- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Wasekjen PDIP Hasto : "Fadli Zon, Belajarlah Sikap Rendah Hati Dari Jokowi"
TS
garudangangkang
Wasekjen PDIP Hasto : "Fadli Zon, Belajarlah Sikap Rendah Hati Dari Jokowi"
Quote:
Jakarta-Kluget.com, Fadli Zon yang galau dan separuh kalap karena kenaikan Jokowi sebagai Capres dari PDI Perjuangan, memproduksi terus puisi-puisi yang menyerang Jokowi. Gerindra yang awalnya bermanis-manis dengan Jokowi setelah kenaikan Jokowi menjadi calon terkuat Capres-Capres resmi, dan sudah memegang boarding pass pencalonan, semakin menjadi-jadi bahkan puisi terakhirnya "AkuRapopo" mempersepsikan Jokowi sebagai "orang yang nggak bisa apa-apa".
Hal ini ditanggapi santai oleh Wasekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Jakarta (16/4) soal puisi Fadli Zon "Pertama-tama sebagai politisi, Fadli Zon harusnya belajar ke Jokowi sikap rendah hati, bukan membabi buta menyerang dengan "puisi-puisi hitamnya"
Hasto kemudian melanjutkan : "Puisi yg disampaikan Fadli Zon memang di desain sebagai bentuk serangan terhadap Jokowi. Puisi yang dalam tradisi di negeri ini dipakai untuk menyampaikan kritik sosial, atau sebagai pengungkapan jiwa kepahlawanan, dan bahkan menjadi genderang perang atas berbagai bentuk ketidakadilan, namun ditangan Fadli Zon telah menjadi alat perang orang per orang, sebuah alat melabur orang, jadi jauh dari nilai puisi sendiri yang jadi 'bahasa kejujuran' nilai puisi diinjak-injak oleh Fadli hanya untuk menjelek-jelekkan orang".
"Saya jadi teringat pendapat teman saya seorang ahli psikologi perilaku, bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi lingkaran sosial terdekatnya. "Seseorang yg biasa berada di lingkaran yang menggemari peperangan, akan cenderung menjadikan segala sesuatunya sebagai alat perang. Sebaliknya, seseorang yang berada di lingkungan yang menghormati keindahan alam, akan cenderung memiliki sikap welas asih terhadap seluruh alam ciptaan". Jadi apa yg disampaikan Fadli Zon tersebut merupakan pemaksaan kaidah sastra untuk keperluan perang. Akibatnya tidak hanya kekacauan logika, namun pemutarbalikan fakta. Terminologi "Aku raisopopo" seharusnya menjadi ungkapan kejujuran seorang pemimpin bahwa tanpa rakyat, pemimpin memang tidak bisa apa-apa. Demikian halnya dalam wayang. Wayang merupakan potret dan ritual kehidupan. Di dalamnya ada sengkuni yang sukanya mengadu domba orang. Di dalamnya ada Duryudana, yang menyukai keangkaramurkaan, menghalalkan berbagai macam cara untuk melanggengkan kekuasaan, termasuk penculikan. PDI Perjuangan tetap berkeyakinan bahwa dalam strategi pemenangan pemilu yang terbaik hanyalah bergerak satu arah memenangkan hati nurani rakyat. Karena itulah, kami lebih memilih membuat puisi kehidupan, guna menggelorakan kembali semangat perjuangan rakyat untuk melawan berbagai bentuk ketidakadilan.
"Dan saya rasa puisi-puisi Wiji Thukul lebih punya daya hidup walaupun resikonya sebagai seorang pembuat puisi, Wiji Thukul menyerahkan kehidupannya untuk pembelaan kemanusiaan diculik dan rimbanya nggak jelas, sementara Fadli Zon hidup nyaman untuk kekuasaan, saya rasa itulah bedanya Fadli Zon dan Wiji Thukul".
Hasto menambahkan "Menjadi manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kerendahan hati sehingga sikapnya tidak menyombongkan diri. Dengan sikap itu, meski dia merasa tidak bisa apa-apa, dengan rakyat kenyataannya menjadi bisa melakukan segalanya. Manusia sejatinya adalah seseorang yang tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa, dan bukan siapa-siapa ( ra nduwe opo-opo, ora iso opo-opo lan dudu sopo-sopo) Karena sejatinya manusia memang wayang yang digerakkan Sang Dalang, Dalang Kehidupan, Semesta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
"Manusia hanyalah lakon, dan bukan dalang. Sangat berbahaya ketika manusia merasa menjadi dalang, krn itulah bisa melakukan segalanya menjadi sah untuk kehendaknya.
"Pak Jokowi lebih memilih Berbagi mimpi, berbagi harapan dengan aksi nyata. Bukan hanya di belakang meja. Hanya mereka yang punya mata hati yang bisa melihat niat suci. Bekerja dengan hati. Menjadi teladan Dan bukan hanya menjual slogan. Jadi ketika Pak Jokowi berkata "Aku Ora Opo-Opo, bila dilihat dari filsafah Jawa dalam sekali..dalam falsafah Jawa ada adagium "Luwih Becik Iso Ngeroso, tinimbang Ngeroso Iso", Lebih baik menjadi orang yang 'bisa merasa' daripada orang yang 'merasa bisa" Tutup Hasto.
Tanggapan Wasekjen Hasto ini berkaitan dengan puisi terbaru Fadli Zon, yang berjudul Akuraisopopo yang di indikasikan menjelek-jelekkan Jokowi.
(Laporan Rahmat).
sumber
Puisi digunakan untuk mengobarkan keangkara-murkaan...
Diubah oleh garudangangkang 16-04-2014 20:43
0
4.7K
Kutip
43
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan