Main Ski PERTAMAX dan NUBRUK Cewek Jepang (PIC INSIDE)
TS
gheesuke
Main Ski PERTAMAX dan NUBRUK Cewek Jepang (PIC INSIDE)
Spoiler for Cewek Jepang Main Ski Pakai Bikini:
Ini cerita Ane ketika pertama kali belajar main Ski di Jepang Gans. Kebetulan Ane lagi studi di Jepun dan pertama sekali belajar main ski waktu bulan Februari tempo hari (Winter). Ada pengalaman seru karena sempat Nubruk Cewek Jepang.
Spoiler for Berikut Ceritanya::
Tinggal dan bertahan hidup di Jepang selama musim salju bukanlah sebuah hal yang mudah, khususnya bagi kami yang berasal dari daerah yang tak pernah merasakan salju. Hidup dalam lingkungan yang diselimuti oleh lautan salju dengan hawa dingin yang menusuk tulang membawa kebosanan yang amat sangat apabila tidak diisi dengan segudang kegiatan dan kesibukan.
Masing-masing mulai sibuk mengenakan peralatan ski dan belajar untuk menapakkan kaki berdiri dengan baik. Dua orang teman dari Philipina membawa peralatan snowboard sendiri dan mereka terlihat sudah terlatih untuk bermain di atas peralatan tersebut, sementara aku dan beberapa teman lainnya tertatih dan merangkak untuk bisa berdiri dengan sempurna. Untung saja sang Pastor, istrinya dan juga dua orang Jepang yang merupakan anggota gereja dengan sabar mengajari kami. Beberapa kali aku terpeleset dan terbanting saat mau berdiri. Ternyata berdiri sajapun memiliki teknik sendiri. Perasaan takut jatuh dan menjaga keseimbangan tubuh bercampur jadi satu menciptakan sebuah tantangan, apalagi dengan kondisi tubuhku yang sedikit tambun ini.
Hukum gravitasi yang berkata bahwa semakin berat massa sebuah benda maka semakin cepat juga jatuhnya ternyata berlaku juga untuk diriku yang memiliki massa (bobot) yang lebih berat daripada yang lainnya. Sudah tak terhitung berapa kali tubuh ini terbanting, terguling, terlempar dan terjerembab. Untung saja permukaan salju yang lembut masih sayang pada tubuhku sehingga dia rela menahan tindihanku tanpa meninggalkan bekas cupangannya (sekalipun setelah bangun pagi keesokan harinya baru terasa remuk-redamnya badan ini). Bahkan pernah sekali waktu MENUBRUK seorang cewek Jepang yang sedang meluncur di depanku hanya karena masih belum bisa mengendalikan arah dan kecepatan. Namun, itu semua tidak melunturkan semangat untuk tetap bangkit dan melanjutkan permainan meluncur dengan ski.
Percobaan pertama dengan modal nekad bukan naked menyusuri trek yang lumayan curam membuahkan hasil yang memuaskan. Setelah jatuh bangun berkali-kali, akhirnya sampai juga di post terendah ditemani oleh istri sang pastor yang baik hati. Setelah membeli tiket seharga 400 yen (sekitar Rp. 46.000 untuk kurs 1 Yen = Rp. 115) kami kembali ke atas menaiki ski lift. Ski lift ini memudahkan orang untuk ke puncak setelah meluncur ke post terendah ketika bermain ski.
Menaiki Ski Lift ini memiliki tantangan tersendiri karena selain berada di atas ketinggian antara 5-8 meter dari permukaan salju tanpa disertai sabuk pengaman juga dengan ski gear masih melekat erat di kaki, kita juga dituntut untuk sigap ketika mau naik dan turun dari Ski Lift. Jarak dari post terendah ke puncaknya adalah sekitar 1 km, sehingga kita bisa menikmati pemandangan sekitar dan juga orang-orang yang lalu lalang bermain ski. Aku sudah bolak-balik naik ski lift ini sebanyak 3 kali dan mungkin saja bisa lebih lagi jika waktu memungkinkan.
Satu hal yang membuatku salut di sini adalah kelincahan orang-orang Jepang dalam bermain ski. Anak-anak usia 6-9 tahun pun terlihat dengan mahirnya meluncur sambil meliuk-meliuk bak ular di atas papan ski-nya. Bahkan yang lebih serunya ketika melihat seorang anak-anak meluncur dengan kencang sambil memegang adiknya yang berusia sekitar 5 tahun tanpa rasa takut. Aku merasa malu sendiri melihat kelihaian mereka tanpa cela, tidak seperti diriku yang bolak-balik mencium salju.