KUPANG- Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini Indonesia sangat tergantung dengan impor daging. Kenyataan ini yang akhirnya membuat Pemprov DKI sepakat menandatangani kerjasama dengan Pemprov Nusa Tenggara Timur (NTT) di bidang peternakan, khususnya terkait daging sapi.

"Jangan kita ini ketergantungan sekali dengan impor. Di sini (Kupang) mestinya pembibitan bisa, penggemukan bisa, Pak Gubernur NTT sudah bilang ada ranch. Bukan hanya masalah lebaran, daging 60% konsumsi nasional itu di Jakarta," kata Jokowi di Kupang, NTT, Selasa (29/4).

Jokowi mengatakan hal tersebut usai bersama Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menandatangani kesepakatan bersama atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang pengembangan ternak sapi untuk penyediaan kebutuhan daging sapi di Jakarta.

Kedua pimpinan daerah tersebut tiba di lokasi penandatanganan, di Desa Ponai, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT pukul 11.20 WITA. Saat tiba, Jokowi langsung disambut warga setempat dengan dikenakan kain destar (ikat kepala) dan sarung adat Amarasi.

Penandatanganan kerjasama tersebut juga, kata Jokowi bertujuan untuk memotong impor daging. Selain itu diharapkan kedua provinsi juga bisa untung sehingga bagi DKI sendiri akan memiliki stok daging sapi yang jelas jumlahnya dan mencukupi. "Ini kan jangka panjang. Empat sampai lima tahun baru kelihatan," katanya.

Jokowi mengatakan, bentuk investasi yang dilakukan dalam kerjasama ini adalah berupa ternak. Dengan demikian pihaknya pun ingin melihat terlebih dahulu, yang dilakukan apakah beternak langsung, pembelian daging, atau pengiriman ternak. Hal itu diyakini, mengingat NTT memiliki ranch dalam hal ini, sama seperti halnya yang dilakukan kepada Australia.

"Enam bulan kita rembuk lakukan dan hari ini bisa tandatangan kerjasama itu. Ada peluang yang besar, hanya bisnis modelnya seperti apa. Bisnis model harus dicari agar Jakarta dan NTT dapat manfaat," katanya.(D-14/SP/gor)

NTB PUSAT DAGING DAN BIBIT SAPI INDONESIA
Tahun 2013, pengeluaran sapi bibit di NTB tercatat 16.744 ekor, sapi potong 25.706 ekor dan pemotongan sapi mencapai 45.073 ekor. Atau total produksi daging sebesar 14.277 ton. Produksi daging sapi ini didorong karena NTB memiliki bibit sapi kualitas terbaik. Dan telah berkontribusi signifikan terhadap pengembangan sapi dan kebutuhan daging nasional. ”NTB ditunjuk sebagai salah satu dari 18 provinsi di Indonesia sebagai sumber sapi potong dan sapi bibit,” terang TGB.

Gubernur yang sempat menyabet predikat gubernur termuda versi museum rekor Indonesia (MURI), menambahkan, populasi ternak sapi di NTB terus meningkat seiring terus tumbuhnya usaha peternakan sapi masyarakat NTB. Dalam dua tahun terakhir, populasi ternak sapi meningkat dari 685.810 ekor tahun 2011 menjadi 784.019 ekor tahun 2012. Dan mengalami peningkatan cukup berartai tahun 2013 menjadi 1.002.731 ekor.

Tahun 2014-2018, Pemprov NTB secara bertahap akan mengurangi pengiriman ternak hewan sapi potong keluar daerah. Namun, akan diganti menjadi daging beku. Usaha ini sejalan dengan revitalisasi enam rumah pemotongan hewan (RPH ) ruminansia, yang saat ini telah berstandar internasional. RPH ini mampu menghasilkan produksi daging asuh (aman, sehat, utuh dan halal). ”Sampai saat ini, daerah kami memiliki 57 buah fasilitas RPH yang terdiri dari 34 RPH ruminansia dan 23 tempat pemotongan hewan,” imbuh TGB.