- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Waspada Media atau SItus Penebar Kebencian !!!


TS
fourrabbit
Waspada Media atau SItus Penebar Kebencian !!!


Quote:
Quote:

Ane mengutip dari situs resmi NU ( Nahdlatul Ulama ) tentang situs-situs penebar kebencian yang dapat membuat perpecahan antar suku, budaya dan umat beragama, Ane pun browsing ke beberapa situs yang dianggap menebar kebencian tersebut, dan Ane sangat kaget gan, terkejut, ternyata benar-benar banyak indikasi untuk menyudutkan suatu kelompok ataupun kaum ( terutama banyak yang menyudutkan soal politik berhubungan dengan pileg kemarin gan ). Ane yakin trit disana dibuat semata-mata untuk mengadu domba kerukunan umat kita ini. Yang membuat saya benar-benar merasa sedih, beberapa dari situs tersebut menggunakan kata islam. ini kutipan dari situs resmi NU :
Quote:
para aktivis Nahdlatul Ulama (NU) dari berbagai institusi berkumpul dalam sebuah lokakarya yang digelar Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) di Aula P3M, Jalan Cililitan Kecil III No 12 Kramatjati, Jakarta, Jumat (21/3).
Acara ini diselenggarakan sebagai media silaturahmi antarkomunitas kader muda NU yang merasa galau dengan perkembangan media sosial di dunia maya dewasa ini. Workshop bertema "Strategi Media dalam Penyelenggaraan Islam Damai dan Mengawal Pelayanan Publik yang Baik."
Menurut Ketua Panitia Tita Radhiatan, acara ini akan digelar hingga Sabtu (22/3) sore. Hadir selaku narasumber sesi pertama, Syafi’ Alielha, pemimpin redaksi NU Online, mendampingi Direktur Eksekutif Matriks Indonesia Agus Sudibyo.
Dalam pengantar awalnya, Syafi’ mengurai sengkarut situs Islam yang menebar kebencian. "Setidaknya ada empat situs yang sangat tinggi grade-nya di dunia maya: ar-rahmah.com, dakwatuna.com, voa.islam.com, hidayatullah.com," paparnya.
Selain itu, lanjut Syafi’, ada beberapa situs yang diberi label Islam, misalnya, detikislam.com, kompasislam.com, dan masih banyak yang lainnya. Jadi, katanya, ketika kita mencari di mesin pencarian Google dengan kata kunci "Islam" maka yang keluar adalah tulisan atau berita dari website-website tersebut.
"Hal inilah yang patut segera kita jawab. Masak warga NU yang katanya jutaan itu tak mampu bikin web seperti mereka. Kita memang telah punya NU Online, tapi belum cukup. Mereka kecil, tapi dikelola dengan baik. Itu bedanya," tegas Syafi’.
Sementara itu, Agus Sudibyo justru tidak terlalu merisaukan keberadaan situs garis keras tersebut. Pasalnya, dia berpendapat tidak semua yang berbasis internet adalah pers. "Penegasan ini diperlukan karena muncul salah paham bahwa media sosial merupakan bagian dari pers. Karena para aktivis media sosial menyebut dirinya sedang praktik jurnalisme warga," ujarnya.
Hingga berita ini ditulis, kedua puluh aktivis dari berbagai institusi berbasis warga NU itu masih menggodok formula dan strategi menghadapi kicauan media Islam garis keras. "Kita harus secepatnya merumuskan bagaimana langkah kita ke depan," kata Agus Muhammad, salah seorang utusan dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) pusat.
Acara ini diselenggarakan sebagai media silaturahmi antarkomunitas kader muda NU yang merasa galau dengan perkembangan media sosial di dunia maya dewasa ini. Workshop bertema "Strategi Media dalam Penyelenggaraan Islam Damai dan Mengawal Pelayanan Publik yang Baik."
Menurut Ketua Panitia Tita Radhiatan, acara ini akan digelar hingga Sabtu (22/3) sore. Hadir selaku narasumber sesi pertama, Syafi’ Alielha, pemimpin redaksi NU Online, mendampingi Direktur Eksekutif Matriks Indonesia Agus Sudibyo.
Dalam pengantar awalnya, Syafi’ mengurai sengkarut situs Islam yang menebar kebencian. "Setidaknya ada empat situs yang sangat tinggi grade-nya di dunia maya: ar-rahmah.com, dakwatuna.com, voa.islam.com, hidayatullah.com," paparnya.
Selain itu, lanjut Syafi’, ada beberapa situs yang diberi label Islam, misalnya, detikislam.com, kompasislam.com, dan masih banyak yang lainnya. Jadi, katanya, ketika kita mencari di mesin pencarian Google dengan kata kunci "Islam" maka yang keluar adalah tulisan atau berita dari website-website tersebut.
"Hal inilah yang patut segera kita jawab. Masak warga NU yang katanya jutaan itu tak mampu bikin web seperti mereka. Kita memang telah punya NU Online, tapi belum cukup. Mereka kecil, tapi dikelola dengan baik. Itu bedanya," tegas Syafi’.
Sementara itu, Agus Sudibyo justru tidak terlalu merisaukan keberadaan situs garis keras tersebut. Pasalnya, dia berpendapat tidak semua yang berbasis internet adalah pers. "Penegasan ini diperlukan karena muncul salah paham bahwa media sosial merupakan bagian dari pers. Karena para aktivis media sosial menyebut dirinya sedang praktik jurnalisme warga," ujarnya.
Hingga berita ini ditulis, kedua puluh aktivis dari berbagai institusi berbasis warga NU itu masih menggodok formula dan strategi menghadapi kicauan media Islam garis keras. "Kita harus secepatnya merumuskan bagaimana langkah kita ke depan," kata Agus Muhammad, salah seorang utusan dari Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) pusat.
Quote:

Quote:
Ane cmn mau bilang gan, keimanan memang mudah naik dan turun, kita harus memperkokoh keimanan kita agar tidak mudah terhasut atau timbul rasa benci sebab benci adalah penyakit rohani, yang paling utama, Jangan telat sholat 5 waktunya ya gan : )
Sekian dulu dari ane gan, Semoga Bermanfaat. Wassalam.
Sekian dulu dari ane gan, Semoga Bermanfaat. Wassalam.
Sumber : nu.or.id
Diubah oleh fourrabbit 15-04-2014 12:52
0
7.5K
Kutip
79
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan