- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tragedi Sewol, Gadis ABK ini Korbankan Nyawa Demi Penumpang


TS
twinkies31
Tragedi Sewol, Gadis ABK ini Korbankan Nyawa Demi Penumpang
Spoiler for sumber:
CNN.com Foto Park Jee Young, satu-satunya kru feri Sewol, kapal yang tenggelam di Korea Selatan pada Rabu (16/4/2014), yang disebut oleh para korban selamat sebagai pahlawan. Dia menjadi satu dari 87 orang yang tewas, hingga Senin (21/4/2014). Dalam musibah ini, 215 orang masih hilang, dari total 476 orang di atas kapal ketika kapal tenggelam.
SEOUL, KOMPAS.com — Satu per satu kru kapal Sewol, feri yang tenggelam di Korea Selatan pada Rabu (16/4/2014) pagi, ditangkap atas tuduhan kelalaian. Hanya satu kru yang dianggap menjadi pahlawan. Dia adalah perempuan berumur 22 tahun, Park Jee Young, yang kemudian menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan itu.
Saksi yang juga para korban selamat mengatakan, Park adalah kru yang membantu mereka menyelamatkan diri dari kapal dan membagikan jaket pelampung. Saat satu penumpang sudah meninggalkan kapal yang dengan cepat tenggelam, Park segera berupaya menjangkau penumpang lain untuk menyelamatkannya.
Ketika orang-orang menanyai Park kenapa dia tak mengenakan jaket pelampung, dia menjawab bahwa awak kapal akan menjadi orang terakhir yang menyelamatkan diri, dan dia berkewajiban terlebih dahulu membantu orang lain menyelamatkan diri. Pada Senin (21/4/2014), jasad Park disemayamkan di rumah duka di kota Incheon.
Spoiler for foto:

SEOUL, KOMPAS.com — Satu per satu kru kapal Sewol, feri yang tenggelam di Korea Selatan pada Rabu (16/4/2014) pagi, ditangkap atas tuduhan kelalaian. Hanya satu kru yang dianggap menjadi pahlawan. Dia adalah perempuan berumur 22 tahun, Park Jee Young, yang kemudian menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan itu.
Saksi yang juga para korban selamat mengatakan, Park adalah kru yang membantu mereka menyelamatkan diri dari kapal dan membagikan jaket pelampung. Saat satu penumpang sudah meninggalkan kapal yang dengan cepat tenggelam, Park segera berupaya menjangkau penumpang lain untuk menyelamatkannya.
Ketika orang-orang menanyai Park kenapa dia tak mengenakan jaket pelampung, dia menjawab bahwa awak kapal akan menjadi orang terakhir yang menyelamatkan diri, dan dia berkewajiban terlebih dahulu membantu orang lain menyelamatkan diri. Pada Senin (21/4/2014), jasad Park disemayamkan di rumah duka di kota Incheon.
Spoiler for buka:
Deretan karangan bunga memenuhi lorong menuju ruang persemayaman bagi Park Jee Young di Incheon, Korea Selatan, Senin (21/4/2014). Park Jee Young adalah satu-satunya kru feri Sewol, kapal yang tenggelam di Korea Selatan pada Rabu (16/4/2014), yang disebut oleh para korban selamat sebagai pahlawan. Dia menjadi satu dari 87 orang yang tewas, hingga Senin. Dalam musibah ini, 215 orang masih hilang, dari total 476 orang di atas kapal ketika kapal tenggelam.
Spoiler for buka:

Spoiler for buka:
Park menjadi satu dari 87 korban tewas dari kecelakaan kapal itu, dengan 215 orang masih dinyatakan hilang hingga Senin, dari total 476 orang di atas kapal pada saat kecelakaan terjadi. Pada salah satu hari persemayaman, seorang pria dengan luka terbebat di kepalanya muncul di ruang persemayaman Park.
