- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Edisi caleg ngamuk] Kalah di Kandang, Caleg Ngamuk-ngamuk
TS
multivitamins
[Edisi caleg ngamuk] Kalah di Kandang, Caleg Ngamuk-ngamuk
![[Edisi caleg ngamuk] Kalah di Kandang, Caleg Ngamuk-ngamuk](https://dl.kaskus.id/static.giantbomb.com/uploads/scale_super/8/81230/1537333-igiyfgfy.jpg)
Kalah di Kandang, Caleg Ngamuk-ngamuk
Spoiler for ngamuk:
LANGKAT – Tak terima kalah di kandang sendiri, Masnelly (44) Caleg Partai NasDem untuk DPRD Kabupaten Langkat mengamuk dengan membongkar atap tempat pemungutan suara (TPS) yang merupakan sumbangannya. Tragedi memilukan plus memalukan itu berlangsung, Rabu (9/4) malam.
Bersama beberapa pendukungnya, Masnelly nekat membongkar atap seng bangunan Jambur di Pasar VII Dusun Kutambaru, Langkat, yang difungsikan sebagai TPS I Desa Namo Ukur Utara, Sei Bingei.
Akibat ulahnya itu, proses penghitungan surat suara Pemilu Legislatif 2014 di TPS itu dihentikan sementara. Guna kelancaran tahapan pemilu, proses penghitungan surat suara kemudian dipindahkan ke kediaman Masten Ginting selaku Ketua KPPS setempat.
Informasi dihimpun, Kamis (10/4) pagi, aksi nekat sang caleg bersama pendukungnya itu diduga dipicu kekecewaannya karena gagal meraih dukungan suara maksimal dari para pemilih di TPS tempat caleg bersangkutan tinggal.
Apalagi menurut penuturan warga, Masnelly merupakan salah satu Caleg penyumbang bahan material utama dalam proses pembangunan jambur.
Beruntung insiden yang sempat membuat heboh pihak KPPS maupun warga setempat itu cepat ditindaklanjuti petugas kepolisian. Mereka lalu berupaya menenangkan sang caleg dan kerabatnya, dengan mempertemukan bersama beberapa perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat.
Setelah diberikan pemahaman untuk menyikapi persoalan itu, secara besar hati, Masnelly dan pendukungnya kemudian bersedia mengembalikan material seng dan memasangkannya kembali pada bangunan jambur.
Salah satu warga bernama Rina, mengakui, kalau pembongkaran tersebut didasari kurang puasnya sang caleg. Karena caleg tersebut tidak mendapatkan suara maksimal. "Iya, dia ngamuk-ngamuk sambil bongkar seng TPS yang selama ini dijadikan jambur," terang dia.
Selama ini, jelas dia dan beberapa warga lainnya, mengenal Masnelly sebagai sosok bersahaja. Sayangnya, beberapa warga kurang simpati dan tidak memilihnya. "Nggak tahulah kenapa gak dipilih, soalnya kami juga gak tahu. Setahu kami dia merupakan janda," tegasnya.
Kapolsek Sei Bingei AKP Lintas Pasaribu, saat dihubungi via selularnya, Kamis (10/4) siang, membenarkan insiden tersebut dan mengaku saat ini kasusnya sudah diselesaikan dengan baik. "Memang benar ada pak, tapi semuanya sudah aman dan terkendali," tegas Lintas Pasaribu. (bam/mar/bd/JPNN.com)
http://www.indopos.co.id/2014/04/kal...uk-ngamuk.html
Bersama beberapa pendukungnya, Masnelly nekat membongkar atap seng bangunan Jambur di Pasar VII Dusun Kutambaru, Langkat, yang difungsikan sebagai TPS I Desa Namo Ukur Utara, Sei Bingei.
Akibat ulahnya itu, proses penghitungan surat suara Pemilu Legislatif 2014 di TPS itu dihentikan sementara. Guna kelancaran tahapan pemilu, proses penghitungan surat suara kemudian dipindahkan ke kediaman Masten Ginting selaku Ketua KPPS setempat.
Informasi dihimpun, Kamis (10/4) pagi, aksi nekat sang caleg bersama pendukungnya itu diduga dipicu kekecewaannya karena gagal meraih dukungan suara maksimal dari para pemilih di TPS tempat caleg bersangkutan tinggal.
Apalagi menurut penuturan warga, Masnelly merupakan salah satu Caleg penyumbang bahan material utama dalam proses pembangunan jambur.
Beruntung insiden yang sempat membuat heboh pihak KPPS maupun warga setempat itu cepat ditindaklanjuti petugas kepolisian. Mereka lalu berupaya menenangkan sang caleg dan kerabatnya, dengan mempertemukan bersama beberapa perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat.
Setelah diberikan pemahaman untuk menyikapi persoalan itu, secara besar hati, Masnelly dan pendukungnya kemudian bersedia mengembalikan material seng dan memasangkannya kembali pada bangunan jambur.
Salah satu warga bernama Rina, mengakui, kalau pembongkaran tersebut didasari kurang puasnya sang caleg. Karena caleg tersebut tidak mendapatkan suara maksimal. "Iya, dia ngamuk-ngamuk sambil bongkar seng TPS yang selama ini dijadikan jambur," terang dia.
Selama ini, jelas dia dan beberapa warga lainnya, mengenal Masnelly sebagai sosok bersahaja. Sayangnya, beberapa warga kurang simpati dan tidak memilihnya. "Nggak tahulah kenapa gak dipilih, soalnya kami juga gak tahu. Setahu kami dia merupakan janda," tegasnya.
Kapolsek Sei Bingei AKP Lintas Pasaribu, saat dihubungi via selularnya, Kamis (10/4) siang, membenarkan insiden tersebut dan mengaku saat ini kasusnya sudah diselesaikan dengan baik. "Memang benar ada pak, tapi semuanya sudah aman dan terkendali," tegas Lintas Pasaribu. (bam/mar/bd/JPNN.com)
http://www.indopos.co.id/2014/04/kal...uk-ngamuk.html
Suara anak jeblok, ayah caleg ngamuk blokir jalan & pukuli warga
Spoiler for ngamuk:
MERDEKA.COM. Ayah calon anggota legislatif Kabupaten Serang mengamuk lantaran suara sang anak WM tidak sesuai harapan. Emosi RH tak terkendali memukuli warga dan memblokir jalan akses kampung.
RH mengamuk Jalan Sumerang, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Penutupan jalan menuju akses Jalan Raya Anyer dilakukan menggunakan batu dan menyebabkan dua kampung terisolir yakni kampung Sumerang dan Kampung Pematang Warung.
"Ini masih diblokir, warga juga pada kumpul. Penyebabnya gara-gara anaknya yang nyaleg dari Partai Demokrat tidak mendapat suara yang diinginkan, dan merasa enggak didukung sama masyarakat di sini," ujar Edi Marwoto salah seorang warga, Jumat (11/4).
Tidak hanya itu, RH juga menganiaya dua orang warga yakni Nia Kuswati dan Nia Amut. Keduanya mengalami luka. Korban langsung melakukan visum dan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke pihak kepolisian.
"Dua wanita korbannya, salah satunya lebam di pelipis kiri dan sudah dilaporkan ke pihak kepolisian," kata Edi.
Edi mengatakan, warga telah mengadukan pemblokiran jalan tersebut ke pihak kepolisian, namun batu-batu masih menghalangi jalan. "Seluruh warga mau datang ke rumahnya, mau minta agar batu-batu yang ngehalangin jalan diangkat," ujar Edi.
Kapolres Cilegon AKBP Defrian Donimando membenarkan adanya warga yang melapor akibat penganiayaan tersebut. "Ya benar ada, sekarang masih dalam proses pemeriksaan saksi-saksi dan penyidikan," ujarnya.
Defrian mengaku pihaknya juga telah mengangkut batu-batu yang digunakan untuk menutup jalan sehingga jalan sudah dapat dilalui. "Sudah diangkut semua oleh anggota," katanya.
https://id.berita.yahoo.com/suara-an...045130193.html
RH mengamuk Jalan Sumerang, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Penutupan jalan menuju akses Jalan Raya Anyer dilakukan menggunakan batu dan menyebabkan dua kampung terisolir yakni kampung Sumerang dan Kampung Pematang Warung.
"Ini masih diblokir, warga juga pada kumpul. Penyebabnya gara-gara anaknya yang nyaleg dari Partai Demokrat tidak mendapat suara yang diinginkan, dan merasa enggak didukung sama masyarakat di sini," ujar Edi Marwoto salah seorang warga, Jumat (11/4).
Tidak hanya itu, RH juga menganiaya dua orang warga yakni Nia Kuswati dan Nia Amut. Keduanya mengalami luka. Korban langsung melakukan visum dan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke pihak kepolisian.
"Dua wanita korbannya, salah satunya lebam di pelipis kiri dan sudah dilaporkan ke pihak kepolisian," kata Edi.
Edi mengatakan, warga telah mengadukan pemblokiran jalan tersebut ke pihak kepolisian, namun batu-batu masih menghalangi jalan. "Seluruh warga mau datang ke rumahnya, mau minta agar batu-batu yang ngehalangin jalan diangkat," ujar Edi.
Kapolres Cilegon AKBP Defrian Donimando membenarkan adanya warga yang melapor akibat penganiayaan tersebut. "Ya benar ada, sekarang masih dalam proses pemeriksaan saksi-saksi dan penyidikan," ujarnya.
Defrian mengaku pihaknya juga telah mengangkut batu-batu yang digunakan untuk menutup jalan sehingga jalan sudah dapat dilalui. "Sudah diangkut semua oleh anggota," katanya.
https://id.berita.yahoo.com/suara-an...045130193.html
Suara Jeblok, Timses Caleg Ngamuk di Pondok Aren
Spoiler for ngamuk:
Kabar6-Melihat hasil perolehan suara jeblok, seorang Satpam yang disebut-sebut sebagai tim sukses (Timses) salah seorang Calon Legislatif (Caleg), mengamuk di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Kekecewaan berbuntut amarah itu sempat membuat proses penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 14 Kampung Perigi, RT 03/04, Kelurahan Perigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, terhenti.
"Ngamuk gara-gara suara yang didapat dari TPS tersebut minim," kata Evan, saksi mata kepada kabar6.com, Kamis (10/4/2014).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, keributan itu dilakukan oleh Fadilah (40), warga setempat. Pria yang bekerja sebagai satpam itu diketahui adalah timses Gacho Sunarso, caleg nomor urut 4 dari Partai Demokrat.
Ketika proses penghitungan suara di TPS 14 sedang berlangsung dan suara jagoannya jeblok, Fadilah langsung marah. Ia sempat adu argumentasi dengan warga lainnya yang ada di sekitar lokasi.
Fadilah beralasan, caleg inkumben itu pernah memberikan sumbangsih kepada masyarakat di wilayah sekitar. Melihat gelagat buruk, panitia meminta Fadilah segera pulang.
"Fadilah bahkan sempat melempar bangku ke arah panitia dan mengenai kepala bagian belakang kanan Haji Saidi, warga Kampung Pulo, dan penghitungan sempat terhenti," terangnya.
Meski telah terkena lemparan bangku, Saidi enggan melaporkan ke aparat kepolisian. Rupanya Fadilah masih tak puas dengan aksi lempar bangku yang telah dilakukannya. Ia kembali mendatangi lokasi TPS 14 untuk membuat keonaran
http://www.kabar6.com/tangerang-raya...ndok-aren.html
Kekecewaan berbuntut amarah itu sempat membuat proses penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 14 Kampung Perigi, RT 03/04, Kelurahan Perigi Lama, Kecamatan Pondok Aren, terhenti.
"Ngamuk gara-gara suara yang didapat dari TPS tersebut minim," kata Evan, saksi mata kepada kabar6.com, Kamis (10/4/2014).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, keributan itu dilakukan oleh Fadilah (40), warga setempat. Pria yang bekerja sebagai satpam itu diketahui adalah timses Gacho Sunarso, caleg nomor urut 4 dari Partai Demokrat.
Ketika proses penghitungan suara di TPS 14 sedang berlangsung dan suara jagoannya jeblok, Fadilah langsung marah. Ia sempat adu argumentasi dengan warga lainnya yang ada di sekitar lokasi.
Fadilah beralasan, caleg inkumben itu pernah memberikan sumbangsih kepada masyarakat di wilayah sekitar. Melihat gelagat buruk, panitia meminta Fadilah segera pulang.
"Fadilah bahkan sempat melempar bangku ke arah panitia dan mengenai kepala bagian belakang kanan Haji Saidi, warga Kampung Pulo, dan penghitungan sempat terhenti," terangnya.
Meski telah terkena lemparan bangku, Saidi enggan melaporkan ke aparat kepolisian. Rupanya Fadilah masih tak puas dengan aksi lempar bangku yang telah dilakukannya. Ia kembali mendatangi lokasi TPS 14 untuk membuat keonaran
http://www.kabar6.com/tangerang-raya...ndok-aren.html
Ngamuk, Caleg Lempar Kursi ke Petugas PPL
Spoiler for ngamuk:
GUNUNGKIDUL- Seorang caleg DPRD Gunungkidul, DIY, dari partai Gerindra Dapil III, Edi Purwanto melempar kursi ke petugas pengawas pemilu lapangan (PPL) yang sedang mengawasi proses perhitungan (TPS) 03 Dusun Grogol, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Panitia pengawas Pemilu (panwaslu) melayangkan protes.
Anggota Panwaslu Gunungkidul Divisi Pengawasan Budi Haryanto, menjelaskan kronologi kejadian yang berlangsung 9 April 2014 itu.
Dia mengatakan, kejadian ini berawal ketika Edi menegur petugas PPL yang bernama Siswadi, karena dianggap hanya mengawasi TPS 03 dan tidak mengawasi TPS lainnya. Edi meminta surat tugas kepada Siswadi, namun hanya ditunjukkan ID card PPL.
Tiba-tiba, Edi Purwanto melempar kursi ke arah Siswadi. Beruntung lemparan kursi itu tidak mengenai anggota tubuh Siswadi. "Beruntung ada penghalang jadi tidak mengenai,"katanya (11/4/2014).
Dikatakannya, ketegangan tersebut dilerai oleh petugas kepolisian dan KPPS. Namun demikian Budi menganggap hal ini sebagai bentuk insiden tersebut sebagai bentuk intimidasi. "Insiden pelemparan kursi ini jelas sebagai bentuk intimidasi kepada petugas kami,"tandasnya.
Panwaslu meminta agar Edi meminta maaf dan DPC Gerindra membina kadernya. Budi mengaku sudah melayangkan surat tuntutan kepada DPC Gerindra Gunungkidul agar Edi Purwanto meminta maaf kepada Panwaslu.“Kami menuntut permohonan maaf dari sudara Edi Purwanto secara tertulis kepada Panwaslu Gunungkidul paling lambat 2x24 jam sejak surat ini kami sampaikan hari ini, serta dimuat minimal di tiga media cetak lokal,” katanya
Terpisah, Ketua DPC Partai Gerindra, Ngadiyono mengaku belum mengetahui surat dari panwaslu. Namun dia mengatakan insiden tersebut bisa merusak citra partao. "Kami akan segera memanggil (Edi) untuk mengklarifikasinya,"Ucapnya
Dia mengaku meminta maaf kepada Panwaslu atas insiden yang dilakukan kadernya. (Markus Yuwono/Sindoradio/sus)
http://news.okezone.com/read/2014/04...ke-petugas-ppl
Anggota Panwaslu Gunungkidul Divisi Pengawasan Budi Haryanto, menjelaskan kronologi kejadian yang berlangsung 9 April 2014 itu.
Dia mengatakan, kejadian ini berawal ketika Edi menegur petugas PPL yang bernama Siswadi, karena dianggap hanya mengawasi TPS 03 dan tidak mengawasi TPS lainnya. Edi meminta surat tugas kepada Siswadi, namun hanya ditunjukkan ID card PPL.
Tiba-tiba, Edi Purwanto melempar kursi ke arah Siswadi. Beruntung lemparan kursi itu tidak mengenai anggota tubuh Siswadi. "Beruntung ada penghalang jadi tidak mengenai,"katanya (11/4/2014).
Dikatakannya, ketegangan tersebut dilerai oleh petugas kepolisian dan KPPS. Namun demikian Budi menganggap hal ini sebagai bentuk insiden tersebut sebagai bentuk intimidasi. "Insiden pelemparan kursi ini jelas sebagai bentuk intimidasi kepada petugas kami,"tandasnya.
Panwaslu meminta agar Edi meminta maaf dan DPC Gerindra membina kadernya. Budi mengaku sudah melayangkan surat tuntutan kepada DPC Gerindra Gunungkidul agar Edi Purwanto meminta maaf kepada Panwaslu.“Kami menuntut permohonan maaf dari sudara Edi Purwanto secara tertulis kepada Panwaslu Gunungkidul paling lambat 2x24 jam sejak surat ini kami sampaikan hari ini, serta dimuat minimal di tiga media cetak lokal,” katanya
Terpisah, Ketua DPC Partai Gerindra, Ngadiyono mengaku belum mengetahui surat dari panwaslu. Namun dia mengatakan insiden tersebut bisa merusak citra partao. "Kami akan segera memanggil (Edi) untuk mengklarifikasinya,"Ucapnya
Dia mengaku meminta maaf kepada Panwaslu atas insiden yang dilakukan kadernya. (Markus Yuwono/Sindoradio/sus)
http://news.okezone.com/read/2014/04...ke-petugas-ppl
Hanya Raih 1 Suara, Caleg PKS Ini Ngamuk di Kantor Lurah
Spoiler for ngamuk:
BANGKAPOS.COM, KOLAKA - Seorang calon legislatif dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)Mansyur mengamuk di Kantor Lurah Kolakaasi, Kolaka, Sulawesi Tenggara, Sabtu (12/4/2014).
Mansyur yang ditemani puluhan pendukungnya mengamuk karena merasa dicurangi oleh KPPS di TPS 7 Kolakasi, kala perhitungan beberapa hari lalu.
Mansyur mendesak agar kotak suara dibuka kembali, demi membuktikan tuduhan itu. Namun tuntutan itu tak dikabulkan oleh petugas KPUD dan Panwas Kolaka yang berada di dalam kantor lurah tersebut.
Pendukung Mansyur yang semakin emosi mulai memukul sejumlah kaca jendela kantor lurah. Bahkan, Mansyur menyerobot petugas dan menghampiri petugas KPUD dan Panwas Kolaka sambil berteriak-teriak.
"Suara saya yang seharusnya 29, sisa satu. Sedangkan yang 28 lembarnya dinyatakan tidak sah. Baru saksiku dipaksa tanda tangan berita acara. Ini sudah merugikan saya," teriak Mansyur sambil menunjuk petugas KPUD dan Panwas Kolaka.
Kemarahan pendukung caleg ini tidak berhenti sampai di situ. Spanduk yang bertuliskan pelaku pelanggaran pilkada dapat dipidanakan dicabut oleh sejumlah orang. Kemudian spanduk itu dibawa masuk ke dalam kantor dengan niat untuk diperlihatkan kepada petugas Panwas.
Petugas yang berjaga segera bertindak tegas dengan cara memukul mundur massa yang sudah masuk ke dalam kantor. “Ini aturannya jelas kalau mengurangi atau mengubah dan menambah hasil suara dapat dipenjara empat tahun. Baca ini Pak Panwas dan anggota KPUD,” teriak Amir, pendukung Mansyur.
Petugas yang terdiri dari pasukan Dalmas Polres Kolaka, Brigade Mobil Polda Sultra serta TNI dari Kompi Senapan B Woroagi, terus berusaha menenangkan massa yang sudah mulai brutal.
Massa pun terus mendesak agar kotak suara dari TPS 7 segera dibuka di hadapan masyarakat yang ada. “Arahan yang saya dapat sekarang pleno di tingkat PPS harus segera dilanjutkan. Pada saat pleno akan dibuka C1 berhologram dan beberapa berkas lain yang juga berhologram. Jika ada keganjilan dan berdasarkan arahan dari pengawas harus dibuka kotak suara,” kata Arifuddin, Komisioner KPUD Kolaka.
Mansyur dan pendukungnya bertahan hingga sore hari dan tetap menuntut kotak suara dibuka kembali.
http://bangka.tribunnews.com/2014/04...i-kantor-lurah
Mansyur yang ditemani puluhan pendukungnya mengamuk karena merasa dicurangi oleh KPPS di TPS 7 Kolakasi, kala perhitungan beberapa hari lalu.
Mansyur mendesak agar kotak suara dibuka kembali, demi membuktikan tuduhan itu. Namun tuntutan itu tak dikabulkan oleh petugas KPUD dan Panwas Kolaka yang berada di dalam kantor lurah tersebut.
Pendukung Mansyur yang semakin emosi mulai memukul sejumlah kaca jendela kantor lurah. Bahkan, Mansyur menyerobot petugas dan menghampiri petugas KPUD dan Panwas Kolaka sambil berteriak-teriak.
"Suara saya yang seharusnya 29, sisa satu. Sedangkan yang 28 lembarnya dinyatakan tidak sah. Baru saksiku dipaksa tanda tangan berita acara. Ini sudah merugikan saya," teriak Mansyur sambil menunjuk petugas KPUD dan Panwas Kolaka.
