Setelah tidak digunakan, plastik akan menjadi sampah bagi kita, dan apabila kita salah untuk memprosesnya lebih lanjut, sampah plastik tersebut malah akan menjadi racun bagi kita. Pembakaran limbah jenis plastik akan menghasilkan gas buang dan residu yang justru menambah jenis pencemaran yang terjadi di lingkungan. Bahaya tersebut biasanya diitimbulkan oleh adanya emisi gas dan partikel debu. Gas-gas berbahaya yang ditimbulkan oleh pembakaran sampah antara lain adalah gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), Dioxin dan Furan.

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum sadar betul tentang bahaya sampah platik bagi lingkungannya. Sampah plastik yang tidak diolah, kemungkingan akan dibuang yang terkubur oleh tanah. Sampah plastik sendiri sifatnya sulit terurai oleh tanah, ini nih gan daftar tabelnya

Ngeri kan gan ? bahkan kantong plastik dari Indomar*t dan Alfama*t yang digadang-gadang ramah lingkungan dan cepat teruraai nytanya masih membutuhkan waktu minimal 2 tahun, dan itu pun tidak akan bisa terurai sepenuhnya dan menyatu dengan tanah. Sampah plastik tersebut akan mengganggu kesuburan tanah. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bioorganisme tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Coba bayangkan saja. Kalau tanah tidak lagi subur dan tidak dapat ditumbuhi berbagai macam tumbuhan, bagaimana kita akan mendapatkan berbagai kebutuhan makanan kita?

Sampah plastik yang tidak terbakar dan tertimbun dalam tanah kemungkinan dibuang ke sungai dan bermuara di laut. Sampah yang berujung di laut ini sama berbahayanya seperti sampah yang dibakar dan tertimbun tanah. Sampah tersebut bisa saja bertahan selama ratusan tahun di laut.
Selain itu, sampah-sampah tersebut bisa saja menjadi santapan ikan dan burung-burung yang berniat mencari ikan sebagai makanannya. Matinya penyu, mamalia laut dan burung-burung laut juga ditemukan sebagai akibat menelan material-material plastik. Jumlah partikel plastik yang meningkat dan sebarannya yang meluas di lautan telah banyak mengundang perhatian dunia, dan meskipun sifatnya lambat tapi jika material ini ditelan oleh organisme laut dapat berdampak pada berkurangnya kadar nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh organisme laut. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan hewan menjadi terhambat dan bahkan dapat menyebabkan kematian organisme laut. Selain itu, bahan-bahan beracun yang terdapat pada plastik dapat sampah plastik dapat menyebabkan kematian atau gangguan reproduksi pada ikan, kerang dan organisme laut lain yang berada pada habitat (lingkungan) tersebut. Burung yang sedang mencari makanannya kadang salah memakan plastik hingga plastik tersebut juga menumpuk dalam tubuhnya.