- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Akibat Jual Mahal Nih Gan
TS
ridikdik
Akibat Jual Mahal Nih Gan
ini dia gan klo sok penting dan jual mahal. sok bener pula. ya beginilah akibatnya. gak ada yg mau koalisi sama wowo bisa2 gagal nyapres gan. kasian sama pendukungnya selama ini.
Pada akhir pekan kemarin, ramai pemberitaan memuat mengenai Prabowo yang berpotensi gagal menjadi Calon Presiden. Dikatakan oleh Nico Harjanto, Ketua Yayasan Populi Centre, kejadian yang telah terjadi pada Pemilu 2009 lalu dapat terulang lagi pada Prabowo. Sama-sama kita ingat bahwa pada saat itu Prabowo batal menjadi Capres namun rela turun menjadi Cawapres yang berpasangan dengan Capres Megawati. Mengapa hal ini diperkirakan dapat kembali terulang?
Menurut Nico Harjanto, gaya komunikasi politik dari Prabowo inilah yang membuat Prabowo batal menjadi Capres dari Partai Gerindra. Menurut Nico, gaya komunikasi politik yang terkesan intimidasi dan memiliki patokan tinggi yang tidak bisa ditawar dapat membuat kawan koalisi Prabowo dan Partai Gerindra tidak nyaman.
Seperti diketahui pada beberapa hari lalu, Partai Gerindra berhasil menjalin kerja sama koalisi bersama PPP. Namun belum juga sampai satu pekan, koalisi Gerindra dan PPP dibatalkan karena ditentang oleh pengurus PPP yang lainnya. Sekjen PPP, Romahurmuziy menyatakan kalau dukungan PPP kepada Gerindra itu hanya urusan pribadi Suryadharma Ali (SDA).
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan potensi Gerindra tidak mendapat kawan koalisi cukup besar. Setelah PPP menyatakan tidak berkoalisi dengan Gerindra dan diperkirakan akan mendukung Jokowi dan PDIP, selain itu adalah Partai Golkar yang tetap mengusung Aburizal Bakrie (ARB) sebagai Capres dari Partai Golkar. Di samping itu juga potensi Partai Demokrat yang akan membuat poros keempat dapat membuat peluang Prabowo menjadi Capres menjadi kecil.
Sementara itu melihat elektabilitas Aburizal Bakrie yang perlahan mulai meningkat meskipun kecil, sulit rasanya Prabowo dapat menggandeng Partai Golkar menjadi kawan koalisi. Meskipun muncul nama Priyo Budi yang di gadang-gadang akan menjadi Cawapres dari Prabowo, namun serangan Prabowo terhadap Partai Golkar pada beberapa hari yang lalu mengenai Pengusaha dan politik uang tentu saja dapat membuat kader-kader Partai Golkar gerah dan akan berpikir berkali-kali untuk berkoalisi dengan Prabowo.
Selain itu, di saat Prabowo yang terancam batal menjadi Capres, ARB yang diberitakan mulai menunjukan kenaikan elektabilitas, muncul juga pemberitaan mengenai Jokowi yang diberitakan mengalami penurunan elektabilitas. Beberapa pengamat menyatakan penurunan elektabilitas Jokowi ini disebabkan oleh masalah yang menimpa di Ibukota DKI Jakarta yang masih menjadi tanggung jawabnya sebagai Gubernur.
Masalah-masalah seperti kasus pengadaan Bus Transjakarta, Tanah Abang yang kembali semrawut, sampai kelanjutan proyek MRT dan Monorel yang tidak jelas, diperkirakan membuat elektabilitas Jokowi menurun. Belum lagi pada akhir pekan lalu saat Pasar Senen kebakaran, ada pedagang yang meneriaki pencitraan kepada Jokowi yang terlihat ingin masuk ke area yang sedang terbakar. Namun Jokowi sendiri menyatakan naik turunnya elektabilitas adalah hal yang biasa terjadi dalam politik.
Sangat menarik untuk ditunggu bagaimana nasib pencapresan Prabowo kedepannya? Apakah Prabowo berhasil melakukan komunikasi politik dengan baik dan menggaet kawan koalisi? Sementara itu, apakah ARB yang diberitakan mendapat kenaikan elektabilitas dapat terus menanjak dan berhasil mendapat Cawapres yang bisa membuat elektabilitasnya naik terus? Dan juga, masih dinanti siapa yang akan menjadi Cawapres dari Jokowi yang akan diumumkan pada hari Jumat Suci. Apakah Jokowi berhasil mendapat Cawapres yang sepadan dan sesuai kriteria yang selama ini ditetapkan?
