Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yantiqueAvatar border
TS
yantique
Turunnya Fatwa Ulama Saudi, Bersatu Hadang Jokowi? Betulkah Harom Memilih Jokowi RI1?
Turunnya Fatwa Ulama Saudi, Bersatu Hadang Jokowi?
April 8, 2014

salafy-mazumMenikmati detik-detik menjelang pemilu legislatif yang akan berlangsung besok, Rabu 9 April 2014, rasanya seperti hendak bertemu dengan pujaan hati. Deg-degan. emoticon-Big Grin Namun harap-harap cemas saya rasanya tidak sebanding dengan kekalutan sebuah partai “Islam” di Indonesia, yang demi memenuhi hasratnya untuk menjadi 3 besar, mereka rela melancarkan aksi-aksi ajaib.

Sebut saja, kunjungan pemimpin puncak partainya ke makam Eyang Suharto untuk berziarah. Jika berziarah dilakukan oleh warga Nahdliyin atau umat Islam Aswaja pada umumnya di Indonesia, tentu itu bukanlah hal yang aneh. Tapi jika dilakukan oleh seorang petinggi “Partai Dakwah” – yang terbiasa membid’ahkan amalan seperti ziarah kubur – yang kadang dianggap sebagai syirik akbar, tentu membuat kening berkerut. Apakah ziarah kubur bid’ah dan syirik kecuali menjelang pemilu? Biarlah mereka yang menjawab.

Lalu partai dakwah tersebut mengusung jargon “Cinta, Kerja, Harmoni” dan membuka diri – menyambut dengan baik masuknya caleg terduga Syiah hingga caleg non-muslim untuk ikut bertarung dalam pemilu, yang tak ayal sikapnya ini menjadi cemoohan—bagi siapapun yang sangat mengenal sepak terjang “Partai Dakwah” yang selama ini selalu mencitrakan diri muslim sejati — anti syiah, kafir, liberal, dan sekuler.

Menurut Republika (4/4), “Partai Dakwah” tersebut memiliki empat calon anggota legislatif yang beragama Hindu di Bali. Sementara itu menurut Arrahmah, Sekretaris Jenderal PKS, Taufik Ridho di Jakarta, pada Senin (22/4/2013) menyatakan, caleg non-Muslim banyak diusung PKS untuk daerah pemilihan Indonesia Timur, seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua, dan Papua Barat. “Memang kebutuhannya seperti itu,” ujar Taufik.

Namun, tidak ada yang lebih dahsyat lagi dan tidak terbayangkan sebelumnya, jika Arab Saudi pun – melalui ulama-ulamanya akhirnya menurunkan fatwa untuk memilih PKS !

Seperti yang dikabarkan PKS Piyungan—dari Ustadz Firanda;
Berdasarkan fatwa para ulama besar yang memiliki pandangan yang tajam, fikih yang tinggi, serta ketakwaan kepada Allah (seperti Syaikh Bin Baz, Syaikh Al-’Utsaimin, dan Syaikh Al-Albani rahimahumullah) demikian juga fatwa Ulama Besar Madinah Syaikh Abdul Muhsin Al-’Abbad hafizohullah, dan juga beberapa ulama lainnya yang sempat kami minta nasehat dari mereka, maka kami mengikuti nasehat para ulama tersebut untuk menganjurkan kaum muslimin untuk ikut mencoblos dalam pemilu

-sebagai pengamalan dari kaidah fikih (ارْتِكَابُ أَخَف الضرَرَيْنِ) “Menempuh mudhorot yang teringan”,
terlebih lagi mengingat kondisi tanah air yang cukup mengkhawatirkan.

Setelah itu kami bermusyawarah dan mengambil keputusan untuk menganjurkan kaum muslimin melakukan hal berikut :

Pertama : Jika mengenal caleg yang terbaik dan cenderung kepada sunnah dan membela kepentingan islam maka pilihlah caleg tersebut.

Kedua: Berilah peringatan terhadap caleg nashrani, syiah maupun liberal walaupun dari partai islam.

Ketiga: Jika tidak kenal caleg, maka pilihlah Partai PKS,

Walaupun Kami tetap menyatakan haramnya demokrasi, karena bagaimanapun PKS –dengan segala kekurangannya- masih merupakan partai yang secara umum masih diharapkan bisa memberi kontribusi kepada Islam dan Kaum Muslimin. Namun tetaplah berhati-hati terhadap caleg syiah dan non muslim walaupun dari PKS.

SERUAN kami kepada PKS agar terus membenahi diri, dan mencari keridhoan Allah, dan tidak mencalonkan non muslim, syiah maupun liberal.

Sesungguh kemenangan bukanlah pada jumlah yang banyak akan tetapi pada meraih keridoan Allah dengan menjalankan syari’atNya dan menjauhi sebisa mungkin larangan-Nya.

Akhirnya kami mengharapkan kaum muslimin menyatukan suara mereka demi Islam, dan terus berdoa dengan tulus dan membenahi ibadah masing-masing, karena penolong hanyalah Allah semata.

Semoga menjadi kemaslahatan bagi kaum muslimin.

Allahul musta’an http://www.pkspiyungan.org/2014/04/f...pilih-pks.html

Sungguh menarik. Fatwa pun buru-buru diimpor demi meyakinkan kaum muslimin untuk memilih “Partai Dakwah” di Pileg nanti. Lihat di poin ‘Jika tidak kenal caleg, maka pilihlah Partai PKS’, kenapa harus PKS? Bukankah partai berbasis Islam di Indonesia bukan hanya PKS? Ada PKB, PAN, juga PBB yang moderat. Fatwa ini kontradiksi dengan kebijakan resmi Arab Saudi yang memasukkan organisasi Ikhwanul Muslimin sebagai teroris. Bukankah Partai Dakwah ini juga mengusung ideologi Ikhwanul Muslimin?

Hanya saja sayangnya, mengingat bahwa di dalam tubuh Salafi telah terkotak-kotak, fatwa ini tidak diindahkan oleh kelompok Salafi Jihadi. Berikut ini saya paparkan penolakan fatwa ulama Saudi yang dipublikasikan oleh Shotussalam.

Para penyeru yang mengajak masyarakat untuk ikut serta mencoblos pada pemilu, yang mana mereka mengaku sebagai muslim yang paling ahlussunnah, sadar atau tidak sesungguhnya telah memposisikan dirinya sebagai da’i-da’i yang menyeru kaum muslimin kepada kalimat buruk dan kepada pintu-pintu jahanam.

Ya, ajakan untuk menghidupkan dan mengokohkan sistem demokrasi adalah ajakan kepada kalimat yang buruk dan ajakan untuk menuju neraka jahanam. Saya katakan bahwa Demokrasi adalah kalimat yang buruk (kalimatun khobitsah), dalilnya adalah :

“Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun”. (QS Ibrahim:26)

Dalam catatan kaki al qur’an terjemahan Departemen Agama disebut bahwa, termasuk kalimat yang buruk ialah kufur, syirik, segala perkataan yang tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
Dan dalam ajaran demokrasi terkandung seluruh unsur makna kalimat buruk yang disebutkan.

Demokrasi adalah kekufuran, kesyirikan, perbuatan yang tidak benar dan perkataan yang tidak baik. http://shoutussalam.com/2014/04/kali...ama-demokrasi/

Namun di luar itu, ada ormas lain yang juga tak kalah mengherankan tindak tanduknya. Hizbut Tahrir Indonesia, yang selama ini berada di garis depan menolak demokrasi yang dianggap system rusak- merusakkan, tiba-tiba saja berubah haluan. Juru Bicara Dewan Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ustad Ismail Yusanto, membantah lembaga pejuang Khilafah ini anti-pemilu. Ia juga kembali menegaskan bahwa HTI tidak pernah menyerukan golput.

“Siapa bilang HTI anti-pemilu. Kami juga tidak pernah menyerukan golput. Yang kami selalu ingatkan adalah ‘haram hukumnya’ memilih caleg atau pemimpin yang tidak bermoral. Kami selalu ingatkan kepada kader dan masyarakat agar memilih caleg dan pemimpin yang peduli pada syariat Islam,” kata Ismail seperti dikutip Tribun, Ahad (16/3).

Bagi HTI, kata alumnus jurusan pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, pemilu adalah instrumen dari sekian instrumen yang bisa dipakai untuk memperjuangkan syariat Islam. Hanya saja HTI belum tertarik untuk menempuh jalur ini sebagai arena perjuangan penegakan Khilafah.

Rasanya desain ini bukan sebuah kebetulan. Dirangkulnya non-muslim untuk menjadi perwakilan di dewan hingga turunnya fatwa dari Arab Saudi, serta berubahnya haluan Hizbut Tahrir secara mendadak, menunjukkan indikasi bahwa beberapa kelompok Islam yang sebelum-sebelumnya tidak terlalu akur bahkan sering cakar-cakaran di akar rumput, kini berupaya untuk menyatukan barisan yang tercerai berai kendatipun masih ada yang tetap keras kepala. Demi apa mereka bersatu? Menurut saya, mereka (Salafi- Wahabi) intoleran sedang berusaha sampai di titik akhir untuk membendung laju pria kurus kerempeng dengan wajahnya yang ndeso – yang kabar buruknya (buat mereka, tentu saja), si pria kerempeng ini elektabilitasnya paling tinggi di antara semua kandidat yang ada.
http://liputanislam.com/opini/turunn...hadang-jokowi/


Jokowi, Kang Jalal dan Fatwa Ulama Madinah tentang Pemilu 2014 di Indonesia
RABU, MARET 19, 2014 LPPI MAKASSAR



Headline media-media nasional baik cetak maupun elektronik sedang ramai membicarakan pencapresan Jokowi, Gubernur DKI Jakarta yang dibacakan oleh Puan Maharani, Ketua Fraksi PDI-P.

Media sosial seperti Whats App, Facebook, BBM, Twitter dan lainnya pun ramai menggiring opini massa mengenai situasi politik yang sedang memanas sekarang ini.

Berbagai kalangan dan golongan menampilkan tokoh-tokoh terbaik mereka untuk diberikan peluang mengisi kursi-kursi parlemen di lembaga eksekutif, yudikatif dan legislatif pemerintahan NKRI.

Termasuk golongan yang telah difatwakan sesat oleh MUI seakan tak mau ketinggalan ambil bagian.

Jokowi, Yahudi, Kristen dan Syiah dengan Tagline “Indonesia Baru”
Berikut ini salah satu salah satu opini yang tersebar di media sosial Whats App,

Indonesia Baru. Perhatikan simbol pasangan Jokowi –Ahok:
1.Simbol “JB” = representasi Jachim & Boaz, bukan hanya sekedar inisial “Jokowi Basuki”. Apakah Jachim dan Boaz itu?, ia mempresentasikan dua pilar gerbang pintu masuk kuil Raja Sulaiman (Solomon Temple) yang dianggap Yahudi sebagai kuil peribadatan mereka.
2.Simbol “Monas” mempresentasikan Tugu Obelisk (Simbol pemujaan terhadapa dewa matahari).
3.Simbol baju kotak-kotak yang dikenakan adalah representasi dari The Checkered Board. Menurut Yahudi, lantai berwarna hitam putih (the checkered board) itu adalah representasi dari lantai Kuil Raja Sulaiman yang juga merupakan simbol dualitas diantara kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia.
4.Simbol “Jakarta Baru” dan jargon “Perubahan untuk Indonesia Raya dengan satu tekad.... Indonesia Baru” ini adalah aba-aba bahwa Indonesia siap dikendalikan di bawah “New World Order/ Tatanan Dunia Baru”, yang merupakan tujuan dari organisasi Yahudi: Freemasonry yang bermain di belakang layar sebagai “The Invisible Hand”.

Bisa jadi, rencana mereka adalah ini
RI-1 = Joko Widodo (Jokowi)
Gubernur DKI = Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)
Menteri Agama = Jalaluddin Rakhmat (Kang Jalal)
Tiga Pasangan: Yahudi-Kristen-Syiah

Renungkanlah, ujian kaum Muslimin kedepannya, bisa jadi lebih dahsyat!, Nah sudahkah kalian bersiap menghadapi ujian yang semakin berat?!
Jokowi dan Syiah

Tak ketinggalan grup dengan nama “Sunnah Defence League” ikut menggalang opini masyarakat. Berikut ini yang mereka sebarkan lewat Whats App, BBM dan juga Facebook,

Ramai orang mengatakan kami paranoid terhadap Syiah karena terus memberitakan perkembangan mereka, padahal tujuan kami adalah menyadarkan umat akan bahaya laten Rafidhah, jika merasa terganggu silahkan delcont saja dan hiduplah dalam damai, sementara.

Ramai pula orang berbicara mengenai siapa Jokowi sebenarnya terkait pengakuan istri Jalal bahwa Jokowi adalah Syiah. Kami sudah menerima kabar semacam itu jauh-jauh hari mengenai hal ini. Tim Investigasi SDL mengabarkan bahwa di Jakarta & beberapa kota besar petinggi Syiah dari kalangan elite sering mengadakan pertemuan tertutup & Jokowi selalu ada di antara mereka, jika dia bukan Syiah maka dia adalah pionnya Syiah & kita tidak melihat apapun kebaikan Jokowi selain bahwa dia adalah boneka yang sangat penurut.

Lingkari tgl 9 April dalam kalender kalian, ini akan jadi momen bersejarah, saat dimana Syiah menguasai negeri ini. Bukan hanya di PDI-P, kader mereka ada dimana-mana. Lihatlah apa yang Syiah katakan terkait hal ini:
“Keberpihakan PDI-P pada minoritas sudah tidak diragukan lagi. Misalnya, jika kelompok Islam Radikal menghajar Syiah PDI-P malah pasang tokoh Syiah terkemuka sebagai calegnya. Aksi barbar primitif ala Sampang tidak mungkin terulang jika Jokowi jadi Presiden. Masa sulit bagi Mazhab Syiah Indonesia teratasi 9 April 2014. Seperti angin, tak terlihat bukan berarti tak ada. Kebangkitan Syiah di ambang pintu.”

Rafidhah akan tenang hidup di negeri ini jika mereka bersikap manis seperti Ahmadiyah dan menyembunyikan kekafirannya di lubuk hati yang terdalam, tapi jika mereka berpikir mereka bisa hidup tenang setelah hari ini karena merasa di atas angin berkat perjuangan politik mereka, mereka salah. Kalian akan mendapat perlawanan paling keras dari kami!!!

Demi Allah ya Ikhwah. Syiah tidak bisa dibendung. Jika tidak jadi seperti di Suriah minimal seperti di Lebanon. Yang bisa kalian lakukan adalah:
“Siapkanlah untuk menghadapi kekuatan apa saja yang kamu sanggupi untuk menghadapi mereka”
Persiapkan dirimu ya Ikhwah!!!
Sebarkan!!!
Sumber: Sunnah Defence League, BBM: 7581c950, Facebook: facebook.com/SDLofficial
Berikut ini daftar politikus aliran sesat Syiah. (Silakan klik beberapa link di bawah ini)
Jalaluddin Rakhmat, gembong Syiah di Indonesia masuk lewat PDI-P
(http://gemaislam.com/berita/indonesi...adi-caleg-pdip)
Ulil Abshar Abdalla, caleg Partai Demokrat Dapil Jawa Tengah III. Dia tokoh paham sesat dari Jaringan Islam Liberal, bukan Syiah, namun sering membela aliran sesat seperti Zuhairi Misrawi, caleg PDI-P
(http://www.lppimakassar.com/2013/10/...i-menjadi.html)
Lestari Yuseno, istri dari Tokoh Syiah yang sudah lebih dulu di kancah perpolitkan Indonesia. Dari Partai Demokrat dengan Dapil Jawa Barat
(http://koepas.org/index.php/datfak/6...ri-tokoh-syiah)
Asri Rasjid, oknum Syiah yang menyusup di tubuh PKS Sulawesi Utara
(http://www.nahimunkar.com/caleg-caleg-syiah/)
Yusnan Solihin, Kader Syiah di Partai Gerindra dengan Dapil Jawa Barat
(http://assunnah.net/sindikasi/katego...yiah-indonesia)
Zulfan Lindan, Tokoh Syiah di Partai NasDem Aceh
(http://koepas.org/index.php/datfak/6...serambi-mekkah)
Dr. Abdurrahman Bima, Ustadz Syiah dari Nusa Tenggara Barat di Partai Demokrat
(https://helmysyamza.wordpress.com/20...merintahan-04/)
Muhsin Labib, Ustadz Syiah di Jawa Timur dari Partai PAN
(http://muslimina.blogspot.com/2014/0...sat-tahun.html)
Selengkapnya Anda bisa lihat disini:
http://www.sunnahcare.com/search/lab...ah%20Indonesia
dan disini
http://www.nahimunkar.com/caleg-caleg-syiah/

Tak disangka, hiruk-pikuk situasi perpolitikan di Indonesia akhirnya sampai juga di Tanah Suci Madinah. Tersebutlah seorang peserta pengajian Kitab Shahih Muslim mengajukan pertanyaan tentang solusi pemilu Indonesia pada tahun 2014 ini.

“Ya Syeikh sebentar lagi di negara kami akan diadakan pemilu, bagaimana kami menyikapinya?”

Syeikh Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr, seorang ulama besar Madinah yang mengasuh kajian tersebut menjawab,

"Pada asalnya, apabila para kandidat yang ada hanya mendatangkan mudharat bagi manusia maka sebaikanya perkara ini (pemilu) dijauhi dan tidak perlu menyibukkan diri dengannya (pemilu). Namun berbeda bila diatara kandidat ada yang baik dan ada yang buruk, maka tidak diragukan lagi bahwa memberikan hak pilih pada kandidat yang baik itulah yang semestinya dilakuan. Hal ini sebagaimana yang berlaku dinegeri kafir, bila diantara kandidat ada yang hubungannya baik dengan kaum muslimin dan yang lainnya tidak, tentunya berbeda (dalam menyikapi) kedua kandidat tersebut." (Majlis Shahih Muslim, Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwarah, 18 Jumadal Ula 1435 H.)
(Ibnu Ahmad/lppimakassar.com)
Posted in: Ibnu Ahmad,Jalaluddin Rakhmat
http://www.lppimakassar.com/2014/03/...twa-ulama.html

---------------------------------

Kesimpulannya harom memilih Jokowi menjadi Presiden?
Terima kasih atas informasinya untuk semua kaum muslimin di tanah air



emoticon-Matabelo
0
9.8K
117
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan