TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Harian Badan Pemenangan Pemilu PDIP Puan Maharani membantah isu yang menyatakan bahwa dirinya tidak sepakat dengan pencalonan Joko Widodo sebagai presiden. "Sekarang banyak orang punya tafsir seolah-olah lebih tahu daripada yang tahu," ujarnya dalam wawancara khusus dengan majalah Tempo, Rabu pekan lalu. (Baca: PDIP Akui Serangan Udara Bareng Jokowi Kurang)

Meski begitu, Puan mengakui bahwa sempat ada tarik-menarik di lingkup internal partai. "Bahkan, di akar rumput, mereka berharap kekuasaan direbut lagi oleh trah Sukarno," katanya. Namun, pada akhirnya Jokowi--panggilan akrab Joko Widodo--dipilih menjadi calon presiden, dan Puan mendukungnya. "Saya yang mengumumkan pemberian mandat itu." (Baca: 3 Skenario Koalisi Pemilu Presiden)

Bila berhasil terpilih sebagai presiden nanti, Puan berharap Jokowi bisa menjalankan ajaran Trisakti Sukarno. "Saya kenal beliau. Pak Jokowi memahami cita-cita dan ideologi Bung Karno," katanya. Selain itu, mantan Wali Kota Solo yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta itu juga diharapkan tidak melupakan masa lalunya. "Saya yakin Jokowi memahami 'Jas Merah, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah'." (Baca: Koalisi, Jokowi: Kalau Nyusahin Minta Kursi, Buat Apa?)

Jika hal itu dilanggar, Puan menambahkan, Jokowi bisa kualat. "Sebagai orang Jawa, saya memahami kualat itu lebih parah daripada lupa terhadap sejarah," katanya. "Semua orang yang mengkhianati apa yang menjadi keyakinan Bung Karno, realitasnya di lapangan, mereka tak jadi apa-apa. Tidak perlu dicekik, digebuki, hilang saja sendiri. Percaya tidak percaya." (Baca selengkapnya di majalah Tempo).
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...ti-hati-Kualat