Sampah oh sampah........
Riwayatmu kini............
Selalu menumpuk rata.........
Di kali dan di darat.............
Kita semua tahu yang namanya "sampah". Betul sekali, hasil dari limbah rumah tangga maupun perusahaan yang kerap sekali mengganggu pandangan saat kita melewatinya. Akan tetapi, saat ini sampah tidak lagi menjadi sesuatu yang jijik di kalangan orang tertentu. Sampah sekarang berubah bagaikan sebuah lukisan karya maestro dan terpajang bebas di berbagai sudut tempat. Tidak hanya di kota besar, di kampungpun sudah mulai marak fenomena ini.
Kenapa ya banyak orang yang sudah lupa bahwa sampah itu menjijikkan ? Kenapa ya masih banyak orang yang lupa kalau sampah bisa menjadi sebuah "bom waktu" dalam kehidupan ini ? Entahlah, mungkin karena kita sudah terbiasa hidup berdampingan dengan sampah. Atau mungkin kita sudah menjadi bagian dari sampah ini sendiri.
Spoiler for ilustrasi karya maestro:
Spoiler for fenomena:
Jika kita sedikit berbica soal sampah, kita tahu bahwa sebenarnya sampah itu berbau tidak enak dan sangat kotor. Lalu kenapa sampah harus kita bicarakan kalau memang mereka bau dan menjijikkan ?
Masih ingat banjir yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia ? Masih ingatkah slogan-slogan dan kampanye yang menyuarakan masalah sampah ?
Ahhh,,, mungkin sudah lupa karena kejadiannya sudah lama dan sekarang sudah terlewati bencanannya.
Tapi masih ingatkan keluhan yang kita keluarkan saat kita terkena musibah tersebut ? dan saya berani bertaruh jika keluhan waktu itu akan kita ulangi lagi ketika bencana yang sama datang lagi. Silahkan buktikan sendiri.
Sampah pada hakekatnya bukanlah masalah serius jika kita bisa mengatur dan mengelolanya. Tapi jika kita tidak bisa, ya itu sudah rejeki kita jika kita harus menanggung resikonya.
Pada tread ini saya tidak menerima tanggapan yang bersifat menunjuk instansi/orang tertentu yang bisa dijadikan sebagai kambing hitam atas lunturnya kesadaran diri kita. Sampai kapan kita akan mengandalkan tukang sampah yang lewat depan rumah kita ??? Sampai kapan kita akan menghujat para pemimpin yang kewalahan menangani banjir ?
HEYYY....... Bangun,,,, buka mata kalian..... Kalian pikir mereka bisa mengatasi masalah ini sendirian ??????? Bukankah ini sebuah ide yang konyol sekali dalam pemikiran kita.
Baiklah, saya punya sebuah cerita kecil tentang kesadaran diri. Begini ceritanya... Di sebuah kota yang terletak di kaki sebuah gunung, ada dua buah kelurahan (sebut saja kelurahan Mawar dan kelurahan Melati) yang hidup berdampingan sejak dahulu. Mereka sangat rukun dan ramah. Sampai suatu saat ketika warga kelurahan Mawar yang mayoritas warganya beralih bekerja di berbagai perusahaan dan selalu pulang malam. Sedangkan kelurahan Melati masih menikmati bekerja sebagai wiraswasta.
Dua kelurahan ini dulu adalah kelurahan yang indah, tata ruang yang bagus, kebersihan juga bagus. Dan warganya sangat peduli dengan lingkungan.
Tetapi karena mungkin mayoritas warga Mawar sudah beralih pekerjaan dan selalu pulang malam, sedikit demi sedikit mereka mulai enggan dengan tradisi lama yang mengharuskan membuang sampah pada tempatnya agar bisa dikumpulkan dan dikelola oleh warga kelurahan Melati. Awalnya warga kelurahan Mawar selalu membawa dan membuang sampah di TPS terdekat yang kemudian di ambil oleh warga Melati untuk dikelola. Pada tahun pertama, warga Melati nampak suka karena sampah dari warga Mawar bertambah banyak. Dan bisa dipastikan mereka juga akan mendapat rejeki yang banyak pula. Tahun berganti tahun perubahan terjadi. Kesibukan para warga Mawar mulai berdampak pada tradisi membuang sampah. Mereka hanya menaruh sampah di depan rumah masing-masing (mungkin karena kecapekan), sehingga terkadang warga Melati harus rela berputar dikelurahan mereka sendiri dan juga kelurahan Mawar untuk mengumpulkan sampah. Tahun pertama warga Melati masih mau mengambil sampah warga Mawar, karena memang dari sanalah mereka bisa makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Beberapa bulan kemudian, warga Mawar semakin dibuat "sibuk" oleh pekerjaan mereka. Berangkat makin pagi dan pulang makin larut. Dan ini sangat berpengaruh pada kebiasaan hidup mereka. Mereka yang dulu biasanya masak sendiri, akhirnya harus rela membeli makanan diluar karena mereka tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk memasak.
Sebagai imbasnya, sampahpun semakin menumpuk di kelurahan Mawar. Dan terkadang mereka sudah lupa yang namanya tempat sampah bentuknya seperti apa, karena tiap kali selesai makan/minum mereka menaruh sampah di sembarang tempat yang terlihat sudah ada bekas sampah tergeletak. Hal ini membuat warga kelurahan Melati kewalahan, karena sampah dari warga Mawar belipat 3x dibanding sebelumnya.
Merasa kewalahan, mereka mencoba berbicara dengan kepala desa Mawar. Mereka meminta untuk setiap sampah dibuang pada tempatnya, karena warga Melati mengaku tidak mempunyai banyak warga yang bisa dijadikan pencari sampah. Dan jika semua warga Melati dijadikan pencari sampah, kemungkinan warga yang kebagian mengolah sampah di kelurahan Mawar akan semakin kewalahan menghadapi sampah yang datang setiap hari.
Merasa iba, kepala desa Mawar mengiyakan permintaan kepala desa Melati. Segera kepala desa Mawar menginstruksikan untuk pengadaan tempat sampah yang baru dan lebih besar dari sebelumnya dan dipasang di berbagai tempat di kelurahan.
Pada hari pertama, beberapa warga Mawar yang masih peduli mau membuang sampah pada tempatnya. Namun sebagian warga masih ada yang membandel dan membuang sampah sembarangan. Wal hasil,warga Melati yang hanya bisa mengambil sampah di depan rumah dan di TPS pun semakin kewalahan. Karena mereka harus mengambil sampah di banyak TPS dan kemudian memunguti sampah yang betebaran di mana-mana. Dan akhirnya warga Melatipun angkat tangan dan hanya mengambil sampah di tempat yang sudah mereka pinta dari warga Mawar.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan apa yang terjadi ? Sampah menumpuk di berbagai penjuru kelurahan, sungai yang dulu bersih kini berhias sampah yang mengapung. Tanah yang dulu hitam kini berhias berbagai merk makanan dan minuman. Namun anehnya pemandangan ini tidak membuat warga Mawar terganggu.
Musim hujan segera datang, warga Melati berkali-kali mengingatkan jika sungai penuh sampah, kemungkinan banjir bisa terjadi di kelurahan Mawar. Beberapa warga Mawar yang sadar akan bahaya banjir, segera berusaha membersihkan sampah yang ada di selokan maupun sungai di kelurahan mereka. Namun apa daya, sekali mereka mengangkat sampah dari sungai/selokan, dua kali sampah jatuh lagi ke sungai/selokan tersebut.
Sore itu, mendung tiba-tiba datang dan menutupi indahnya sinar matahari tenggelam yang biasanya bisa dinikmati dari atas bukit. Kelurahan Melati yang berada lebih tinggi dari kelurahan Mawar merasa khawatir dengan keadaan kelurahan Mawar. Karena mereka paham betul jika hujan deras, air dari gunung besar sekali dan pasti akan melewati kelurahan mereka seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebagai antisipasi, mereka menyiapkan beberapa perahu karet yang mereka miliki.
Dan akhirnya hujan turun dengan lebatnya pada malam hari Senin kelabu itu, air seperti ditumpahkan dari langit. Berjam-jam hujan tak segera reda, kepala desa Melati segera memerintahkan untuk mengecek sungai apakah meluap atau tidak. Betul sekali, seketika itu warga datang dan melapor bahwa kali ini banjir dari atas besar sekali. Hal ini membuat kepala desa tidak tenang. Berkali dia mencoba menghubungi kepala desa Mawar bahwa akan terjadi banjir bandang malam ini, tapi tidak ada respon dari kepala desa Mawar.
Merasa tidak tenang, akhirnya kepala desa Melati nekat turun dan mengecek keadaan kelurahan Melati. Dan memerintahkan warganya untuk menurunkan perahu karet dan menuju kelurahan Mawar. Dan benar saja apa yang di khawatirkannya, kelurahan Mawar sudah tenggelam oleh banjir kiriman dari gunung. Sebagian rumah mereka sudah tidak lagi terlihat, dan beberapa di antaranya ikut terseret hanyut. Berkali-kali warga Melati menyusuri dan mencoba mencari korban yang mungkin masih bisa diselamatkan, namun usaha tersebut sia-sia. Tak ada tanda kehidupan di kelurahan tersebut.
Kepala desa Mawar hanya bisa menyaksikan kejadian itu dari atas bukit sambil sesekali dia menghapus air mata yang menetes di pipinya. Orang-orang yang dulu sangat rukun dan ramah akhirnya kini harus pergi entah kemana dan tak kan kembali lagi. Kepala desa Melati tampak sangat menyesal kenapa dulu dia tidak mengerahkan warganya untuk maksimal membersihkan sampah di sana. Meskipun terkadang dalam hatinya tiba-tiba muncul rasa tidak mampu jika harus menanggung semua beban yang di rasakan warga Melati.
Dan kini, warga Melati selalu menerapkan disiplin tinggi terhadap kesadaran lingkungan hidup. Di tiap depan rumah mereka sudah tersedia bak sampah yang dibagi menjadi 2 bagian untuk masing masing jenis sampah. Para petugas sampahpun kini dibentuk dan memiliki armada banyak sehingga bisa memuat sampah lebih banyak lagi. Sungai-sungai selalu dibersihkan setiap Minggu pagi dab selokan harus selalu lancar (ada denda khusus untuk warga yang nemiliki saluran air mampet).
Pembuangan sampah diatur menjadi "RUMAH TANGGA => TPS => TPA untuk diolah dan dikembangkan menjadi pupuk organik dan juga bahan-bahan untuk dibuat menjadi tempat sampah baru dan juga beberapa barang yang bisa dijual. Dan sampah yang tidan bisa diolah segera dihancurjan di tempat yang sudah tidak lagi digunakan agar limbah dari penghancuran tersebut tidak merusak lingkungan sekitarnya.
Perkembangan pesat terjadi di kelurahan Melati. Karena mereka sudah belajar dari sebuah pelajaran besar yang telah memisahkan mereka dengan orang-orang yang mereka sayangi.
Quote:
Cerita ini hanya fiktif dan karangan belaka. Jika ada kesamaan lokasi, tokoh dan sifat, mungkin itu hanya sekedar kebetulan saja.
Besar harapan saya jika kita mau dengan tulus membuka pintu kesadaran diri kita. Bahwa sebenarnya sampah bukan hanya tanggung jawab suatu instansi saja, tapi juga tanggung jawab kita semua. Meskipun kita sudah membayar pajak dan iuran setiap bulan, tapi tetap saja kita sebagai warga negara yang baik harus berusaha membantu untuk "TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN".
Karena jika kita pikir-pikir, apa gunanya kita menyalahkan pihak terkait jika kita saja belum sadar akan sampah ? Toh semisal kita mau menuntut atau membubarkan mereka, lalu apakah kita akan aman dari tumpukan sampah ?????? Bukankah itu akan semakin memperburuk keadaan ?
Alangkah baiknya jika kita sedikit meringankan tangan kita, angkat sampah dab buang pada tempat yang sudah disediakan. Hal ini akan lebih baik jika kita hanya memandang dan mencibir.
semoga bermanfaat, dan mari dukung bangun Indonesia menjadi lebih baik lagi. Kalau bukan kita,,siapa lagi ?????
Foto di atas hanya ilustrasi yang saya ambil dari berbagai sumber. Mohon maaf jika ada kesamaan