JAKARTA (SiaR, 12/6/98), Komite Indonesia untuk Solidaritas Islam
Dunia (KISDI) memutuskan hubungan dengan Letjen Prabowo. Sejumlah sumber
SiaR menyebutkan, KH Abdul Qadir Jaelani salah satu tokoh KISDI berjanji tak
akan lagi berhubungan dengan Prabowo untuk melakukan manuver-manuver
politik. Sumber SiaR menyebutkan, Jaelani, yang pernah mendekam di penjara
selama beberapa tahun dalam Kasus Tajung Priok adalah salah satu penasehat
pribadi Prabowo untuk melawan gerakan anti-Soeharto sebelum mantan presiden
itu terguling.

Ahmad Sumargono, Ketua KISDI yang ikut diundang Soeharto bersama
tokoh-tokoh Islam, juga aktif memberi masukan kepada Prabowo bagaimana
mengatasi kelompok pro demokrasi yang dimotori mahasiswa.

Tak jelas apa alasan KISDI mengambil jarak dengan Prabowo. Namun
sumber SiaR mengungkapkan, KISDI menganggap Prabowo tak lagi memiliki
kekuatan untuk mencapai tujuan perjuangan mereka. Prabowo selama ini
diterima KISDI karena pandangannya yang sama soal anti-minoritas yakni
kalangan Kristen dan keturunan Cina.
Kalangan Islam lainnya, yang pernah ditindas ABRI sebenarnya tak setuju
KISDI berdekat-dekatan dengan Letjen Prabowo. Bagaimana pun, menurut
kalangan yang tak setuju itu, Prabowo adalah jendral dari ABRI. "Prabowo
merangkul KISDI hanya untuk kepentingan politiknya saja," kata sumber SiaR.

Prabowo dikabarkan sangat terpukul baik dengan mundurnya Soeharto,
maupun penggantiannya sebagai Pangskostrad yang diusulkan Soeharto sendiri
serta pecahnya kongsi dirinya dengan KISDI. Di kalangan wartawan asing di
Jakarta juga dikabarkan bahwa Prabowo mulai menjauhi keluarga Cendana.

"Menjelang kejatuhan Soeharto dulu ia dituduh Tutut sebagai
pengkhianat karena membiarkan mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR," kata
seorang wartawan asing. Namun demikian, Prabowo sempat terhibur karena Emha
Ainun Najib mengundangnya tampil di depan ribuan umat yang hadir dalam
pengajian Padang Bulan di Jombang bebarapa waktu lalu.***

http://www.minihub.org/siarlist/msg00076.html

masa lalu kelam tetap menghantui mu