- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Setelah Ukraina, Rusia Caplok Transnistria


TS
petrusandrobin
Setelah Ukraina, Rusia Caplok Transnistria
Quote:
Setelah mencaplok Semenanjung Crimea, Rusia kini sibuk memisah wilayah Ukraina berpenduduk etnis Rusia. Wilayah mana lagi yang akan dicaplok Rusia?
Karl Penhaul, kolumnis yang menulis untuk CNN, memperkirakan Transnistria akan menjadi wilayah berikut yang dikuasai Rusia.
Transnistria, sekeping tanah yang terjepit antara Moldova dan Ukraina, adalah wilayah merdeka yang tidak diakui negara-negara sekelilingnya.
Luas Transnistria hanya 4.163 kilometer meter persegi, sedikit lebih kecil dari Sumatera Barat, dengan penduduk sekitar 550 ribu. Di peta, Transnistria tidak ubahnya selembar keju yang terjepit roti.
Memerdekakan diri tahun 1990, dan terlibat perang dengan Moldova dua tahun kemudian, Transnistria tidak diakui PBB sebagai negara berdaulat. Akibatnya, Transnistria harus menginduk ke Republik Moldova, dengan status Unit Teritorial Otonomi Transnistria.
Tidak sembarang orang boleh masuk ke wilayah ini. Tidak pula diplomat Barat, AS, apalagi wartawan.
Serdadu di perbatasan Ukraina-Transnistria akan menghardik siapa saja dengan gaya Uni Soviet. Jika bertemu perwira, Anda akan disarankan meminta ijin ke pejabat terkait.
Waktu normal untuk mendapatkan ijin adalah 10 hari. Namun, bukan tidak mungkin jawaban 'no' diberikan dalam 36 jam.
Lebih satu dekade lalu, dan setelah pasukan Rusia memasuki Crimea, Jenderal Philip Breedlove -- komandan tertinggi NATO -- memperingatkan kemungkinan Moskwa mengincar wilayah ini.
Naluri militer Breedlove benar. Laporan intelejen menyebutkan lebih sepuluh ribu pasukan Rusia memasuki wilayah timur Ukraina, dan mendekati Transnistria.
Sisa Uni Soviet
Ketika Mikhail Gorbachev mendengungkan glasnost dan perestroijka, penduduk Transnistria menutup telinga. Setelah Uni Soviet runtuh dan Moskwa memasukan wilayah ini ke Moldova, warga Transnistria menolak dan angkat senjata.
Di Tiraspol, salah satu kota di Transnistria, sejumlah jalan masih benama Marx, Engel, dan Lenin. Ada juga Jalan Komunis.
Bendera nasional Transnistria masih menggunakan gambar palu dan arit. Di gedung dewan kota, masih bertengger bintang Soviet, dengan Lenin sebagai malaikat pelindung kota.
Di pasar-pasar dan kerumunan, tidak sulit menemukan pria usia lanjut mengenakan seragam tentara dengan banyak lencana, serta pangkat lengkap di bahu. Terlalu mudah pula menemukan orang mengenakan topi tentara peninggalan Uni Soviet.
Di Transnistria, waktu seolah tak berputar dan dunia masih sama seperti ketika era Perang Dingin. Bagi generasi tua Transnistria, saat terbaik dalam hidup mereka adalah ketika masih bersama Uni Soviet.
"Kami tidak ingin bergabung dengan Moldova," ujar seorang wanita tua. "Kami hanya ingin bersama Rusia, karena hanya Rusia yang melindungi kami."
Wanita tua lainnya mengatakan;"Jika pasukan Rusia datang, kami akan berteriak 'hore'." Lainnya mengatakan; "Pintu selalu terbuka untuk Rusia."
Pertanyaannya, mengapa NATO harus repot-repot memperingatakan Eropa akan kemungkinan invasi Rusia ke Transnistria?
Transnistrian berulang kali meminta izin Moskwa untuk bergabung dengan Rusia. Ketika Transnistria menyatakan merdeka, Moskwa juga tidak bisa mengakui kemerdekaan wilayah itu karena hanya akan membuka konflik dengan Moldova.
Generasi muda Transnistria juga lebih suka mengarahkan pandangan ke Rusia, ketimbang ke Eropa Barat. Sergey dan Katya, mahasiswa fakultas hukum dan IT di Tiraspol, berharap mendapat kerja di Moskwa setelah lulus.
Sheriff Putin
Vladimir Putin, mantan agen KGB dan kini penguasa Rusia saat ini, punya jaringan bisnis hebat di kota-kota di Transnistria. Menggunakan brand name Sheriff, Putin menguasai jaringan supermarket, pompa bensin, dan klub sepekbola FC Sheriff Tiraspol.
Bagi orang Eropa Barat, Transnistria adalah negara dengan kekayaan yang diperoleh dari penyelundupan minuman keras, tembakau, dan pasar senjata bekas Uni Soviet. Orang Transnistria tidak peduli dengan semua itu.
"Kami tidak perlu Eropa Barat. Yang terbaik bagi kami adalah menjadi bagian Rusia," ujar Anna Ivanna, seorang wanita desa.
Menurut Anna, Rusia tidak pernah meninggalkan Transnistria. Setelah perang 1990-1992, 1.200 pasukan Rusia masih bercokol di wilayah itu.
Putin memang tidak perlu menginvasi Transnistria. Ia cukup melobi, atau kalau perlu menekan Moldova, agar wilayah ini kembali ke pangkuan Rusia.
Jika itu terjadi, apa yang akan dilakukan NATO, AS, dan Eropa?
[url]http://web.inilah..com/read/detail/2092535/setelah-ukraina-rusia-caplok-transnistria[/url]



Diubah oleh petrusandrobin 17-04-2014 09:08
0
4.3K
Kutip
17
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan