Saat itu adalah musim semi tahun 1942, belum genap 4 tahun sejak Hitler melancarkan agresi militer ambisiusnya untuk mencaplok hampir seluruh Eropa. Dia telah memulai perang yang menyeret seluruh dunia kedalam perang global, perang yang akan membunuh sekitar 55 juta jiwa dan kerugian material yang tidak terhitung jumlahnya, konflik yang berkobar dari benua eropa hingga asia. Perang besar terakhir dalam sejarah manusia yang akan memetakan dua negara superpower yang kita kenal dengan blok barat dan blok timur.

Tetapi kejayaan perang kilat Blitzkrieg dari Third Reich, yang dengan sekejap menaklukan Eropa Barat termasuk Prancis telah redup dan seaakan memudar. Divisi tempur The Sixth Army yang perkasa telah dikalahkan dalam pertempuran di Stalingrad dan terus dipukul mundur oleh Rusia, menyisakan jutaan prajurit German terkapar tak bernyawa diterjang peluru atau membeku diterpa musim dingin rusia yang ganas. Di sisi barat keadaan tidaklah jauh berbeda, gempuran Luftwaffe telah memuntahkan habis seluruh persediaan roket dan amunisi mereka membakar habis seluruh kota London, tetapi gagal memaksa Inggris untuk bertekuk lutut, sejarah telah membuktikan bahwa semangat manusia tetap hidup ditengah seluruh bangunan yang terbakar rata dengan tanah. Saat itu bisa dikatakan bahwa gelombang perang mulai berbalik arah. Germany was no longer on the offensive.



Kekalahan pada dua sisi dan desakan tentara merah yang semakin mendekati Berlin tidak serta merta membuat German gentar, Hitler masih percaya bahwa pada akhirnya dia akan tetap memenangkan peperangan ini. The Wermacht memang terbukti mampu menghasilkan banyak mesin perang berteknologi mutakhir hasil ambisi Hitler. Sebut saja roket V2 yang akan menjadi dasar program satelit NASA, meriam raksasa Gustav dan Dora yang mampu memuntahkan peluru sejauh 47 km, Kapal Selam U-Boat yang sukses menebar terror di samudra pasifik atau bahkan design absurd Ratte Tank. Ilmuwan German juga berhasil menciptakan jet tempur pertama di dunia yang diberi nama Messerschmitt ME262.



Penerbangan pertama ME262 sukses dilakukan pada tanggal 8 April 1941 dimana data-data hasil test kala itu menunjukan bahwa pesawat ini akan mampu mendominasi angkasa. Pesawat ini memecahkan semua rekor yang ada saat itu dari segi kecepatan dan kemampuan manuver, superior jika dibandingkan dengan pesawat-pesawat turboprop yang mengudara saat itu, seperti Spitfire dari Inggris, Mustang P51D asal Amerika atau MIG1 dari Rusia. Dapat dibayangkan akibatnya bila ME262 yang bermesin jet dan mempunyai kecepatan maksimum 870km/jam bertempur dengan pesawat baling-baling yang mempunyai kecepatan maksimum hanya 500 sampai 650 km/jam.

Tetapi kombinasi antara rumitnya mekanisme mesin, kelangkaan bahan mentah dan kondisi German yang saat itu berada dibawah operasi pengboman sekutu telah menunda proses pembuatan masal pesawat ini. Beberapa dokumen yang dikumpulkan bahkan menunjukan bahwa pesawat ini sempat digunakan sebagai pesawat pengebom, hal itu secara otomatis menghilangkan keunggulan yang dimilikinya dalam segi kecepatan dan manuver sebagai fighter plane. ME262 pada akhirnya baru mulai digunakan sebagai pesawat tempur pada tahapan akhir perang dalam jumlah yang sedikit dan kondisi yang tambal sulam. Terlambat untuk membendung keunggulan udara sekutu diatas langit German. Ketika German pada akhirnya kalah di tahun 1945, teknologi jet tempur ini diambil oleh kedua superpower yang berkuasa saat itu. Namun tidak ada yang dapat menyangka bahwa hanya beberapa tahun kemudian jet tempur ini akan berevolusi dan kembali bertarung di atas daratan korea.

Perang korea yang dimulai tahun 1950 merupakan ajang pertarungan dari dua jet tempur tercanggih di dunia yang dibuat berdasarkan ME262. Versi pengembangan dari Rusia diberi nama MIG15 sedangkan pihak Amerika menamakan jet tempur mereka F86 Sabre. Tidak mengherankan bahwa bentuk dari kedua jet tempur tersebut sangatlah mirip dan banyak prajurit dari kedua belah pihak yang sulit membedakan keduanya pada tahap awal perang. MIG15 bahkan awalnya masih menggunakan mesin yang sama dengan ME262, sebelum pihak Inggris secara aneh memberikan mesin Rolls Royce kebanggaan mereka sebagai tanda persahabatan dengan Rusia.



MIG15 dengan mesin terbaru yang sering kali dikendarai oleh pilot ace dari Russia terbukti dapat mengimbangi bahkan kadang melebihi F86. Mana yang terbaik diantara keduanya mungkin merupakan topik yang masih diperdebatkan sampai saat ini, mengingat kedua negara terus mengembangkan teknologi mereka dan terus melakukan upgrade. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa German adalah negara yang telah membuat pesawat jet tempur pertama di dunia dan bahkan design swept wing, yang pertama kali digunakan pada ME262 terus digunakan sampai saat ini, menjadi dasar pengembangan pesawat supersonic dikemudian hari.

Sumber: www.cabemanis.com

Kalo suka komen donk gan, atau cendolin ane