1. Macau



Macau punya bangunan-bangunan berarsitektur Portugis, menyatu apik dengan papan dan restoran ala China. Wilayah ini memang bekas diduduki bangsa Portugis, sehingga banyak terdapat jalan berbatu dan gereja tua yang cantik.

Namun bangunan-bangunan tersebut menyatu apik dengan kuil-kuil China dan beberapa bangunan ala Tionghoa lainnya. Samapi saat ini, Portugis menjadi salah satu bahasa sehari-hari oleh warga Macau. Itulah mengapa atmosfer Eropa masih sangat terasa di sini.

2. Greenland



Banyak traveler mengira, Greenland adalah bagian dari Eropa. Padahal negara luas ini lebih dekat ke Amerika Utara, sehingga punya kepribadian yang unik.

Di Greenland, wisatawan bisa merasakan atmosfer negara-negara Skandinavia seperti Norwegia sekaligus wisata petualangan yang seru ala Amerika Utara.

3. Saba



Siapa sangka, ada destinasi mirip Belanda di tengah-tengah Laut Karibia. Pulau Saba adalah destinasi tropis favorit wisatawan, tempat menikmati indahnya pantai sekaligus hiking di hutan yang masih alami.

Turis yang datang ke Saba langsung bisa meresapi atmosfer khas Belanda lewat arsitektur bangunan, dan bahasa sehari-hari yang digunakan warga setempat.

4. Ceuta dan Melilla



Ceuta dan Melilla adalah dua kota pelabuhan di Maroko, yang punya atmosfer kental ala Spanyol. Betapa tidak, hampir tiap bangunan di dua kota ini berarsitektur ala Spanyol. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat juga adalah Spanyol.

Tak hanya itu, mata uang Euro bisa digunakan di dua kota cantik ini. Tak jarang turis yang menyambangi Maroko datang ke Ceuta dan Melilla untuk menikmati atmosfer Spanyol.

5. Curacao



Curacao adalah nama pulau di selatan Karibia, menjadi destinasi wisata pantai dan laut yang terkenal di kalangan wisatawan. Namun siapa sangka, traveler bisa merasakan atmosfer Belanda yang kental di pulau cantik ini.

Warga setempat berbicara bahasa Belanda. Restoran yang menyajikan masakan Belanda tersebar di banyak tempat. Traveler juga bisa menyusuri rumah-rumah berarsitektur Belanda dan minum bir Belanda!

1. Kawasan Kota Lama



Ibu kota provinsi Jawa Tengah ialah Semarang, tapi di kota ini ada yang unik. di salah satu kawasan kota ini terdapat suatu kawasan yang mirip dengan kota kota di Eropa khususnya Belanda.

Kawasan kota lama semarang adalah awal berdirinya kota semarang, dari kawasan ini lah cikal bakal berdirinya ibu kota provinsi Jawa Tengah ini. di kawasan kota lama hampir semua jalan tidak beraspal tapi menggunakan papingblok hal ini memang sengaja dilakukan oleh pemkot Semarang agar menyerupai kota kota di Eropa khusnya Belanda.

2. Jalan Braga



Jalan Braga adalah nama sebuah jalan utama di kota Bandung, Indonesia. Nama jalan ini cukup dikenal sejak masa pemerintahan Hindia-Belanda. Sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan obyek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java.

Di sisi kanan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Tata letak pertokoan tersebut mengikuti model yang ada di Eropa sesuai dengan perkembangan kota Bandung pada masa itu (1920-1940-an) sebagai kota mode yang cukup termasyhur seperti halnya kota Paris pada saat itu. Di antara pertokoan tersebut yang masih mempertahankan ciri arsitektur lama adalah pertokoan Sarinah, Apotek Kimia Farma dan Gedung Merdeka (Gedung Asia Afrika yang dulunya adalah gedung Societeit Concordia). Model tata letak jalan dan gedung gedung pertokoan dan perkantoran yang berada di Jalan Braga juga terlihat pada model jalan-jalan lain di sekitar Jalan Braga seperti Jalan Suniaraja (dulu dikenal sebagai Jalan Parapatan Pompa) dan Jalan Pos Besar (Postweg)('sekarang Jalan Asia-Afrika') yang dibangun oleh Gubernur Jendral Herman Willem Daendels pada tahun 1811, di depan Gedung Merdeka.

3. Paris Van Java



Paris Van Java Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Mall ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari Tol Pasteur.

Mall yang diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias yang berterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa.

4. Kuta



Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang. Di mana produk dari lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Keahliannya dalam bernegosiasi, membuat Mads Lange sebagai pedagang yang terkenal antara raja-raja Bali dengan Belanda.

Hugh Mahbett juga telah menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta.

5. Kota Tua



Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia) atau bisa di sebut Belandanya kota Jakarta, adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka).

Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.