Mari kita tunggu bagaimana percaturan politik dalam menyambut hasil hitung KPU dan Pilpres mendatang.sumur
Quote:
Prabowo Batal Nyapres?
Pada akhir pekan kemarin, ramai pemberitaan memuat mengenai Prabowo yang berpotensi gagal menjadi Calon Presiden. Dikatakan oleh Nico Harjanto, Ketua Yayasan Populi Centre, kejadian yang telah terjadi pada Pemilu 2009 lalu dapat terulang lagi pada Prabowo. Sama-sama kita ingat bahwa pada saat itu Prabowo batal menjadi Capres namun rela turun menjadi Cawapres yang berpasangan dengan Capres Megawati. Mengapa hal ini diperkirakan dapat kembali terulang?
Menurut Nico Harjanto, gaya komunikasi politik dari Prabowo inilah yang membuat Prabowo batal menjadi Capres dari Partai Gerindra. Menurut Nico, gaya komunikasi politik yang terkesan intimidasi dan memiliki patokan tinggi yang tidak bisa ditawar dapat membuat kawan koalisi Prabowo dan Partai Gerindra tidak nyaman.
Seperti diketahui pada beberapa hari lalu, Partai Gerindra berhasil menjalin kerja sama koalisi bersama PPP. Namun belum juga sampai satu pekan, koalisi Gerindra dan PPP dibatalkan karena ditentang oleh pengurus PPP yang lainnya. Sekjen PPP, Romahurmuziy menyatakan kalau dukungan PPP kepada Gerindra itu hanya urusan pribadi Suryadharma Ali (SDA).
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan potensi Gerindra tidak mendapat kawan koalisi cukup besar. Setelah PPP menyatakan tidak berkoalisi dengan Gerindra dan diperkirakan akan mendukung Jokowi dan PDIP, selain itu adalah Partai Golkar yang tetap mengusung Aburizal Bakrie (ARB) sebagai Capres dari Partai Golkar. Di samping itu juga potensi Partai Demokrat yang akan membuat poros keempat dapat membuat peluang Prabowo menjadi Capres menjadi kecil.
Sementara itu melihat elektabilitas Aburizal Bakrie yang perlahan mulai meningkat meskipun kecil, sulit rasanya Prabowo dapat menggandeng Partai Golkar menjadi kawan koalisi. Meskipun muncul nama Priyo Budi yang di gadang-gadang akan menjadi Cawapres dari Prabowo, namun serangan Prabowo terhadap Partai Golkar pada beberapa hari yang lalu mengenai Pengusaha dan politik uang tentu saja dapat membuat kader-kader Partai Golkar gerah dan akan berpikir berkali-kali untuk berkoalisi dengan Prabowo.
Selain itu, di saat Prabowo yang terancam batal menjadi Capres, ARB yang diberitakan mulai menunjukan kenaikan elektabilitas, muncul juga pemberitaan mengenai Jokowi yang diberitakan mengalami penurunan elektabilitas. Beberapa pengamat menyatakan penurunan elektabilitas Jokowi ini disebabkan oleh masalah yang menimpa di Ibukota DKI Jakarta yang masih menjadi tanggung jawabnya sebagai Gubernur.
Masalah-masalah seperti kasus pengadaan Bus Transjakarta, Tanah Abang yang kembali semrawut, sampai kelanjutan proyek MRT dan Monorel yang tidak jelas, diperkirakan membuat elektabilitas Jokowi menurun. Belum lagi pada akhir pekan lalu saat Pasar Senen kebakaran, ada pedagang yang meneriaki pencitraan kepada Jokowi yang terlihat ingin masuk ke area yang sedang terbakar. Namun Jokowi sendiri menyatakan naik turunnya elektabilitas adalah hal yang biasa terjadi dalam politik.
Sangat menarik untuk ditunggu bagaimana nasib pencapresan Prabowo kedepannya? Apakah Prabowo berhasil melakukan komunikasi politik dengan baik dan menggaet kawan koalisi? Sementara itu, apakah ARB yang diberitakan mendapat kenaikan elektabilitas dapat terus menanjak dan berhasil mendapat Cawapres yang bisa membuat elektabilitasnya naik terus? Dan juga, masih dinanti siapa yang akan menjadi Cawapres dari Jokowi yang akan diumumkan pada hari Jumat Suci. Apakah Jokowi berhasil mendapat Cawapres yang sepadan dan sesuai kriteria yang selama ini ditetapkan?
Mari kita tunggu bagaimana percaturan politik dalam menyambut hasil hitung KPU dan Pilpres mendatang.
0
7.2K
Kutip
47
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan