Franz Astaani, salah satu peserta seleksi calon hakim Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki banyak gelar jika dibandingkan calon lainnya. Pria yang juga berprofesi sebagai notaris itu memiliki banyak gelar akademis baik ilmu hukum maupun ekonomi.
Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengaku heran atas banyaknya gelar yang dimiliki Franz. Bambang menanyakan apa motif Franz ikut mencalonkan diri sebagai hakim MK.
"Ada kasus juga dengan gelar bapak, apa untuk memenuhi biografi Anda atau mengejar calon hakim MK?," tanya Bambang dalam ruang rapat Komisi III DPR, Jakarta, Selasa (4/3).
Selain itu, Dr Ir Franz Astaani SH MKn SE MBA MM MSi CPM itu juga ditanyai seputar pekerjaannya sebagai notaris salah satu residen.
"Saya dapat kabar, benar saudara notaris di salah satu residen dan sulit dihubungi beberapa pihak?," tanya Bambang.
Quote:
"Benar, saya tidak menghindar, tetapi seharusnya developer menjelaskan dan notaris berada di tengah-tengah," jawab Franz.
Sementara, soal banyaknya gelar yang dimilikinya, Franz mengaku memang menginginkan meraih gelar tersebut. "Yang lain untuk jejaring dan lobi. Dalam praktiknya untuk mendorong generasi muda," kata Franz.
Franz menilai, banyaknya gelar akademis sangat penting baginya. "Untuk menambah aset pengetahuan yang berbeda," tandasnya.
Sebelumnya, Doktor ilmu hukum Universitas Katolik Parahyangan itu dikritik habis-habisan lantaran tidak memiliki kontribusi dalam karya ilmiah atau dalam bentuk buku.
"Saya cek, gelar anda paling panjang tetapi kontribusi tulisan anda tidak ada. Ilmu dan gelar anda tidak dimanfaatkan bagi orang lain, hanya untuk sendiri," tanya anggota tim pakar Musni Umar di Ruang Komisi III DPR, Jakarta.
Franz yang merupakan calon hakim MK dan menyandang gelar yang berderet itu menjawab dengan kaku dan terbata-bata. "Saya kira gelar itu kontribusinya tidak harus menulis, tetapi konstribusi lainnya banyak," jawabnya.