Kemarahan pendukung caleg ini tidak berhenti sampai di situ. Spanduk yang bertuliskan pelaku pelanggaran pilkada dapat dipidanakan dicabut oleh sejumlah orang. Kemudian spanduk itu dibawa masuk ke dalam kantor dengan niat untuk diperlihatkan kepada petugas Panwas.
Petugas yang berjaga segera bertindak tegas dengan cara memukul mundur massa yang sudah masuk ke dalam kantor. “Ini aturannya jelas kalau mengurangi atau mengubah dan menambah hasil suara dapat dipenjara empat tahun. Baca ini Pak Panwas dan anggota KPUD,” teriak Amir, pendukung Mansyur.
Petugas yang terdiri dari pasukan Dalmas Polres Kolaka, Brigade Mobil Polda Sultra serta TNI dari Kompi Senapan B Woroagi, terus berusaha menenangkan massa yang sudah mulai brutal.
Massa pun terus mendesak agar kotak suara dari TPS 7 segera dibuka di hadapan masyarakat yang ada. “Arahan yang saya dapat sekarang pleno di tingkat PPS harus segera dilanjutkan. Pada saat pleno akan dibuka C1 berhologram dan beberapa berkas lain yang juga berhologram. Jika ada keganjilan dan berdasarkan arahan dari pengawas harus dibuka kotak suara,” kata Arifuddin, Komisioner KPUD Kolaka.
Mansyur dan pendukungnya bertahan hingga sore hari dan tetap menuntut kotak suara dibuka kembali.
http://bangka.tribunnews.com/2014/04...i-kantor-lurah
Keluarga Caleg PAN dan Gerindra Ngamuk
Spoiler for ngamuk:
JAYAPURA - Tidak terima tak ada warga yang datang mencoblos keduanya. Keluarga caleg Partai PAN dan Gerindra, ngamuk dan melukai seorang petugas KPPS dan merusak balai desa di Distrik Topo - Kab. Nabire - Papua, hari Kamis (10/4). Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Pudjo Sulistyo saat dihubungi semalam membenarkan peristiwa ini. Pudjo menjelaskan kejadian itu tepatnya di Distrik Topo - Nabire. SP 4 sekitar Pukul 08.30 wit.
"Kejadiannya saat penghitungan suara di TPS 2 Topo - Nabire. Salah satu calon atas nama Minggus Madae caleg no urut 4 dari Partai PAN dan Abner Madae dari
Gerindra hampir tidak mendapat suara,"terangnya.
Tidak terima karena sang anak tak memperoleh suara. Maka orang tua caleg atas nama Pieter Madae mengerahkan massa sebanyak kurang lebih 40 orang menuju Balai Kampung dan kantor Desa Topo dan meminta suara ke petugas KPPS untuk anak - anaknya.
"Saat massa datang. Mereka coba ditenangkan oleh petugas PPS atas nama Syaiful Bahri. Tetapi massa justru memukulnya (Syaiful Bahri-red) dengan menggunakan linggis pada kepala , kaki dan tangan,"jelasnya.
Akibat penganiayaan ini membuat korban mengalami luka parah. Dijelaskannya, selain memukul korban, massa juga merusak balai desa. dengan cara merusak kaca - kaca dan merobohkan pos ojek di SP 1 dan SP 3.
"Tindakan seperti ini bukan tindakan seorang calon wakil rakyat yang tidak mendapat suara, tetapi marah kepada rakyat yang tidak memilihnya . Suara tidak bisa dipindah - pindahkan antar partai atau antar orang. Itu akan menimbulkan masalah hukum baru dan problema yang lebih besar. Kejadian marah karena tidak dapat suara tersebut mencederai demokrasi dan itu tidak boleh terjadi dan merupakan pelanggaran hukum dengan memaksa petugas KPPS. Kemudian merusak kantor desa melukai petugas TPS sehingga luka parah,"tuturnya dengan nada menyesal.
Untuk itu Kepolisian menjamin hukum akan ditegakkan. Baik pidana pemilu nya dan pidana umum.
"Kami meminta rakyat banyak untuk tenang. Jangan terprovokasi oleh kelompok massa tertentu , sehingga dapat di adu domba , berikan waktu kepada Polri untuk bertindak sesuai ketentuan yang berlaku,"harapnya.
