Setiap 21 April, selalu muncul kontroversi peringatan Hari Kartini
TS
adhitts
Setiap 21 April, selalu muncul kontroversi peringatan Hari Kartini
Quote:
Setiap tanggal 21 April, elemen bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kartini. Para pelajar putri biasanya mengenakan pakaian tradisional saat ke sekolah. Terkadang pelajar putra pun demikian. Di kantor-kantor, kaum perempuan juga mengenakan pakaian tradisional. RA Kartini dianggap sebagai tokoh emansipasi wanita Indonesia. Namun bagi sebagian orang, peringatan Hari Kartini tiap tanggal 21 April masih memunculkan kontroversi tersendiri. Kok bisa sih?
Kontroversi seputar peringatan Hari Kartini umumnya mencakup dua aspek, yaitu:
Quote:
Penetapan tanggal 21 April
Keraguan pada kebenaran surat RA Kartini
Yuk, kita kupas satu-persatu masalah ini:
Penetapan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini
Spoiler for Repro negatif foto RA Kartini tahun 1890-an. (foto: wikipedia):
Quote:
Penetapan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini sejak awal telah menuai perdebatan. Sejumlah pihak menghendaki adanya persamaan di antara semua pahlawan perempuan di Indonesia. Sebab, tokoh perempuan di Indonesia yang dianggap berjasa bukan hanya Kartini.
Bahkan, dari aspek heroisme, ada sejumlah perempuan yang dianggap lebih dahsyat, yang berjuang secara fisik melawan kolonialisme Belanda, seperti Tjut Nyak Dien dan Christina Martha Tiahahu. Tak hanya itu, dari aspek pemikiran, Dewi Sartika pun layak diperhitungkan.
Karena itu, pihak yang berkeberatan dengan penetapan Hari Kartini menuntut keadilan bagi seluruh pejuang wanita Indonesia tempo doeloe. Apabila ada Hari Kartini, mengapa tidak ada Hari Tjut Nyak Dien, Hari Christina Martha Tiahahu, Hari Dewi Sartika, dan sebagainya.
Dalam konteks pascakemerdekaan, kita juga memiliki tokoh emansipasi wanita bernama SK Trimurti. Mengapa tidak ada Hari SK Trimurti?
Hari Kartini selalu menjadi momentum kebangkitan kaum perempuan, momentum emansiasi kaum Hawa di Indonesia. Kalau benar ini merupakan momentum emansipasi kaum perempuan, selayaknya ditempatkan pada hari lain yang lebih universal, misalnya Hari Ibu tanggal 22 Desember.
Pihak penentang juga menyoroti soal “wilayah perjuangan” RA Kartini yang terbatas pada Kabupaten Jepada dan Kabupaten Rembang saja. Mereka juga menambahkan, Kartini tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Sikapnya yang pro terhadap poligami juga sangat bertentangan dengan pandangan kaum feminis mengenai arti emansipasi wanita.
Pihak yang pro menjawab, Kartini bukan sekadar tokoh emansipasi wanita yang mampu mengangkat derajat kaum perempuan di Indonesia saja. Kartini juga tokoh nasional. Melalui aneka gagasan serta idel pembaruannya, dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara berfikirnya sudah dapat dikatakan melingkupi perjuangan nasional.
Spoiler for Kartini dan suami, KRMA Djojo Adhiningrat. (foto: wikipedia):
Quote:
Menyoal keraguan pada kebenaran surat RA Kartini
Kartini menjadi terkenal lantaran surat-surat yang ditulisnya kepada beberapa koleganya di Belanda. Namun, beberapa kalangan meragukan kebenaran surat-surat itu. Ada dugaan bahwa JH Abendanon (saat itu Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan) merekayasa surat-surat Kartini.
Kecurigaan ini timbul karena buku RA Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang terbit saat pemerintah kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda. Abendanon termasuk tokoh yang berkepentingan dan mendukung politik etis.
Hingga kini, sebagian besar naskah asli surat RA Kartini tidak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan Abendanon pun sukar dilacak Pemerintah Belanda.
Spoiler for Makam RA Kartini di daerah Bulu, Rembang.:
Quote:
Itulah dua kontroversi yang selalu menyelimuti peringatan Hari Kartini setiap 21 April. Tapi Si Momot punya argumen tersendiri untuk tetap melestarikan peringatan tersebut.
Bagaimana pun, peringatan Hari Kartini dapat dijadikan trigger bagi kaum perempuan di Indonesia, termasuk aktivis perempuan, untuk menyadarkan kaum pria yang masih saja membelenggu istri dan anak perempuannya sehingga tidak bisa beraktivitas secara maksimal.
Peringatan Hari Kartini juga dapat dijadikan pengingat bagi pemerintah dan pelaku usaha agar lebih memperhatikan kepentingan dan hak-hak kaum perempuan.
Konteksnya berbeda dari Hari Ibu, lantaran momentum 22 Desember ini lebih fokus pada bagaimana kita menghargai perjuangan seorang ibu, yang memiliki kasih sayang sepanjang masa terhadap anak-anak yang dilahirkannya.
Jadi biarlah setiap tanggal 21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini. Yang perlu kita ingat adalah esensi peringatan itu sendiri, bagaimana kita menjadikan energi positif RA Kartini agar dapat menjadi inspirasi bagi kaum perempuan untuk berkiprah semaksimal mungkin, tanpa melupakan kodratnya sebagai kaum perempuan.