Saat kerabat Park menanyakan hubungan lelaki itu dengan Park, jawabannya adalah dia merupakan salah satu korban luka dari feri yang tenggelam tersebut, dan dia berutang nyawa pada Park. Kata dia, Park adalah orang yang memberinya handuk untuk menghentikan pendarahan luka di kepalanya dan membantu dia keluar dari kapal ketika air terus "menelan" kapal.
"Dia sangat bertanggung jawab dan begitu baik," kata nenek Park, Jung Jee Kwon, yang duduk di lantai, bersandar di dinding, tak mampu berdiri lagi, di ruang persemayaman. Anggota keluarga yang lain berlutut mengitari Jung, memegang tangannya, dan menangis bersamanya.
Bunga krisan dan lili putih memenuhi lorong menuju ruang persemayaman Park. Bersama deretan bunga itu, tertempel beragam pesan antara lain "kami tak akan melupakan semangat mulia Anda", "kami akan selalu ingat pengorbanan Anda", atau "hero".
Selain itu, sudah muncul pula petisi online yang mendesak pemerintah memberi Park penghargaan Good Samaritan, penghargaan untuk para pahlawan terkait pengorbanan saat memberikan pertolongan bagi orang lain.
Keluarga Park pun bercerita, gadis ini punya cita-cita belajar di perguruan tinggi. Namun, dia merasa bertanggung jawab atas keluarganya, setelah sang ayah meninggal dua tahun lalu. Oleh karenanya, pada 2012, dia bergabung ke perusahaan feri yang mengoperasikan Sewol, dan baru enam bulan lalu menjadi awak sebagai bukti kinerjanya.
"Sangat tidak adil bahwa Jee Young kami harus mati, sementara kapten menyelamatkan diri," kata bibi Park yang menolak menyebutkan namanya. "Jee Young sangat bertanggung jawab, dan kapten hanya lari."
Saat kerabat Park menanyakan hubungan lelaki itu dengan Park, jawabannya adalah dia merupakan salah satu korban luka dari feri yang tenggelam tersebut, dan dia berutang nyawa pada Park. Kata dia, Park adalah orang yang memberinya handuk untuk menghentikan pendarahan luka di kepalanya dan membantu dia keluar dari kapal ketika air terus "menelan" kapal.
"Dia sangat bertanggung jawab dan begitu baik," kata nenek Park, Jung Jee Kwon, yang duduk di lantai, bersandar di dinding, tak mampu berdiri lagi, di ruang persemayaman. Anggota keluarga yang lain berlutut mengitari Jung, memegang tangannya, dan menangis bersamanya.
Bunga krisan dan lili putih memenuhi lorong menuju ruang persemayaman Park. Bersama deretan bunga itu, tertempel beragam pesan antara lain "kami tak akan melupakan semangat mulia Anda", "kami akan selalu ingat pengorbanan Anda", atau "hero".
Selain itu, sudah muncul pula petisi online yang mendesak pemerintah memberi Park penghargaan Good Samaritan, penghargaan untuk para pahlawan terkait pengorbanan saat memberikan pertolongan bagi orang lain.
Keluarga Park pun bercerita, gadis ini punya cita-cita belajar di perguruan tinggi. Namun, dia merasa bertanggung jawab atas keluarganya, setelah sang ayah meninggal dua tahun lalu. Oleh karenanya, pada 2012, dia bergabung ke perusahaan feri yang mengoperasikan Sewol, dan baru enam bulan lalu menjadi awak sebagai bukti kinerjanya.
"Sangat tidak adil bahwa Jee Young kami harus mati, sementara kapten menyelamatkan diri," kata bibi Park yang menolak menyebutkan namanya. "Jee Young sangat bertanggung jawab, dan kapten hanya lari."
Spoiler for sumber lain:
NEFOSNEWS, Jakarta – Ketika kapten feri Sewol dan sejumlah kru kapal bersikap pengecut, Park Jee-young tampil heroik. Gadis berusia 22 tahun ini rela tewas demi menyelamatkan penumpang. Dia jadi salah satu dari 104 korban meninggal.