Saat ini kondisi korban mengalami luka para dan dirawat di RSUD Yowari, karena mengalami luka pada kepala badan dan kaki. Salah satu saksi mengatakan korban dianiaya dengan menggunakan linggis oleh para pelaku.
http://sinarharapan.co/news/read/140...erindra-Ngamuk
"Kejadiannya saat penghitungan suara di TPS 2 Topo - Nabire. Salah satu calon atas nama Minggus Madae caleg no urut 4 dari Partai PAN dan Abner Madae dari
Gerindra hampir tidak mendapat suara,"terangnya.
Tidak terima karena sang anak tak memperoleh suara. Maka orang tua caleg atas nama Pieter Madae mengerahkan massa sebanyak kurang lebih 40 orang menuju Balai Kampung dan kantor Desa Topo dan meminta suara ke petugas KPPS untuk anak - anaknya.
"Saat massa datang. Mereka coba ditenangkan oleh petugas PPS atas nama Syaiful Bahri. Tetapi massa justru memukulnya (Syaiful Bahri-red) dengan menggunakan linggis pada kepala , kaki dan tangan,"jelasnya.
Akibat penganiayaan ini membuat korban mengalami luka parah. Dijelaskannya, selain memukul korban, massa juga merusak balai desa. dengan cara merusak kaca - kaca dan merobohkan pos ojek di SP 1 dan SP 3.
"Tindakan seperti ini bukan tindakan seorang calon wakil rakyat yang tidak mendapat suara, tetapi marah kepada rakyat yang tidak memilihnya . Suara tidak bisa dipindah - pindahkan antar partai atau antar orang. Itu akan menimbulkan masalah hukum baru dan problema yang lebih besar. Kejadian marah karena tidak dapat suara tersebut mencederai demokrasi dan itu tidak boleh terjadi dan merupakan pelanggaran hukum dengan memaksa petugas KPPS. Kemudian merusak kantor desa melukai petugas TPS sehingga luka parah,"tuturnya dengan nada menyesal.
Untuk itu Kepolisian menjamin hukum akan ditegakkan. Baik pidana pemilu nya dan pidana umum.
"Kami meminta rakyat banyak untuk tenang. Jangan terprovokasi oleh kelompok massa tertentu , sehingga dapat di adu domba , berikan waktu kepada Polri untuk bertindak sesuai ketentuan yang berlaku,"harapnya.
Saat ini kondisi korban mengalami luka para dan dirawat di RSUD Yowari, karena mengalami luka pada kepala badan dan kaki. Salah satu saksi mengatakan korban dianiaya dengan menggunakan linggis oleh para pelaku.
http://sinarharapan.co/news/read/140...erindra-Ngamuk
Dapil Tertukar, Tiga Caleg Ngamuk
Spoiler for ngamuk:
BERITABEKASI.CO, Kota Bekasi, Kericuhan terjadi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 29 Kelurahan Jatiwarna, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. Tiga orang calon legislatif DPRD dari PDIP, PPP dan Demokrat sempat mengamuk karena surat suara DPRD Kota Bekasi Dapil 4 tertukar dengan Dapil 2, Rabu 9 April2014
Kericuhan tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Caleg Syarifudin Wangsa dari PDIP, Burhanudin caleg dari PPP dan Mulih dari Demokrat mengamuk di TPS tersebut.
Mereka merasa dirugikan dengan tertukarnya surat suara DPRD Kota Bekasi Dapil 4 (dapil ketiga caleg tersebut) dengan kertas surat suara Dapil 2. Mereka menuding KPPS tidak profesional.
Hal ini menyebabkan proses pemungutan suara sempat terhenti. Sementara dari 447 pemilih yang sudah terdaftar dalam DPT, 387 warga di antaranya sudah menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan surat suara yang salah itu.
http://www.beritabekasi.co/page/kana...muk&page=detil
Kericuhan tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. Caleg Syarifudin Wangsa dari PDIP, Burhanudin caleg dari PPP dan Mulih dari Demokrat mengamuk di TPS tersebut.
Mereka merasa dirugikan dengan tertukarnya surat suara DPRD Kota Bekasi Dapil 4 (dapil ketiga caleg tersebut) dengan kertas surat suara Dapil 2. Mereka menuding KPPS tidak profesional.
Hal ini menyebabkan proses pemungutan suara sempat terhenti. Sementara dari 447 pemilih yang sudah terdaftar dalam DPT, 387 warga di antaranya sudah menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan surat suara yang salah itu.
http://www.beritabekasi.co/page/kana...muk&page=detil
sukanya ngamuk
Diubah oleh multivitamins 13-04-2014 08:32
0
2.6K
Kutip
10
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan