[fenomena cabe cabean + mulustrasi] Dari gratis hingga jadi lahan bisnis
TS
simplysimple
[fenomena cabe cabean + mulustrasi] Dari gratis hingga jadi lahan bisnis
Quote:
Merdeka.com - Gerimis masih belum berhenti akhir bulan lalu ketika Apit, 25 tahun, menyalakan sepeda motor RX King miliknya. Sabtu malam itu Apit gundah, libidonya sudah di ubun-ubun. Dia kemudian menuju sebuah kampung di Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Tujuannya menjemput cabe-cabean.
Tadinya Apit berencana mengajak cabe-cabean garapannya menonton balapan liar di jalan menuju kantor Pemerintah Kabupaten Bogor di Cibinong. Lantaran jalan basah karena hujan, banyak anak motor mengurungkan niat mereka untuk balapan. "Jemput dulu mainan gue, biasa seting sampe basah," kata Apit saat berbincang dengan merdeka.com. Bagi Apit dan teman-temannya, seting berarti menggerayangi sampai meniduri cabe-cabean.
Apit memang dikenal kerap mencari cabe-cabean. Jika suntuk, biasanya dia bersama teman-temannya menyisir tempat tongkrong cabe-cabean hingga dalam kampung. Selama ini dia gratis menikmati kehangatan tubuh cabe-cabean. Hanya sekadar mentraktir makan atau membelikan minuman dan rokok. Kebanyakan cabe-cabean dia jumpai suka menenggak minuman beralkohol. "Minumnya kuat, merokoknya kayak kereta," ujarnya.
Cabe-cabean disebut Apit berinisal, L, 17 tahun, seorang remaja putus sekolah di bilangan Kota Depok. Rambutnya lurus dengan tinggi sekitar 155 sentimeter. Meski baru 17 tahun, L terlihat seperti perempuan 22 tahun. Badannya kecil namun padat berisi. Bagi Apit, L masuk kriteria cewek bahenol.
Dari cerita Apit, berburu cabe-cabean bukan perkara sulit. Menembus dingin malam di area tongkongan seperti taman dan jalanan dilakoni jika libido sudah di ujung kepala. Jika tak dapat, biasanya Apit mengontak temannya untuk dikenalkan dengan cabe-cabean. Dari sana jalur berkenalan dengan cabe-cabean terbuka luas.
Berbeda dengan di Kota Depok, di daerah Taman Aries, Jakarta Barat, cabe-cabean menjadi bisnis. Tarifnya hingga jutaan rupiah. Seperti penuturan germo berinisial EZ alias Kampleng, dia mampu menyediakan cabe-cabean untuk diperjualbelikan. "Nggak bisa malam bang," kata EZ melalui pesan seluler saat merdeka.com saat mencoba memesan cabe-cabean.
Untuk penawaran malam itu, Kampleng membanderol cabe-cabean kenalannya Rp 700 ribu. Dia ogah menurunkan harga karena dia anggap tarif segitu sudah murah.
Di Jakarta Barat jual beli cabe-cabean bagi kalangan anak motor merupakan cerita lama. Rahman mengamini. Dia kerap mencari cabe-cabean di sekitar kantor CNI dekat kantor wali kota Jakarta Barat. Bahkan paling mengagetkan, setiap anak motor di sana memiliki cabe-cabean untuk dijual. "Bukan cerita baru, itu udah lama. Setiap anak punya kuncian," kata Rahman.