- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
RASISME DALAM SEPAKBOLA


TS
Mor0n
RASISME DALAM SEPAKBOLA
Assalamualaikum agan-agan ganteng disini..
Lagi-lagi ane membuat thread tentang sepakbola, bukan karena ane salah kamar atau gimana, ane sengaja buat disini karena kasus ini bisa aja terjadi di olahraga lain maupun dikehidupan nyata agan2 sekalian.
Sebelum membahas rasisme lebih jauh, terlebih dahulu kita jabarkan apa arti kata rasis. Menurut Wikipedia versi Indonesia, kata rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Di Indonesia sendiri kata rasisme kerap tertukar dengan ejekan atau banter yang tidak menyinggung-nyinggung ras atau suku, terutama di sosial media. Kasus rasisme bisa terjadi di mana saja. Bukan hanya di Eropa. Di Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk dan plural pun tidak jarang ada tindakan rasis, baik sadar maupun tidak sadar. ( ane gak bs sebutin deh gan, dikaskus juga udah sering bgt yg bikin thread rasis
)
Dan Baru-baru ini terjadi kembali kasus rasisme di sepakbola Eropa, di liga Spanyol lebih tepatnya saat pertandingan antara Villareal vs Barcelona di stadion Villarreal's El Madrigal. Dani Alves dilempari pisang oleh salah satu supporter Villareal saat ia akan melakukan tendangan penjuru, bukannya marah bek sayap Brazil meresponsnya dengan santai. Ia mengambil pisang tersebut, memakanya sebagian, kemudian dilemparnya lagi ke tepi lapangan.
[youtube]R6b7bU3DMiA
Tindakan Dani Alves dengan memakan pisang yang dilemparkan kepada dirinya kala FC Barcelona bertandang ke Stadion El Madrigal, ternyata menyita perhatian banyak orang. Gerakan #SomosTodosMonos (yang dalam bahasa Indonesia berarti 'kita semua monyet') dimulai oleh Neymar dengan memposting foto dirinya bersama sang anak, Lucca, yang sedang memegang pisang di Twitter. Tidak membutuhkan waktu lama tindakan Neymar tersebut menyebar dan diikuti oleh banyak orang. Dukungan terhadap Dani Alves datang dari rekan sesama pesepakbola, selebritis, hingga Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi.
Dalam berita yang sudah dirilis beberapa saat lalu, terungkap pelaku pelemparan pisang tersebut dan Villarreal langsung bertindak dengan mencekal sang pelaku untuk memasuki Stadion El Madrigal untuk selamanya dan menarik keanggotaan klub. (Wow coba sanksi kaya gini di terapin di Indonesia, biar suporter yg ribut/rusuh dilarang ke stadion lagi)

Mungkin pesepakbola modern bisa meniru sikap Guy Acolatse, pesepakbola berkulit hitam pertama yang bermain di Jerman asal Togo. Acolatse bermain di St. Pauli pada tahun 1960an dan kerap mendapat perlakuan rasis dari suporter lawan dan suporter St. Pauli sendiri.
Bisa dibayangkan anda memasuki negara Jerman yang dalam masa pembangunan pasca Perang Dunia II dan anda satu-satunya orang berkulit hitam di sana? Bukan hanya pelecehan secara verbal, namun anda akan mendapat lirikan yang bisa dianggap rasis.
[SPOILER[/youtube]
Menurut Acolatse, pesepakbola di era modern terlalu cengeng jika mendapat perlakuan rasis. "Akhir-akhir ini pesepakbola top seakan tidak bisa menghadapi perlakuan rasis. Mereka akan merasa dilecehkan dan mereka akan menangis karena mendapat perlakuan rasis. Anda bermain untuk penonton," ujar Acolatse seperti dikutip dalam artikel yang dirilis Hamburg Jugendbrief.
Tindakan rasis memang salah dan tidak manusiawi. Namun tindakan Dani Alves adalah apa yang dimaksudkan oleh Acolatse. Semakin menunjukan bahwa pesepakbola merasa terhina, maka suporter rasis akan semakin menjadi.
Tidak ada klub yang bisa menyatakan dirinya suci dari sikap rasisme yang dilakukan suporternya. Klub sebesar Real Madrid dan FC Barcelona pun memiliki oknum suporter yang rasis. Tanyakan saja pada Idriss Kameni bagaimana dirinya mendapat perlakuan rasis dari oknum suporter Barcelona di tahun 2009 kala dirinya masih bermain di Espanyol. Dani Alves pun pernah merasakan pelecehan serupa kala bermain di el clasico yang dihelat di Santiago Bernabeu pada Januari 2013.
Bahkan legenda Luis Aragones pun pernah tersandung kasus rasisme kala masih melatih timnas Spanyol pada 2004 lalu. Perdana Menteri Inggris yang kala itu masih dipegang oleh Tony Blair dan Menteri Olahraga Inggris Ricard Caborn mengatakan jika Spanyol tertinggal tiga puluh tahun dibanding Inggris karena tindakan rasis kala Spanyol bertanding melawan Inggris di Stadion Santiago Bernabeu pada 2004. Spanyol akhirnya didenda UEFA, namun almarhum Aragones menang dalam banding kasus rasisme tersebut di tahun 2007.
UEFA dan FIFA pun kesulitan mengendalikan sikap rasisme. Bahkan sejauh ini tindakan preventif hanya dilakukan dengan membuat peraturan dan hukuman semata. Khusus untuk kasus Alves, UEFA menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF).
Mungkin benar adanya pepatah yang mengatakan jika sikap rasis akan selalu ada sepanjang peradaban manusia. Namun hal tersebut tidak menghentikan usaha untuk menghilangkan tidakan buruk tersebut, dimulai dari diri kita sendiri dengan menghilangkan sikap rasisme diluar sepakbola.
So buat agan2 disini, mari kita sama2 buang jauh2 sikap Rasisme kita dalam sepakbola, semua olahraga dan Kehidupan kita..apalagi di KASKUS tercinta ini. RESPECT RESPECT RESPECT !

Lagi-lagi ane membuat thread tentang sepakbola, bukan karena ane salah kamar atau gimana, ane sengaja buat disini karena kasus ini bisa aja terjadi di olahraga lain maupun dikehidupan nyata agan2 sekalian.
Spoiler for THREAD ANE YG SOAL BOLA JUGA:
Sebelum membahas rasisme lebih jauh, terlebih dahulu kita jabarkan apa arti kata rasis. Menurut Wikipedia versi Indonesia, kata rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.
Spoiler for NIH DARI OM WIKI:
Di Indonesia sendiri kata rasisme kerap tertukar dengan ejekan atau banter yang tidak menyinggung-nyinggung ras atau suku, terutama di sosial media. Kasus rasisme bisa terjadi di mana saja. Bukan hanya di Eropa. Di Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk dan plural pun tidak jarang ada tindakan rasis, baik sadar maupun tidak sadar. ( ane gak bs sebutin deh gan, dikaskus juga udah sering bgt yg bikin thread rasis

Dan Baru-baru ini terjadi kembali kasus rasisme di sepakbola Eropa, di liga Spanyol lebih tepatnya saat pertandingan antara Villareal vs Barcelona di stadion Villarreal's El Madrigal. Dani Alves dilempari pisang oleh salah satu supporter Villareal saat ia akan melakukan tendangan penjuru, bukannya marah bek sayap Brazil meresponsnya dengan santai. Ia mengambil pisang tersebut, memakanya sebagian, kemudian dilemparnya lagi ke tepi lapangan.
[youtube]R6b7bU3DMiA
Tindakan Dani Alves dengan memakan pisang yang dilemparkan kepada dirinya kala FC Barcelona bertandang ke Stadion El Madrigal, ternyata menyita perhatian banyak orang. Gerakan #SomosTodosMonos (yang dalam bahasa Indonesia berarti 'kita semua monyet') dimulai oleh Neymar dengan memposting foto dirinya bersama sang anak, Lucca, yang sedang memegang pisang di Twitter. Tidak membutuhkan waktu lama tindakan Neymar tersebut menyebar dan diikuti oleh banyak orang. Dukungan terhadap Dani Alves datang dari rekan sesama pesepakbola, selebritis, hingga Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi.
Dalam berita yang sudah dirilis beberapa saat lalu, terungkap pelaku pelemparan pisang tersebut dan Villarreal langsung bertindak dengan mencekal sang pelaku untuk memasuki Stadion El Madrigal untuk selamanya dan menarik keanggotaan klub. (Wow coba sanksi kaya gini di terapin di Indonesia, biar suporter yg ribut/rusuh dilarang ke stadion lagi)

Mungkin pesepakbola modern bisa meniru sikap Guy Acolatse, pesepakbola berkulit hitam pertama yang bermain di Jerman asal Togo. Acolatse bermain di St. Pauli pada tahun 1960an dan kerap mendapat perlakuan rasis dari suporter lawan dan suporter St. Pauli sendiri.
Bisa dibayangkan anda memasuki negara Jerman yang dalam masa pembangunan pasca Perang Dunia II dan anda satu-satunya orang berkulit hitam di sana? Bukan hanya pelecehan secara verbal, namun anda akan mendapat lirikan yang bisa dianggap rasis.
[SPOILER[/youtube]
Menurut Acolatse, pesepakbola di era modern terlalu cengeng jika mendapat perlakuan rasis. "Akhir-akhir ini pesepakbola top seakan tidak bisa menghadapi perlakuan rasis. Mereka akan merasa dilecehkan dan mereka akan menangis karena mendapat perlakuan rasis. Anda bermain untuk penonton," ujar Acolatse seperti dikutip dalam artikel yang dirilis Hamburg Jugendbrief.
Tindakan rasis memang salah dan tidak manusiawi. Namun tindakan Dani Alves adalah apa yang dimaksudkan oleh Acolatse. Semakin menunjukan bahwa pesepakbola merasa terhina, maka suporter rasis akan semakin menjadi.
Tidak ada klub yang bisa menyatakan dirinya suci dari sikap rasisme yang dilakukan suporternya. Klub sebesar Real Madrid dan FC Barcelona pun memiliki oknum suporter yang rasis. Tanyakan saja pada Idriss Kameni bagaimana dirinya mendapat perlakuan rasis dari oknum suporter Barcelona di tahun 2009 kala dirinya masih bermain di Espanyol. Dani Alves pun pernah merasakan pelecehan serupa kala bermain di el clasico yang dihelat di Santiago Bernabeu pada Januari 2013.
Bahkan legenda Luis Aragones pun pernah tersandung kasus rasisme kala masih melatih timnas Spanyol pada 2004 lalu. Perdana Menteri Inggris yang kala itu masih dipegang oleh Tony Blair dan Menteri Olahraga Inggris Ricard Caborn mengatakan jika Spanyol tertinggal tiga puluh tahun dibanding Inggris karena tindakan rasis kala Spanyol bertanding melawan Inggris di Stadion Santiago Bernabeu pada 2004. Spanyol akhirnya didenda UEFA, namun almarhum Aragones menang dalam banding kasus rasisme tersebut di tahun 2007.
UEFA dan FIFA pun kesulitan mengendalikan sikap rasisme. Bahkan sejauh ini tindakan preventif hanya dilakukan dengan membuat peraturan dan hukuman semata. Khusus untuk kasus Alves, UEFA menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF).
Mungkin benar adanya pepatah yang mengatakan jika sikap rasis akan selalu ada sepanjang peradaban manusia. Namun hal tersebut tidak menghentikan usaha untuk menghilangkan tidakan buruk tersebut, dimulai dari diri kita sendiri dengan menghilangkan sikap rasisme diluar sepakbola.
So buat agan2 disini, mari kita sama2 buang jauh2 sikap Rasisme kita dalam sepakbola, semua olahraga dan Kehidupan kita..apalagi di KASKUS tercinta ini. RESPECT RESPECT RESPECT !

Spoiler for KOMPLIKASI PHOTO:
Spoiler for SUMUR:
0
5.6K
29


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan