, Serikat buruh, atau buruh yang gak tau diri yang beritanya banyak kita baca hari ini.
Marsinah, seorang buruh perempuan yang berani bicara dan melawan dikala tirani masih berkuasa di negeri ini sampai akhirnya dia dibungkam.
Meski dalang intelektualnya berbeda, kasus Marsinah dan Wiji Thukul diduga kuat memiliki hubungan erat dengan militer.
Seharusnya, hari ini para buruh bukan menuntut kenaikan upah yang tidak masuk akal, tapi mendorong pemerintah untuk menuntaskan kasus pelenyapan Marsinah, orang yang memperjuangkan hak mereka.