- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Film Indonesia
JALANAN The Movie


TS
boeladiegh
JALANAN The Movie


Asia Pacific Screen Awards
In Competition, 2014
Busan International Film Festival
Winner Best Documentary 2013
Jogja-NETPAC Asian Film Festival
Special Mention Geber Award 2013
In Competition, 2014
Busan International Film Festival
Winner Best Documentary 2013
Jogja-NETPAC Asian Film Festival
Special Mention Geber Award 2013
Spoiler for Daniel Ziv:
Saya tertarik dengan cerita JALANAN bukan karena berambisi untuk menjadi pembuat film ataupun sekedar mencari ‘topik menarik’ untuk sebuah film dokumenter, tetapi karena suatu hari di jalanan Jakarta saya tidak sengaja menjumpai sekelompok individu dengan cerita perjalanan hidup menakjubkan yang tidak dapat saya acuhkan.
Cerita mereka adalah sebuah cerita dengan segala macam bahan racikan yang diinginkan seorang pembuat film dokumenter: pribadi yang menarik, isu ketidakadilan sosial yang mencengangkan, perjuangan individu yang memberi penerangan pada permasalahan universal, gurauan tak senonoh, sub-budaya perkotaan penuh warna, dan – sebagai bonus tambahan – lagu-lagu orisinil luar biasa yang terdapat dalam film JALANAN.
Pada saat saya mulai mengerjakan film ini, saya berpikir untuk membuat sebuah film pendek tentang komunitas pengamen jalanan, dunia, hidup serta karya musik mereka. Seiring berjalannya waktu, saya menjadi sadar bahwa dengan mengamati kehidupan mereka dari jarak yang begitu dekat, saya menemukan sebuah cerita yang begitu menarik dan penting untuk Indonesia, sebuah cuplikan pendek dari era pasca reformasi dari kacamata mereka yang terjebak dalam celah-celah ketidaknyamanan dari dua fenomena yang seringkali kita rayakan: demokratisasi dan globalisasi. Para pengamen yang saya angkat dalam film ini merasa begitu bangga akan dua hal tersebut, namun tidak mendapatkan apa pun dari keduanya.
Meskipun dalam film ini terdapat banyak momen mengharukan, perjuangan serta ketidakadilan, namun dalam film ini lebih banyak terdapat humor yang mengikat, musik yang mudah diingat, keindahan hidup dan harapan. Film ini bukanlah film yang menjejali penonton dengan tragedi. Taruhannya tidak setinggi di cerita lain – ini bukanlah cerita mengenai ribuan nyawa yang terancam, ataupun orang-orang yang mati tiap harinya dalam komunitas ini. Dan meskipun kondisi kehidupan para pengamen ini sangat mendasar, cerita bahkan bukan mengenai orang-orang termiskin dari golongan bawah. Sebaliknya, JALANAN menjelajahi kehidupan dari kaum marjinal yang terlupakan dari perhatian kehidupan bermasyarakat. Dilema dan konflik yang ada dalam film ini mewakili gambaran besar dari populasi urban di negara berkembang, khususnya 10 juta orang di Indonesia, dan ratusan juta lainnya di seluruh Asia. Film ini bermaksud untuk menyuarakan mereka, meningkatkan kesadaran akan kondisi dan perjuangan mereka.
Sementara masih banyak hal yang bisa kita pelajari dari JALANAN dan para tokoh protagonisnya, film ini disusun dan didandani sehingga dirasa tidak ‘menggurui’ ataupun terlalu ‘berat’ bagi para penonton. Saya tidak melihat ada masalah mengenai orang-orang menghentakan kaki atau tertawa keras dan menikmati sebuah film meskipun film tersebut bercerita mengenai kelompok miskin marjinal. Bagi saya hal itu merupakan langkah awal untuk benar-benar mengenal mereka, dan JALANAN bermaksud membawa penonton ke dalam dunia penuh warna sebagai peserta, bukan sebagai pengamat dari atas.
Kisah mereka juga merupakan cerminan provokatif di mana kita, dari bagian dunia yang lebih mapan, dapat merefleksikan hidup dan nilai-nilai yang kita anut, belajar dari sudut pandang sehari-hari dan kebajikan dari para karakter dalam film JALANAN. Mantra favorit Ho – yang selalu ia katakan kepada para penumpang setelah menghibur mereka (atau menyindir) dengan lagu-lagunya, adalah “Hidup itu harus dihidupkan!”
Tentunya sebuah saran yang sangat berguna untuk kita – kaya atau miskin – lakukan di era yang menggemparkan seperti saat ini. TKP
Quote:
JALANAN berkisah tentang Jakarta dan potret Indonesia melalui mata 3 pengamen muda yang humoris dan gigih menjalani hidup; Titi, Boni, dan Ho. Film ini mengikuti ketiganya secara intim dan mengangkat keseharian mereka yang terpinggirkan dari hiruk-pikuk Ibukota, tanpa rekayasa.
Menggunakan lagu-lagu orisinil berkarakter kuat karya trio musisi tsb sebagai kemudi ceritanya, JALANAN menelusuri kesepian, duka, asmara, kisruh perceraian, meriah perkimpoian, hingga dorongan seksual mereka di tengah riuh-rendah Jakarta yang dikendalikan oleh globalisasi dan korupsi. TKP
Menggunakan lagu-lagu orisinil berkarakter kuat karya trio musisi tsb sebagai kemudi ceritanya, JALANAN menelusuri kesepian, duka, asmara, kisruh perceraian, meriah perkimpoian, hingga dorongan seksual mereka di tengah riuh-rendah Jakarta yang dikendalikan oleh globalisasi dan korupsi. TKP
Quote:
Saat ini industri perfilman seakan jarang dihadiri film-film dokumenter yang berkualitas. Namun setelah sukses membuktikan diri di Busan International Film Festival (BIFF) 2013 sebagai Film Dokumenter Terbaik, Jalanan pun akan segera merebut hati masyarakat Indonesia.
Percaya atau tidak, Daniel Ziv, sutradara film Jalanan, termotivasi untuk membuat film ini setelah ia tanpa sengaja menjumpai sekelompok individu dengan cerita perjalanan hidup yang menakjubkan. Mereka adalah Boni, Ho, dan Titi juga sebagai aktor dan aktris utama film ini.
"Pada saat saya mulai mengerjakan film ini, saya berpikir untuk membuat film pendek tentang komunitas pengamen jalanan, dunia, hidup, serta karya musik mereka. Tapi seiring waktu, saya menjadi sadar, juga setelah mengamati kehidupan mereka dengan sangat dekat, saya menemukan cerita yang menarik dan penting untuk Indonesia," ungkap Daniel saat menghadiri acara gala premier dan konferensi pers film Jalanan di Epicentrum XXI, Jakarta. (8/4)
Liar dan bebasnya kehidupan di Jalanan membuat film ini digarap tanpa rekayasa, bahkan demi mendapatkan keaslian itu sendiri, adegan kamera tersembunyi pun terpaksa dilakukan.
"Ada adegan hidden camera. Yang Ho ke pramuria. Kalau Ho ketangkep, saya harus ngomong sama petugas penjara, dan lainnya. Dari awal kami sepakat semua nyata, nggak ada skenario. Terserah mereka mau ngapain, saya ikutin saja," tuturnya.
Di Jalanan, Daniel mengangkat tiga tokoh utama yang ketiganya adalah pengamen jalanan. Dengan kisah-kisah menarik dari masing-masing orang, Jalanan hingga menghabiskan waktu riset kurang lebih lima tahun lamanya.
Sementara kesuksesan di BIFF 2013, diakui Daniel bukanlah hal yang ia harapkan atau incar dari awal. Baginya, itu adalah buah dari kerja keras. "Setiap karya pasti ada rewards. Untuk jalanan, mungkin itu (BIFF 2013) rewardsnya," pungkas Daniel.
Haru, menginspirasi, lucu, juga memberikan sudut pandang beda dari film-film kebanyakan, Jalanan mulai tayang di Cinema XXI pada Kamis, 10 April 2014. Jangan sampai kelewatan! TKP
Percaya atau tidak, Daniel Ziv, sutradara film Jalanan, termotivasi untuk membuat film ini setelah ia tanpa sengaja menjumpai sekelompok individu dengan cerita perjalanan hidup yang menakjubkan. Mereka adalah Boni, Ho, dan Titi juga sebagai aktor dan aktris utama film ini.
"Pada saat saya mulai mengerjakan film ini, saya berpikir untuk membuat film pendek tentang komunitas pengamen jalanan, dunia, hidup, serta karya musik mereka. Tapi seiring waktu, saya menjadi sadar, juga setelah mengamati kehidupan mereka dengan sangat dekat, saya menemukan cerita yang menarik dan penting untuk Indonesia," ungkap Daniel saat menghadiri acara gala premier dan konferensi pers film Jalanan di Epicentrum XXI, Jakarta. (8/4)
Liar dan bebasnya kehidupan di Jalanan membuat film ini digarap tanpa rekayasa, bahkan demi mendapatkan keaslian itu sendiri, adegan kamera tersembunyi pun terpaksa dilakukan.
"Ada adegan hidden camera. Yang Ho ke pramuria. Kalau Ho ketangkep, saya harus ngomong sama petugas penjara, dan lainnya. Dari awal kami sepakat semua nyata, nggak ada skenario. Terserah mereka mau ngapain, saya ikutin saja," tuturnya.
Di Jalanan, Daniel mengangkat tiga tokoh utama yang ketiganya adalah pengamen jalanan. Dengan kisah-kisah menarik dari masing-masing orang, Jalanan hingga menghabiskan waktu riset kurang lebih lima tahun lamanya.
Sementara kesuksesan di BIFF 2013, diakui Daniel bukanlah hal yang ia harapkan atau incar dari awal. Baginya, itu adalah buah dari kerja keras. "Setiap karya pasti ada rewards. Untuk jalanan, mungkin itu (BIFF 2013) rewardsnya," pungkas Daniel.
Haru, menginspirasi, lucu, juga memberikan sudut pandang beda dari film-film kebanyakan, Jalanan mulai tayang di Cinema XXI pada Kamis, 10 April 2014. Jangan sampai kelewatan! TKP
Wajib nonton neh gan, bagus dan lucu ketimbang film horor berbau porn


0
4.3K
Kutip
3
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan