- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
[Gerindra] Langgar Iklan Kampanye, KPI Rekomendasikan Cabut Izin Siar TV


TS
ShinMinAh
[Gerindra] Langgar Iklan Kampanye, KPI Rekomendasikan Cabut Izin Siar TV
Langgar Iklan Kampanye, KPI Rekomendasikan Kemkominfo Cabut Izin Siar TV
Tahun 2004 sebelum SBY mencalonkan diri, nggak banyak yang kenal dia. Sebagai menkopolhukam sby ngga memiliki prestasi dan hasil kerjanya ngga bisa dirasakan rakyat. Tapi mengapa dalam waktu singkat kemudian popularitasnya bisa naik? Kita tahu jawabannya adalah karena politik pencitraan. Pada masa kampanye ketika itu SBY memasang iklan jor-joran untuk menciptakan citra diri di masyarakat. Iklan-iklannya dibuat untuk membentuk image bahwa beliau orang yang tegas, santun, dan kriteria presiden ideal lainnya. Padahal kalau ditanya ke masyarakat apa prestasi sby yang membuatnya pantas untuk menjadi presiden, yakin 99% rakyat nggak akan bisa menjawab. Itulah politik pencitraan ala sby, pencitraan yang dibentuk oleh iklan tanpa prestasi yang bisa dirasakan.
2014 rupanya politik pencitraan ini berulang.
Orang bilang Jokowi melakukan pencitraan seperti SBY. Tapi jelas ini pernyataan salah dan bodoh. Naiknya popularitas Jokowi ngga sama dengan naiknya popularitas SBY di 2014. Popularitas Jokowi berangkat dari prestasi dia yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Kartu sehat Jokowi bisa dirasakan masyarakat Solo. Kartu pintar Jokowi bisa dirasakan anak-anak Solo. Begitu pula di Jakarta, KJP dan KJS bisa dirasakan rakyat Jakarta terutama kelas bawah. Relokasi warga di waduk bisa dirasakan oleh warga bantaran yang kini tinggal di rusun-rusun juga oleh warga yang sekarang bisa menggunakan waduk untuk bersantai. Begitupun warga-warga yang kini punya rumah layak huni karena program rumah susun. Ketika masa kampanya kemarin pun jarang sekali lihat iklan Jokowi di tv, beda dengan SBY yang selalu jor-joran iklan. Jadi bagaimana mungkin menyamakan citra Jokowi sekarang dengan citra SBY yang hanya dibangun oleh iklan?
Lalu siapa yang mengulang pencitraan SBY di 2014 ini?
Siapa lagi kalau bukan Prabowo. Kita lihat aja kesamaan pencitraan SBY dengan Prabowo sekarang. SBY tahun 2004 pasang iklan jor-joran, Prabowo 2014 bahkan sejak tahun-tahun sebelumnya sudah pasang iklan jor-joran. Entah berapa puluh atau ratus milyar uang yang sudah dikeluarkan. Betapa ambisius. Tahun 2004 SBY belum punya prestasi yang bisa dirasakan rakyat, Prabowo pun demikian, hingga kini tidak punya prestasi yang bisa dirasakan rakyat. Ada yang bisa menyebutkan prestasi Prabowo yang riil?? Ngga ada kan. Karena memang hingga kini orang mengenal Prabowo hanya dari iklan. Kalau sampai sekarang ada orang yang berpikir Prabowo tegas, maka itu jelas hanya karena hasil pencitraan yang dibangun iklan. Iklan-iklan yang menampilkan Prabowo berorasi bla bla bla. Bagaimana mungkin menilai ketegasan hanya dari iklan orasi. Lucu kan? Sekarang kalau ditanya dimana ketegasan Prabowo, apa ada yang bisa jawab dengan riil? Jelas ngga ada. Karena memang ketegasan Prabowo hanya dibentuk oleh iklan. Tanpa iklan pencitraan itu maka orang hanya akan mengenal Prabowo sebagai mantan jendral dan ketua partai yang terlibat dalam kasus penculikan aktivis tahun 1998. Tidak ada yang lain. Ada yang membantah pernyataan ini?
Untuk merangkum, saya sebutkan lagi secara singkat kesamaan pencitraan Prabowo dan SBY 2004:
Iklan kampanye:
SBY = jor-joran
Prabowo = jor-joran
Jokowi = minim
Hasil kerja sebelum nyapres:
SBY = ngga ada
Prabowo = ngga ada
Jokowi = tanyain orang yang udah ngerasain KJP, KJS, kampung deret.
Sudah jelas kan siapa penerus pencitraan SBY 2004? So, apakah mau menjadi keledai yang tertipu pencitraan politik berkali-kali?
Spoiler for :
Tahun 2004 sebelum SBY mencalonkan diri, nggak banyak yang kenal dia. Sebagai menkopolhukam sby ngga memiliki prestasi dan hasil kerjanya ngga bisa dirasakan rakyat. Tapi mengapa dalam waktu singkat kemudian popularitasnya bisa naik? Kita tahu jawabannya adalah karena politik pencitraan. Pada masa kampanye ketika itu SBY memasang iklan jor-joran untuk menciptakan citra diri di masyarakat. Iklan-iklannya dibuat untuk membentuk image bahwa beliau orang yang tegas, santun, dan kriteria presiden ideal lainnya. Padahal kalau ditanya ke masyarakat apa prestasi sby yang membuatnya pantas untuk menjadi presiden, yakin 99% rakyat nggak akan bisa menjawab. Itulah politik pencitraan ala sby, pencitraan yang dibentuk oleh iklan tanpa prestasi yang bisa dirasakan.
2014 rupanya politik pencitraan ini berulang.
Orang bilang Jokowi melakukan pencitraan seperti SBY. Tapi jelas ini pernyataan salah dan bodoh. Naiknya popularitas Jokowi ngga sama dengan naiknya popularitas SBY di 2014. Popularitas Jokowi berangkat dari prestasi dia yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Kartu sehat Jokowi bisa dirasakan masyarakat Solo. Kartu pintar Jokowi bisa dirasakan anak-anak Solo. Begitu pula di Jakarta, KJP dan KJS bisa dirasakan rakyat Jakarta terutama kelas bawah. Relokasi warga di waduk bisa dirasakan oleh warga bantaran yang kini tinggal di rusun-rusun juga oleh warga yang sekarang bisa menggunakan waduk untuk bersantai. Begitupun warga-warga yang kini punya rumah layak huni karena program rumah susun. Ketika masa kampanya kemarin pun jarang sekali lihat iklan Jokowi di tv, beda dengan SBY yang selalu jor-joran iklan. Jadi bagaimana mungkin menyamakan citra Jokowi sekarang dengan citra SBY yang hanya dibangun oleh iklan?
Lalu siapa yang mengulang pencitraan SBY di 2014 ini?
Siapa lagi kalau bukan Prabowo. Kita lihat aja kesamaan pencitraan SBY dengan Prabowo sekarang. SBY tahun 2004 pasang iklan jor-joran, Prabowo 2014 bahkan sejak tahun-tahun sebelumnya sudah pasang iklan jor-joran. Entah berapa puluh atau ratus milyar uang yang sudah dikeluarkan. Betapa ambisius. Tahun 2004 SBY belum punya prestasi yang bisa dirasakan rakyat, Prabowo pun demikian, hingga kini tidak punya prestasi yang bisa dirasakan rakyat. Ada yang bisa menyebutkan prestasi Prabowo yang riil?? Ngga ada kan. Karena memang hingga kini orang mengenal Prabowo hanya dari iklan. Kalau sampai sekarang ada orang yang berpikir Prabowo tegas, maka itu jelas hanya karena hasil pencitraan yang dibangun iklan. Iklan-iklan yang menampilkan Prabowo berorasi bla bla bla. Bagaimana mungkin menilai ketegasan hanya dari iklan orasi. Lucu kan? Sekarang kalau ditanya dimana ketegasan Prabowo, apa ada yang bisa jawab dengan riil? Jelas ngga ada. Karena memang ketegasan Prabowo hanya dibentuk oleh iklan. Tanpa iklan pencitraan itu maka orang hanya akan mengenal Prabowo sebagai mantan jendral dan ketua partai yang terlibat dalam kasus penculikan aktivis tahun 1998. Tidak ada yang lain. Ada yang membantah pernyataan ini?
Untuk merangkum, saya sebutkan lagi secara singkat kesamaan pencitraan Prabowo dan SBY 2004:
Iklan kampanye:
SBY = jor-joran
Prabowo = jor-joran
Jokowi = minim
Hasil kerja sebelum nyapres:
SBY = ngga ada
Prabowo = ngga ada
Jokowi = tanyain orang yang udah ngerasain KJP, KJS, kampung deret.
Sudah jelas kan siapa penerus pencitraan SBY 2004? So, apakah mau menjadi keledai yang tertipu pencitraan politik berkali-kali?



anasabila memberi reputasi
1
4.7K
61
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan