Jakarta - Bagi sebagian besar orang, Dubai merupakan wilayah yang memiliki kekayaan berlimpah, sinar matahari, pasir, air, gedung-gedung tinggi, kemewahan, dan keindahan yang luar biasa.
Dubai secara resmi terbentuk pada 9 Juni 1833 ketika seorang pria bernama Sheikh Maktoum bin Butti Al-Maktoum membawa sedikitnya 1000 anggota sukunya untuk pindah ke Dubai Creek. Pada tahun 1971, Dubai resmi bergabung dengan Uni Emirat Arab bersama ibukota Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-Quwain.
Pada saat itu, belum banyak desa di sana, dan masih banyak penemuan minyak. Selama kurang lebih 40 tahun terakhir, kota ini dipenuhi gedung-gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, gedung tertinggi di dunia (Burj Khalifa), pulau buatan dan hotel.
Tapi ada sisi gelap di balik tumbuhnya kemewahan Dubai. Dubai punya masa lalu yang luar biasa kelam yang tidak banyak orang tahu. Yuk kita lihat 5 sisi gelap ekonominya di Dubai
Spoiler for Ratusan Ribu Pekerja Dubai Diperlakukan Seperti Budak:
Meskipun dikenal banyak bangunan mewah di sana, namun pada kenyataannya banyak kelas bawah seperti kaum Bangladesh dan India yang diperlakukan seperti budak.
Orang-orang ini dijanjikan gaji bulanan yang besar, menerima akomodasi yang fantastis dan makanan, dan diperlakukan seperti raja. Ini semua bohong.
Nyatanya, saat orang-orang ini turun dari pesawat, majikan mereka menyita paspornya, dan kemudian dipaksa bekerja selama 14 jam sehari di gurun. Bayaran yang diberikan pun kurang dari seperempat dari upah yang dijanjikan. Mereka hidup dalam batas kemiskinan. Ini yang memicu tingginya angka bunuh diri di Dubai.
Spoiler for Punya Utang Bisa Masuk Penjara:
Di Dubai, hanya ada 2 pilihan jika punya utang, Anda membayar utang atau Anda masuk penjara. Sebuah artikel di The Independent menceritakan kisah Karen dan Daniel Andrews, warga Kanada yang pindah ke Dubai, saat Andrews menerima tawaran pekerjaan di UAE.
Karen awalnya ragu-ragu untuk pindah, tapi dia harus mengikuti suaminya. Setelah menetap di sana dengan gaya hidup mewah, mereka berdua mulai 'terbuai oleh pesona Dubai'.
Daniel didiagnosis tumor otak dan ia membuat kesalahan dalam mengelola keuangan mereka, akhirnya mereka punya utang. Ketika mereka memutuskan untuk meninggalkan Dubai, Daniel berhenti dari pekerjaannya dan ia diberi uang saku lebih rendah daripada yang dijanjikan.
Ada aturan aneh di Dubai, di mana ketika Anda keluar dari pekerjaan Anda, pihak perusahaan memberitahukan kepada pihak bank atas utang yang dimiliki si pekerja sehingga semua akun yang Anda miliki dibekukan.
Ini persis apa yang terjadi pada Andrews. Kartu kredit mereka diblokir, mereka diusir dari apartemen dan Daniel dipenjara.
Spoiler for Ada Kelas Majikan dan Pembantu:
Banyak pekerja di Asia Tenggara yang tertipu pindah ke Uni Emirat Arab (UAE) demi kehidupan yang lebih baik. Populasi di negara tersebut didominasi warga Filipina dan Ethiopia yang menjadi pembantu-pembantu dengan nasib mengerikan.
Paspor mereka disita, gaji mereka tidak pernah dibayar, tidak boleh istirahat, dan majikan memiliki kekuasaan absolut atas budak-budak mereka.
Karena hal ini, banyak dari mereka melarikan diri hingga ke pinggiran kota untuk mencari perlindungan agar keluar dari negara tersebut dan bisa kembali ke negara asal. Pekerja wanita dipukuli, tidak dihargai dan diperlakukan buruk seperti hewan.
Spoiler for Krisis Air:
Dubai dikelilingi gurun dan padang pasir sehingga sulit untuk mendapatkan air. The Tiger Woods Golf Course misalnya, membutuhkan empat juta galon air per hari.
Dubai memiliki angka curah hujan terendah di planet ini sehingga air minum yang dihasilkan berasal dari sejumlah pabrik penyulingan di sekitar kota, karena itu harga air sangat mahal, bahkan termahal di muka bumi.
Berbicara tentang laut atau pantai yang ada di Dubai, perlahan-lahan mulai tercemar karena pabrik pengolahan pembuangan kotoran tidak mampu bersaing dengan pertumbuhan penduduk yang sangat besar. Mereka membuang sampah ke laut hingga menurunkan minat sebagian besar wisatawan yang mengunjungi kota tersebut.
Spoiler for Utang Pemerintah Menggunung:
IMF memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Dubai sekitar angka yang sama dengan jumlah utang pemerintah dan entitas yang mencapai US$ 130 miliar.
Ada tiga perusahaan holding yang berhubungan dengan pemerintah yang mengontrol pasar perumahan di Dubai, utang tersebut digunakan untuk pengembangan kota. Namun dengan pertumbuhan properti yang sangat besar, supplai berlebih sementara minat berkurang dan itulah yang terjadi di Dubai.
Gelembung properti meledak pada tahun 2009 dan perlahan mencoba pulih, dan faktanya entitas yang dikendalikan pemerintah tidak bisa membayar utang-utang tersebut yang akan meruntuhkan seluruh kota.
Sebuah artikel baru-baru ini oleh The Economist menunjukkan bahwa Dubai mungkin perlu mengubah model pertumbuhan ekonomi. Masalah lain adalah hanya 10% dari penduduk usia kerja Dubai adalah warga negara Dubai asli, sisanya adalah ekspatriat.
dekat terlihat buruknya jauh terlihat indahnya
Sekian thread dari ane untuk menambah wawasan agan n sista
Jika tidak keberatan mohon dirate 5 atau dilempar cendolnya