Banyak orang, terutama keluarga penumpang feri Sewol yang mayoritas siswa SMA Danwon di Ansan, marah saat menyadari sikap pengecut beberapa kru kapal. Mereka lebih memikirkan keselamatan sendiri daripada penumpang. Terutama, Lee Joon-seok, kapten kapal, yang bahkan tidak berada di ruang kemudi saat tragedi tersebut terjadi pada Rabu (16/4/2014). (Baca : Korban Tewas Sewol 56, Keluarga Makin Murka)
Park Geun-hye, Presiden Korea Selatan, bahkan menyebut tindakan kapten dan kru kapal tak ksatria tersebut tak beda dengan tindak pembunuhan. “Tindakan kapten dan beberapa kru sudah tidak bisa dipahami oleh akal sehat. Mereka seperti pembunuh yang tidak bisa ditolerir,” kecam Geun-hye, seperti dikutip dari The Age, Senin (21/4/2014).
Di tengah banjir kecaman terhadap kapten dan anak buah kapal (ABK) tersebut, tampil Park Jee-young sebagai hero. Gadis berusia 22 tahun yang baru enam bulan bekerja sebagai ABK ini ditemukan tewas. Dia bergabung dengan 104 korban tewas lainnya menurut rilis resmi pemerintah.
Kesaksian tindakan heroik Jee-young disampaikan oleh beberapa saksi mata yang selamat dari tragedi tenggelamnya kapal yang mengangkut 475 penumpang tersebut. Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, Jee-young sibuk membagikan jaket pengaman kepada para penumpang saat kapal berbobot 6.825 ton itu mulai miring.
Jee-young segera berlari ke lantai lainnya saat jaket pengaman habis. Luar biasanya lagi, gadis yang jadi tulang punggung keluarga ini mati-matian mencari jaket pelampung sebanyak-banyaknya sementara dia sendiri tidak mengenakan jaket pengaman itu.
Jee-young sangat meyakini jika ABK adalah orang terakhir yang harus tetap berada di tempat jika kecelakaan kapal terjadi. Kendati nyawa menjadi taruhannya, keselamatan penumpang menjadi prioritas pertama. Benar saja, jenazah Jee-young kini disemayamkan di rumah duka di Incheon. Jee-young tewas sebagai pahlawan pada tragedi tenggelamnya kapal yang menyedot kesedihan mendalam tersebut.
Publik Korea Selatan mengapresiasi sikap ksatria Jee-young dengan mengirimkan bunga dan ucapan penghormatan. Saking banyaknya bunga yang datang, sepanjang koridor hingga menuju ruang pembaringan dipenuhi bunga.
“Kami akan selalu mengingat pengorbanan Anda sebagai pahlawan,” demikian bunyi salah satu ucapan seperti dikutip CNN, Senin (21/4/2014).
Laki-laki asing dengan luka di kepala turut hadir di rumah duka. Dia adalah salah satu penumpang selamat berkat aksi heroik Jee-young. Gadis itulah yang memberinya handuk untuk menutup luka di kepala dan membantunya keluar kapal saat air mulai masuk.
“Jika tidak, mungkin saya tidak bisa berdiri di hadapan jenazahnya saat ini,” ungkap laki-laki tersebut.
Penghargaan Good Samaritan diusulkan diberikan kepada Jee-young atas aksi heroiknya tersebut. Makin banyak netizen di Negara Ginseng itu yang mendesakkan penghargaan tersebut untuk Jee-young.
Kapal feri Sewol yang mengangkut 475 penumpang, termasuk 339 siswa SMA Danwon, tenggelam di perairan Jindo dalam perjalanan menuju pulau wisata, Pulau Jeju. Kapal oleng diduga karena membelok terlalu tajam.
Kru kapal yang baru bertugas selama enam bulan disebut memegang kemudi saat insiden itu terjadi. Sementara kapten kapal diketahui tidak berada di tempat. Ironisnya lagi, evakuasi tidak segera dilakukan saat kapal benar-benar makin miring.
Banyak orang, terutama keluarga penumpang feri Sewol yang mayoritas siswa SMA Danwon di Ansan, marah saat menyadari sikap pengecut beberapa kru kapal. Mereka lebih memikirkan keselamatan sendiri daripada penumpang. Terutama, Lee Joon-seok, kapten kapal, yang bahkan tidak berada di ruang kemudi saat tragedi tersebut terjadi pada Rabu (16/4/2014). (Baca : Korban Tewas Sewol 56, Keluarga Makin Murka)
Park Geun-hye, Presiden Korea Selatan, bahkan menyebut tindakan kapten dan kru kapal tak ksatria tersebut tak beda dengan tindak pembunuhan. “Tindakan kapten dan beberapa kru sudah tidak bisa dipahami oleh akal sehat. Mereka seperti pembunuh yang tidak bisa ditolerir,” kecam Geun-hye, seperti dikutip dari The Age, Senin (21/4/2014).
Di tengah banjir kecaman terhadap kapten dan anak buah kapal (ABK) tersebut, tampil Park Jee-young sebagai hero. Gadis berusia 22 tahun yang baru enam bulan bekerja sebagai ABK ini ditemukan tewas. Dia bergabung dengan 104 korban tewas lainnya menurut rilis resmi pemerintah.
Kesaksian tindakan heroik Jee-young disampaikan oleh beberapa saksi mata yang selamat dari tragedi tenggelamnya kapal yang mengangkut 475 penumpang tersebut. Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, Jee-young sibuk membagikan jaket pengaman kepada para penumpang saat kapal berbobot 6.825 ton itu mulai miring.
Jee-young segera berlari ke lantai lainnya saat jaket pengaman habis. Luar biasanya lagi, gadis yang jadi tulang punggung keluarga ini mati-matian mencari jaket pelampung sebanyak-banyaknya sementara dia sendiri tidak mengenakan jaket pengaman itu.
Jee-young sangat meyakini jika ABK adalah orang terakhir yang harus tetap berada di tempat jika kecelakaan kapal terjadi. Kendati nyawa menjadi taruhannya, keselamatan penumpang menjadi prioritas pertama. Benar saja, jenazah Jee-young kini disemayamkan di rumah duka di Incheon. Jee-young tewas sebagai pahlawan pada tragedi tenggelamnya kapal yang menyedot kesedihan mendalam tersebut.
Publik Korea Selatan mengapresiasi sikap ksatria Jee-young dengan mengirimkan bunga dan ucapan penghormatan. Saking banyaknya bunga yang datang, sepanjang koridor hingga menuju ruang pembaringan dipenuhi bunga.
“Kami akan selalu mengingat pengorbanan Anda sebagai pahlawan,” demikian bunyi salah satu ucapan seperti dikutip CNN, Senin (21/4/2014).
Laki-laki asing dengan luka di kepala turut hadir di rumah duka. Dia adalah salah satu penumpang selamat berkat aksi heroik Jee-young. Gadis itulah yang memberinya handuk untuk menutup luka di kepala dan membantunya keluar kapal saat air mulai masuk.
“Jika tidak, mungkin saya tidak bisa berdiri di hadapan jenazahnya saat ini,” ungkap laki-laki tersebut.
Penghargaan Good Samaritan diusulkan diberikan kepada Jee-young atas aksi heroiknya tersebut. Makin banyak netizen di Negara Ginseng itu yang mendesakkan penghargaan tersebut untuk Jee-young.
Kapal feri Sewol yang mengangkut 475 penumpang, termasuk 339 siswa SMA Danwon, tenggelam di perairan Jindo dalam perjalanan menuju pulau wisata, Pulau Jeju. Kapal oleng diduga karena membelok terlalu tajam.
Kru kapal yang baru bertugas selama enam bulan disebut memegang kemudi saat insiden itu terjadi. Sementara kapten kapal diketahui tidak berada di tempat. Ironisnya lagi, evakuasi tidak segera dilakukan saat kapal benar-benar makin miring.
Diubah oleh twinkies31 24-04-2014 08:37
0
3.4K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan