- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Semua Laku di Jakarta Termasuk Menjual Kemiskinan (Jakarta Hidden Tour)
TS
davinof
Semua Laku di Jakarta Termasuk Menjual Kemiskinan (Jakarta Hidden Tour)
Quote:
Alhamdulillah setelah kemarin sukses dengan thread (India Untouched) Sisi Lain India di Antara Gemerlap Kehidupan "Wah" Bollywood sekarang thread yang ini pun kembali menjadi Hot Thread. Mudah-mudahan kehadiran thread ini dapat menginspirasi kita semua.
Dan kesempatan Hot Thread inipun ada baiknya jika ane manfaatkan untuk memperkenalkan salah satu thread ane yang lain yaitu tentang gorila-gorila Afrika. Dengan judul : Melihat Lebih Dekat Gorila-Gorila Afrika (Gorillas... 98.6% Human?)
Quote:
"Kemiskinan adalah musuh umat manusia paling utama, sebab dari kemiskinan itulah muncul berbagai macam kejahatan yang berbahaya. Miskin bukan hanya karena kita tak bisa makan dan tidur nyaman. Tapi kemiskinan juga akan membawa kita pada kekufuran......"
Sombong melangkah istana yang megah.. Seakan meludah diatas tubuh yang resah.. Ribuan jerit didepan hidungmu.. Namun yang kutahu, tak terasa mengganggu
Quote:
Quote:
Beberapa komentar yang mungkin ada dalam benak pikiran kita :
Komentar 1 :"Sebagai bangsa yang terhormat dan gila hormat saya tidak setuju kemiskinan dijual...."
Komentar 2 : "Wah, ini ide bagus dan harus direalisasikan karena setidaknya bisa membantu mereka yang miskin..."
Komentar 3 : "Gila, masa kemiskinan dijadikan tontonan?!"
Komentar 4 : "Daripada pemerintah gak becus ngurusin orang miskin apalagi sampe peduli, ya lebih baik dibuat paket wisata kemiskinan biar dunia juga tau kalo bangsa yang katanya makmur ini ternyata ya begini..."
Komentar 5 : "Komentar agan apa?"
Setuju atau tidak setuju semua kembali kepada anda.....Selamat membaca thread ane semoga bermanfaat.
Quote:
Agan masih ingat dengan wacana paket wisata kemiskinan di Jakarta beberapa tahun yang lalu? Meski akhirnya sempat direalisasikan beberapa lama, namun nasib wisata yang menjual kemiskinan dan kekumuhan warga Jakarta tersebut sekarang nasibnya tidak jelas.
Seperti dilema atau mirip buah simalakama, dimana ketika pemerintah Indonesia khususnya Pemda DKI dianggap nyaris seperti tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, maka ide menjual kemiskinan untuk perbaikan kehidupan seperti terlihat sangat jenius.
Tapi di sisi yang lain, sebagai bangsa dan manusia Indonesia yang bermartabat apakah hal tersebut pantas dilakukan? Atau justru kita harus mendukungnya.(davinof)
Seperti dilema atau mirip buah simalakama, dimana ketika pemerintah Indonesia khususnya Pemda DKI dianggap nyaris seperti tidak mampu mensejahterakan rakyatnya, maka ide menjual kemiskinan untuk perbaikan kehidupan seperti terlihat sangat jenius.
Tapi di sisi yang lain, sebagai bangsa dan manusia Indonesia yang bermartabat apakah hal tersebut pantas dilakukan? Atau justru kita harus mendukungnya.(davinof)
Quote:
Sebagaimana diberitakan oleh beberapa media massa di Indonesia beberapa waktu yang lalu :
Spoiler for Kutipan Berita:
DUREN SAWIT (Pos Kota) – Wisata Kemiskinan? Memang tidak lazim kedengarannya. Ngapain wisata ke lokasi padat hunian yang miskin dan kumuh? Tapi bagi turis asing, astaga … inilah wisata yang punya daya tarik sendiri.
Ronny Poluan memang seniman, jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). ‘Anak Menteng’ berusia 56 tahun ini punya intuisi bisnis yang mungkin tak banyak dimiliki orang. “Saya ini aktivis sosial dan pernah aktif di Karang Taruna saat awal didirikan,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Profesi baru Ronny Poluan adalah menjual paket ‘Jakarta Hidden Tour.’ Oleh jaringan televisi internasional CNN yang sempat meliput pekerjaan Ronny Poluan, paket wisata itu disebut sebagai ‘Wisata Kemiskinan’.
Ronny menepis tudingan miring soal kegiatannya. “Saya tidak menjual kemiskinan negeri saya. Saya juga anak bangsa yang punya nasionalisme. Tolong ini dicatat dulu, sebelum timbul pikiran-pikiran negatif,” tutur pria berambut panjang penuh uban itu, di rumahnya di kawasan Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Menurut pengakuannya, separuh dari biaya tour yang dibayar turis ia berikan kepada masyarakat di daerah kumuh yang jadi obyek wisata. “Di luar itu, ada beberapa turis yang kemudian secara langsung tergerak untuk memberikan bantuan kepada warga,” tutur suami Anneke Rompas.
HUMANIS
Ronny menuturkan, ide bisnisnya muncul pada awal Februari 2008 tatkala ada warga negara asing minta dipandu berkunjung ke daerah-daerah slum (kumuh) di Jakarta. “Selain karena masa tugasnya di Jakarta sudah mau habis, orang asing itu juga sedang mengemban misi khusus untuk menyalurkan bantuan,” kata Ronny yang enggan menyebut identitas dan negara asal orang asing itu.
Tapi diakui, sebagian besar orang asing yang meminta jasanya berasal dari Australia, Amerika Serikat dan Jepang. “Hari ini saya baru saja mengantar rombongan turis dari Jepang. Mereka mengaku melihat orang-orang kita dari sisi kemanusiaannya, humanis. Malahan ada yang langsung nyeletuk, Ronny, what can I do for you and those people,” ujar Ronny menirukan keprihatinan turisnya.
Menurut Ronny, daerah padat hunian maupun kumuh yang jadi favorit turis asing antara lain Kampung Luar Batang (dekat Pasar Ikan), Galur, Senen (permukiman di pinggir rel kereta api), Kampung Pulo (pinggiran Kali Ciliwung, Kp.Melayu), dan Kampung Bandan dekat Kota Tua.
“Orang asing itu ingin melihat kehidupan warga Jakarta apa adanya. Kalau melihat gedung-gedung tinggi, jelas di negera mereka lebih megah,” ungkapnya. Sementara, orang asing yang bekerja di Jakarta (ekspatriat), memilih liburan ke daerah Puncak, Bali atau daerah pantai.
BERKAT FILM
Ronny, dengan basic pendidikan sutradara film pendek dan pemain teater, sering menemani kolega-kolega seninya dari mancanegara. Dia pernah membuat dua film dokumenter di Kampung Galur, Jakpus. Film semi dokumenternya berjudul Eye of the Day dan Shape of the Moon memenangi World Cinema Award dalam kompetisi Sundance Film Festival, Amerika, tahun 2005.
Berkat dua film itulah, orang asing tertarik untuk melihat langsung kehidupan masyarakatnya di balik gedung-gedung pencakar langit, serta hingar bingar gemerlap dunia malam penuh hura-hura di Jakarta. Lewat satu perangkat komputer yang tidak baru lagi, dia memasarkan usahanya di website.
Dia juga merasa terbantu dengan publikasi dari mulut ke mulut. Bahkan, Volunteering for International Development from Australia (VIDA) yang berbasis di Kent Town, South Australia, ikut membantu mengembangkan paket tour milik Ronny.
PAKET JALAN-JALAN 4-5 JAM
Tarif tour berkisar antara USD 65 sampai 165 (Rp600 – Rp 1,5 juta) per orang untuk paket jalan-jalan sekitar empat-lima jam. Para turis biasanya dijemput pakai bus dari hotel tempat mereka menginap. Pernah pula dijemput pakai Metro Mini atas permintaan turis itu sendiri.
“Mereka bilang, kok murah sekali. Setengah dari biaya itu, saya bagikan lagi ke warga yang daerahnya kami kunjungi. Terus terang, kalau bicara keuntungan, sangat tipislah,” ujar Ronny.
Rombongan tamu yang dibawanya rata-rata berkirsar 10-15 orang, pernah juga rombongan besar sampai 30 orang sehingga dia harus merekrut tenaga tambahan.
Umumnya, para turis tidak mau kunjungan mereka diliput wartawan.
Melalui paket ‘Jakarta Hidden Tour’ itulah, Ronny juga memperlihatkan keramahtamahan orang Indonesia, kerukunan kehidupan beragama di Indonesia.
“Islam Indonesia adalah paling moderat. Meski daerahnya padat, atau tinggal di rumah kumuh, tapi tidak ada satu pun yang meminta-minta kepada turis kami. Justru para turislah yang spontan memberi.”
Kalau ada pejabat atau pihak lain yang meragukan kiprahnya, Ronny mengajak mereka untuk terjun melihat langsung. “Buat apa mereka protes, kalau kenyataannya kemiskinan selama ini cuma dipolitisir, sementara rakyat tetap miskin,” katanya.
BULE DATANG, WARGA SENANG
Begitulah ungkapan sejumlah warga di RT 02/04 Kel.Penjaringan, Jakarta Utara.Karena wisatawan mancanegara yang kebanyakan dari Australia itu bukan sekadar jalan-jalan di kampung mereka, tapi juga membawa berkah berupa uang, buku bacaan, hingga sembako.
Saking seringnya daerah itu dikunjungi turis asing, sampai-sampai Ronny Poluan menunjuk dua ibu rumah tangga: Nuriah,30 dan Ratna,27, sebagai kordinator. Tugas mereka, memberi informasi tentang warga setempat yang pantas menerima bantuan. Tapi terkadang banyak warga protes karena tidak kebagian bantuan.
“Saya belum pernah dikasih uang maupun sembako dari bule, padahal hidup saya susah. Kok yang punya rumah sendiri malah dapat bantuan, ini namanya tidak adil. Pak Ronny dan orang-orang bule itu sih nggak salah karena semua tergantung sama Nur dan Ratna, sepertinya hanya yang dekat Ratna dan Nur saja yang dikasih sembako,” protes Ny. Yus kesal.
SEMBAKO
Pemberian uang turis yang dibawa Ronny, memang tidak begitu besar, hanya Rp 35 ribu sampai Rp 100 ribu per orang tetapi sangat berarti bagi warga setempat. Yati, warga Kampung Luar Batang mengaku hanya dirinya yang dikasih Rp 100 ribu tetapi para tetangganya bervariasi.
”Ada yang Rp 35 ribu, Rp 50 ribu dan Rp 75 ribu. Selain uang ada juga yang memberi beras, minyak goreng dan mie instan,” ujar Yati.
Mereka menyayangkan para turis itu datangnya tidak menentu. ”Kita maunya bule-bule itu sering datang ke sini, biar kita sering dapat uang. Uang segitu bagi orang miskin sangat berarti sekali,” timpal Ny. Anah.
Menurut Ny.Anah, orang-orang bule yang datang biasanya selain jalan-jalan di sekitar Museum Bahari juga foto dan duduk sambil ngobrol dengan warga yang dipandu Ronny.
Sebelum kunjungan, Ronny biasanya juga minta warga yang terserang penyakit juga didata dan akan mendapat bantuan.”Warga yang sakit dan yang nggak mampu saya data dan saya laporkan kepada Nur lalu disampaikan kepada Pak Ronny. Nanti terserah Pak Ronny-lah, mau dibantu uang atau obat tergantung dia,” ujar Ratna, warga lain.(endang/percoyok/tarta/ak/E)
Berita Selengkapnya :Source
Ronny Poluan memang seniman, jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). ‘Anak Menteng’ berusia 56 tahun ini punya intuisi bisnis yang mungkin tak banyak dimiliki orang. “Saya ini aktivis sosial dan pernah aktif di Karang Taruna saat awal didirikan,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Profesi baru Ronny Poluan adalah menjual paket ‘Jakarta Hidden Tour.’ Oleh jaringan televisi internasional CNN yang sempat meliput pekerjaan Ronny Poluan, paket wisata itu disebut sebagai ‘Wisata Kemiskinan’.
Ronny menepis tudingan miring soal kegiatannya. “Saya tidak menjual kemiskinan negeri saya. Saya juga anak bangsa yang punya nasionalisme. Tolong ini dicatat dulu, sebelum timbul pikiran-pikiran negatif,” tutur pria berambut panjang penuh uban itu, di rumahnya di kawasan Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Menurut pengakuannya, separuh dari biaya tour yang dibayar turis ia berikan kepada masyarakat di daerah kumuh yang jadi obyek wisata. “Di luar itu, ada beberapa turis yang kemudian secara langsung tergerak untuk memberikan bantuan kepada warga,” tutur suami Anneke Rompas.
HUMANIS
Ronny menuturkan, ide bisnisnya muncul pada awal Februari 2008 tatkala ada warga negara asing minta dipandu berkunjung ke daerah-daerah slum (kumuh) di Jakarta. “Selain karena masa tugasnya di Jakarta sudah mau habis, orang asing itu juga sedang mengemban misi khusus untuk menyalurkan bantuan,” kata Ronny yang enggan menyebut identitas dan negara asal orang asing itu.
Tapi diakui, sebagian besar orang asing yang meminta jasanya berasal dari Australia, Amerika Serikat dan Jepang. “Hari ini saya baru saja mengantar rombongan turis dari Jepang. Mereka mengaku melihat orang-orang kita dari sisi kemanusiaannya, humanis. Malahan ada yang langsung nyeletuk, Ronny, what can I do for you and those people,” ujar Ronny menirukan keprihatinan turisnya.
Menurut Ronny, daerah padat hunian maupun kumuh yang jadi favorit turis asing antara lain Kampung Luar Batang (dekat Pasar Ikan), Galur, Senen (permukiman di pinggir rel kereta api), Kampung Pulo (pinggiran Kali Ciliwung, Kp.Melayu), dan Kampung Bandan dekat Kota Tua.
“Orang asing itu ingin melihat kehidupan warga Jakarta apa adanya. Kalau melihat gedung-gedung tinggi, jelas di negera mereka lebih megah,” ungkapnya. Sementara, orang asing yang bekerja di Jakarta (ekspatriat), memilih liburan ke daerah Puncak, Bali atau daerah pantai.
BERKAT FILM
Ronny, dengan basic pendidikan sutradara film pendek dan pemain teater, sering menemani kolega-kolega seninya dari mancanegara. Dia pernah membuat dua film dokumenter di Kampung Galur, Jakpus. Film semi dokumenternya berjudul Eye of the Day dan Shape of the Moon memenangi World Cinema Award dalam kompetisi Sundance Film Festival, Amerika, tahun 2005.
Berkat dua film itulah, orang asing tertarik untuk melihat langsung kehidupan masyarakatnya di balik gedung-gedung pencakar langit, serta hingar bingar gemerlap dunia malam penuh hura-hura di Jakarta. Lewat satu perangkat komputer yang tidak baru lagi, dia memasarkan usahanya di website.
Dia juga merasa terbantu dengan publikasi dari mulut ke mulut. Bahkan, Volunteering for International Development from Australia (VIDA) yang berbasis di Kent Town, South Australia, ikut membantu mengembangkan paket tour milik Ronny.
PAKET JALAN-JALAN 4-5 JAM
Tarif tour berkisar antara USD 65 sampai 165 (Rp600 – Rp 1,5 juta) per orang untuk paket jalan-jalan sekitar empat-lima jam. Para turis biasanya dijemput pakai bus dari hotel tempat mereka menginap. Pernah pula dijemput pakai Metro Mini atas permintaan turis itu sendiri.
“Mereka bilang, kok murah sekali. Setengah dari biaya itu, saya bagikan lagi ke warga yang daerahnya kami kunjungi. Terus terang, kalau bicara keuntungan, sangat tipislah,” ujar Ronny.
Rombongan tamu yang dibawanya rata-rata berkirsar 10-15 orang, pernah juga rombongan besar sampai 30 orang sehingga dia harus merekrut tenaga tambahan.
Umumnya, para turis tidak mau kunjungan mereka diliput wartawan.
Melalui paket ‘Jakarta Hidden Tour’ itulah, Ronny juga memperlihatkan keramahtamahan orang Indonesia, kerukunan kehidupan beragama di Indonesia.
“Islam Indonesia adalah paling moderat. Meski daerahnya padat, atau tinggal di rumah kumuh, tapi tidak ada satu pun yang meminta-minta kepada turis kami. Justru para turislah yang spontan memberi.”
Kalau ada pejabat atau pihak lain yang meragukan kiprahnya, Ronny mengajak mereka untuk terjun melihat langsung. “Buat apa mereka protes, kalau kenyataannya kemiskinan selama ini cuma dipolitisir, sementara rakyat tetap miskin,” katanya.
BULE DATANG, WARGA SENANG
Begitulah ungkapan sejumlah warga di RT 02/04 Kel.Penjaringan, Jakarta Utara.Karena wisatawan mancanegara yang kebanyakan dari Australia itu bukan sekadar jalan-jalan di kampung mereka, tapi juga membawa berkah berupa uang, buku bacaan, hingga sembako.
Saking seringnya daerah itu dikunjungi turis asing, sampai-sampai Ronny Poluan menunjuk dua ibu rumah tangga: Nuriah,30 dan Ratna,27, sebagai kordinator. Tugas mereka, memberi informasi tentang warga setempat yang pantas menerima bantuan. Tapi terkadang banyak warga protes karena tidak kebagian bantuan.
“Saya belum pernah dikasih uang maupun sembako dari bule, padahal hidup saya susah. Kok yang punya rumah sendiri malah dapat bantuan, ini namanya tidak adil. Pak Ronny dan orang-orang bule itu sih nggak salah karena semua tergantung sama Nur dan Ratna, sepertinya hanya yang dekat Ratna dan Nur saja yang dikasih sembako,” protes Ny. Yus kesal.
SEMBAKO
Pemberian uang turis yang dibawa Ronny, memang tidak begitu besar, hanya Rp 35 ribu sampai Rp 100 ribu per orang tetapi sangat berarti bagi warga setempat. Yati, warga Kampung Luar Batang mengaku hanya dirinya yang dikasih Rp 100 ribu tetapi para tetangganya bervariasi.
”Ada yang Rp 35 ribu, Rp 50 ribu dan Rp 75 ribu. Selain uang ada juga yang memberi beras, minyak goreng dan mie instan,” ujar Yati.
Mereka menyayangkan para turis itu datangnya tidak menentu. ”Kita maunya bule-bule itu sering datang ke sini, biar kita sering dapat uang. Uang segitu bagi orang miskin sangat berarti sekali,” timpal Ny. Anah.
Menurut Ny.Anah, orang-orang bule yang datang biasanya selain jalan-jalan di sekitar Museum Bahari juga foto dan duduk sambil ngobrol dengan warga yang dipandu Ronny.
Sebelum kunjungan, Ronny biasanya juga minta warga yang terserang penyakit juga didata dan akan mendapat bantuan.”Warga yang sakit dan yang nggak mampu saya data dan saya laporkan kepada Nur lalu disampaikan kepada Pak Ronny. Nanti terserah Pak Ronny-lah, mau dibantu uang atau obat tergantung dia,” ujar Ratna, warga lain.(endang/percoyok/tarta/ak/E)
Berita Selengkapnya :Source
Quote:
Jakarta Hidden Tour: Mengungkap yang Tersembunyi
Spoiler for Mengungkap yang tersembunyi:
Jakarta - Berwisata sambil melatih kepekaan sosial, semakin banyak dilakukan orang. Jakarta pun punya paket liburan sambil berkegiatan sosial. Inilah Jakarta Hidden Tour yang mengungkap sisi kemiskinan Jakarta yang tersembunyi.
Tren terbaru dalam dunia jalan-jalan adalah wacana responsible traveling, dimana traveling dilakukan sembari memberikan kontribusi dengan masyarakat lokal. Ini bukan hanya menjaga lingkungan hidup, tapi bagaimana kita bisa membantu orang lain.
Jika Anda bosan dan jenuh dengan mal-mal mewah bertingkat di Ibukota, maka ikutilah tur dari Jakarta Hidden Tour. Perjalanan bersama mereka akan terasa sangat berbeda, sebab Anda akan melihat Jakarta yang kumuh dan rumah-rumah yang sangat sederhana.
"Kami sudah memulai tur ini sejak tahun 2008, hingga kini perkembangannya sangat menggembirakan," kata pendiri Jakarta Hidden Tour, Ronny Poluan kepada detikTravel, Rabu (29/8/2012).
Tidak ada gedung bertingkat, interior mewah, atau pendingin ruangan saat Anda mengikuti tur ini. Siapkan diri Anda, karena Jakarta Hidden Tour akan memperlihatkan Kota Jakarta yang tersembunyi.
Anda akan diajak bertualang berkeliling Jakarta dengan busway, mengunjungi Pelabuhan Sunda Kelapa yang bersejarah dengan banyak debu-debu berterbangan, serta berkunjung ke daerah Ciliwung dan Luar Batang yang terkenal sangat kumuh dan panas.
Selama perjalanan, para wisatawan dapat bercengkrama langsung dengan orang-orang yang kurang mampu. Di sinilah munculnya rasa kemanusian dari interaksi yang berlangsung. Selain itu, Anda dapat bermain dengan anak-anak kecil yang lucu dan ramah. Meski pakaian mereka seadanya, tapi senyum tulusnya menggambarkan betapa polos dan gembiranya anak-anak kecil itu. Keluarkan kamera lalu berfotolah dengan mereka.
"Paket yang kami tawarkan adalah sosial kemanusian, tur ini pun banyak diminati oleh turis asing karena cara berpikir mereka yang lebih terarah," lanjut Ronny.
Ya, jangan merasa Anda malu, dipermainkan atau merasa dihinakan saat mengikuti tur ini. Jakarta Hidden Tour memberikan perjalanan yang sangat berharga tentang realita Ibukota. Ada rasa kemanusian dan kasih sayang yang tumbuh, saat Anda bertemu dengan orang-orang yang kurang mampu. Hal ini tak dapat dirasakan dengan uang tetapi dengan hati dan perasaan.
"Banyak turis dari Australia, Eropa dan Amerika yang sangat senang dengan tur ini, karena mereka belajar banyak dari orang Jakarta yang ditemui," tambah Ronny.
Oleh sebab itu, akan banyak pelajaran saat Anda melakukan tur ini. Selain memotret dan melihat kehidupan kaum miskin dari mereka, Anda juga bisa membantu mereka dengan bantuan apa pun melalui Jakarta Hidden Tour. Buka kembali pikiran Anda, inilah traveling yang sangat menarik di Jakarta.
Untuk mengikuti tur ini, Anda dapat menghubungi Jakarta Hidden Tour melalui email di jaktour@gmail.com. Jika ingin melihat jurnal perjalanan mereka, Anda bisa melihat selengkapnya situs mereka di realjakarta.blogspot.com. Selamat mencoba!
Tren terbaru dalam dunia jalan-jalan adalah wacana responsible traveling, dimana traveling dilakukan sembari memberikan kontribusi dengan masyarakat lokal. Ini bukan hanya menjaga lingkungan hidup, tapi bagaimana kita bisa membantu orang lain.
Jika Anda bosan dan jenuh dengan mal-mal mewah bertingkat di Ibukota, maka ikutilah tur dari Jakarta Hidden Tour. Perjalanan bersama mereka akan terasa sangat berbeda, sebab Anda akan melihat Jakarta yang kumuh dan rumah-rumah yang sangat sederhana.
"Kami sudah memulai tur ini sejak tahun 2008, hingga kini perkembangannya sangat menggembirakan," kata pendiri Jakarta Hidden Tour, Ronny Poluan kepada detikTravel, Rabu (29/8/2012).
Tidak ada gedung bertingkat, interior mewah, atau pendingin ruangan saat Anda mengikuti tur ini. Siapkan diri Anda, karena Jakarta Hidden Tour akan memperlihatkan Kota Jakarta yang tersembunyi.
Anda akan diajak bertualang berkeliling Jakarta dengan busway, mengunjungi Pelabuhan Sunda Kelapa yang bersejarah dengan banyak debu-debu berterbangan, serta berkunjung ke daerah Ciliwung dan Luar Batang yang terkenal sangat kumuh dan panas.
Selama perjalanan, para wisatawan dapat bercengkrama langsung dengan orang-orang yang kurang mampu. Di sinilah munculnya rasa kemanusian dari interaksi yang berlangsung. Selain itu, Anda dapat bermain dengan anak-anak kecil yang lucu dan ramah. Meski pakaian mereka seadanya, tapi senyum tulusnya menggambarkan betapa polos dan gembiranya anak-anak kecil itu. Keluarkan kamera lalu berfotolah dengan mereka.
"Paket yang kami tawarkan adalah sosial kemanusian, tur ini pun banyak diminati oleh turis asing karena cara berpikir mereka yang lebih terarah," lanjut Ronny.
Ya, jangan merasa Anda malu, dipermainkan atau merasa dihinakan saat mengikuti tur ini. Jakarta Hidden Tour memberikan perjalanan yang sangat berharga tentang realita Ibukota. Ada rasa kemanusian dan kasih sayang yang tumbuh, saat Anda bertemu dengan orang-orang yang kurang mampu. Hal ini tak dapat dirasakan dengan uang tetapi dengan hati dan perasaan.
"Banyak turis dari Australia, Eropa dan Amerika yang sangat senang dengan tur ini, karena mereka belajar banyak dari orang Jakarta yang ditemui," tambah Ronny.
Oleh sebab itu, akan banyak pelajaran saat Anda melakukan tur ini. Selain memotret dan melihat kehidupan kaum miskin dari mereka, Anda juga bisa membantu mereka dengan bantuan apa pun melalui Jakarta Hidden Tour. Buka kembali pikiran Anda, inilah traveling yang sangat menarik di Jakarta.
Untuk mengikuti tur ini, Anda dapat menghubungi Jakarta Hidden Tour melalui email di jaktour@gmail.com. Jika ingin melihat jurnal perjalanan mereka, Anda bisa melihat selengkapnya situs mereka di realjakarta.blogspot.com. Selamat mencoba!
Quote:
Dulu Cuma Tonton di TV, Kini Bule Bisa Jelajahi Sendiri
Spoiler for Bule diantara rumah kumuh dan kemiskinan:
Jakarta - Ruang tamu itu terlihat sangat berantakan. Kardus-kardus berisi pakaian, sepatu, dan tas bekas terserak di lantai. Meja tamu tertutup dengan tumpukan buku, majalah, dan koran.
Seperangkat komputer tergeletak di sudut ruangan tersebut. Di ruangan inilah sang tuan rumah, Ronny Poluan, menjalankan bisnis perjalanan wisata Jakarta Hidden Tour (JHT).
"Beginilah tempat saya bekerja. Maaf agak berantakan," jelas Ronny saat detikcom menyambangi rumahnya di Pondok Kelapa Blok 5A, No 8, Jakarta Timur, Rabu (13/1/2010).
Baru saja perbincangan dimulai, Ronny langsung menjelaskan perihal kardus-kardus yang terserak di ruang tamu. Menurutnya, 15 kardus berisi pakaian, sepatu dan tas bekas itu merupakan pemberian dari kliennya, para turis asing yang sempat diantar melihat daerah-daerah miskin di Jakarta. Barang-barang itu datang dua hari lalu untuk nantinya dibagikan kepada warga miskin yang sudah didatangi.
"Turis-turis yang pernah saya antar ke daerah kumuh meminta saya untuk menyalurkannya ke tempat-tempat yang sebelumnya mereka kunjungi," ujarnya.
Dikatakan Ronny, para turis yang pernah diantarnya mengunjungi daerah kumuh di Luar Batang, Galur, dan Kampung Pulo, juga mengirimkan uang dengan jumlah yang bervariasi. Ada yang mengirimkan Rp 1 juta, ada juga yang mengirim Rp 5 juta. Uang-uang tersebut, kata Ronny, sudah disalurkan kepada masyarakat di tiga wilayah tersebut.
Berita selengkapnya baca di sini :[URL="Source"]Berita selengkapnya[/URL]
Seperangkat komputer tergeletak di sudut ruangan tersebut. Di ruangan inilah sang tuan rumah, Ronny Poluan, menjalankan bisnis perjalanan wisata Jakarta Hidden Tour (JHT).
"Beginilah tempat saya bekerja. Maaf agak berantakan," jelas Ronny saat detikcom menyambangi rumahnya di Pondok Kelapa Blok 5A, No 8, Jakarta Timur, Rabu (13/1/2010).
Baru saja perbincangan dimulai, Ronny langsung menjelaskan perihal kardus-kardus yang terserak di ruang tamu. Menurutnya, 15 kardus berisi pakaian, sepatu dan tas bekas itu merupakan pemberian dari kliennya, para turis asing yang sempat diantar melihat daerah-daerah miskin di Jakarta. Barang-barang itu datang dua hari lalu untuk nantinya dibagikan kepada warga miskin yang sudah didatangi.
"Turis-turis yang pernah saya antar ke daerah kumuh meminta saya untuk menyalurkannya ke tempat-tempat yang sebelumnya mereka kunjungi," ujarnya.
Dikatakan Ronny, para turis yang pernah diantarnya mengunjungi daerah kumuh di Luar Batang, Galur, dan Kampung Pulo, juga mengirimkan uang dengan jumlah yang bervariasi. Ada yang mengirimkan Rp 1 juta, ada juga yang mengirim Rp 5 juta. Uang-uang tersebut, kata Ronny, sudah disalurkan kepada masyarakat di tiga wilayah tersebut.
Berita selengkapnya baca di sini :[URL="Source"]Berita selengkapnya[/URL]
Quote:
Dokumentasi Perjalanan Wisata :
Spoiler for Antara miris dan bangga:
Quote:
Informasi Jakarta hidden tour : Jakarta Hidden Tour
Quote:
Beberapa gambar diambil dan diolah dari berbagai macam sumber di internet. Digunakan sebatas untuk informasi belaka.
Diubah oleh davinof 02-04-2018 16:37
0
131.1K
Kutip
1.5K
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan