STOP Pengiriman TKI ke Arab, Malaysia, Hongkong dll, untuk Level Pembantu, Pramu Saji dan Pramu Niaga
Quote:
Yang dimaksudkan thread ini adalah TKI untuk selevel pembantu, pramu saji, dan pramu niaga, bukan selevel karyawan pabrik bahkan tenaga ahli / expertise
Quote:
Ane berbagi informasi dibawah ini karena ane juga pernah mengamatinya pernah bekerja menjadi Tenaga Ahli di Luar Negeri, jadi dengan artikel ini dengan harapan tidak ada / berkurangnya korban bangsa sendiri di luar negeri, dan kita menjadi bangsa yang terhormat dimata dunia.
Quote:
Mungkin sudah banyak artikel seperti ini. Baik dalam bentuk dukungan di facebook, twitter, blog, koran dan thread di kaskus
Quote:
Katanya TKI banyak mendatangkan devisa bagi negara, terus kenapa pengen di stop ??
Karena :
- Mencemarkan nama baik Indonesia, seperti banyak yang terjadi di pemberitaan di media bahwa TKI seperti pembantu, pramusaji, pramu niaga itu ada yang bodoh dalam segi bahasa, enggak bagus dari segi keterampilan, ada yang bego kalau diperintah, ada yang urakan sering pesta seperti yang terjadi di hongkong, malaysia dll (untuk setingkat waitress, pemandu lagu, atau TKI yang bisa dipake), dan banyak yang melacurkan diri.
Misal dalam segi bahasa disuruh A malah melakukan B karena pengetahuan bahasa yang pas pasan. Akhirnya majikannya marah marah dan menendangnya.
Setelah bahasa dimengerti, tapi adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan / culture dan cara pandang berbeda. Misal TKI yang ke India atau arab. Bagi kita masakan yang kita masak sudah enak, bagi mereka terasa hambar karena kurangnya rempah rempahnya. Kalau India banyak kunyit, rempah lainnya (curry, masala) di Arab banyak bawang putih dan rempah lainnya. Makanya menjadi pembantu setelah mengerti bahasa, mengerti masakan akan berbeda hasilnya kalau rasa kita diterapkan disana.
Kalau di Singapore faktor keterampilan dan ritme kerja yang dituntut. Pada dasarnya orang singapore kebanyakan bisa bahasa Indonesia / melayu. Jadi bahasa tidak terlalu masalah, walaupun dalam kerja harus bekerja dengan bahasa singlish (singapore english) tapi ritme kerja tinggi, juga keterampilan yang cekatan menjadi masalah bagi pembantu, pramusaji dan pramu niaga. Jadi tenaga kerja kita jadi bahan ejekan dan cemoohan, juga makian. Kalau di malaysia lebih parah, dibilang budak haram karena bisa dipake, juga ada yang suka mencuri ...
- Selain mencemarkan juga membahayakan TKI itu sendiri. Seperti kejadian Satinah, Darsem, Ruyati dll. Terutama yang buruk perilakunya hingga membunuh, mencuri. Walaupun ane yakin ada penyebabnya ... entah KDRT atau lainnya. Kalau di Hongkong TKI level rendahan banyak yang mencari sampingan menjadi Pekerja Seks Komersiil agar mendapat hasil tambahan. Ini juga berbahaya bagi TKI itu sendiri yakni HIV / Aids.
- Peran PJTKI yang memberangkatkan para TKI kurang optimal, maksimal, terkesan pembiaran dan menambah beban negara juga masyarakat seperti harus membayar Diyat milyaran rupiah, terus banyak TKI yang terlantar di Arab Saudi, tinggal ditempat kumuh, banyak permasalahan TKI di Malaysia, Hongkong dan Arab yang katanya enggak digaji, mendapat perlakuan buruk, disetrika, dipake sama majikannya dll
- Sebetulnya enggak ada TKI selevel pembantu, pramusaji, pramu niaga juga enggak terlalu ngefek terhadap negara. Paling ngefek bagi keluarga mereka saja. Lagi lagi alasan klise, jadi kami kerja apa, makan apa ??? Emang mereka enggak punya otak apa ?? sedangkan sekarang saja kita masih kekurangan pangan (artinya petani semakin sedikit), kekurangan ikan (artinya nelayan sudah berkurang), kekurangan susu (peternak berkurang), dibeberapa tempat susah cari pembantu, dibeberapa tempat susah cari tukang, dibeberapa tempat susah cari pedagang, pedagang kue keliling dibeberapa tempat sudah jarang ditemukan.
Masih banyak daging impor (karena dalam negeri masih keteteran, karena sudah jarang yang mau beternak). Ada impor lele dari malaysia, padahal memelihara lele bukan terlalu sulit. Ane lihat banyak pasar tetep pada laku tuh pasar tradisional, orang yang berjualan dengan penuh semangat, pagi pagi ... di luar negeri seperti di Amerika, enggak bisa dilihat kegiatan seperti ini, jam 2 dinihari sudah berjualan dipasar ... walaupun ane sangat menyayangkan, mereka jarang melakukan sholat. Bangun pagi udah berjualan, tapi gak shalat ... ya akhirnya nasibnya enggak berubah.
Apa mereka malas berdagang ?? Malas jadi petani ?? pengennya gaji besar saja ?? Hingga mereke memutuskan menjadi pembantu, pramusaji, dan pramu niaga di luar negeri.
Apa negara akan miskin dengan tidak adanya TKI tersebut ?? apa negara akan bangkrut ?? jadi c'mon jangan mengatas namakan devisa kalau terjadi banyak masalah, dan akhirnya biayanya menjadi lebih besar. Citra Indonesia jadi lebih buruk.Dan banyak permasalahan berujung dijalur hukum.
Alasan klise TKI tetep dipertahankan karena kurang lapangan pekerjaan di dalam negeri ...
Hari gini masih mengharapkan lapangan pekerjaan ...???
Jadi kapan majunya bangsa. Kita bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Nih ane kasih contoh dibawah ada yang pernah ane lakukan dengan modal atau tanpa modal sekalipun.
Pekerjaan tanpa modal uang :
- Ane pernah ngajar. Semua orang bisa mengajar. Misal punya keahlian apa, entah bisa komputer, bahasa inggris, menjahit, mengaji, bahasa arab, bahasa mandarin, mengajar sempoa, mengajar IPA, matematika, biologi, kimia .. bisa diajarkan kepada orang orang dengan cara memberitahukan dari mulut kemulut. Tanpa modal sekalipun. Kalaupun bermodal ya sebar brosur 5 ribu rupiah sudah cukup.
- Menjadi buruh. Entah itu buruh tukang ngetik, tukang ngedit, tukang terjemahin, tapi ane gak saranin tukang bikin skripsi, bisa juga buruh tani, tukang, kuli. Tukang cuci, nyetrika, tukang dagang kue yang hanya nerima kue (nitip) gak perlu repot bikin kue.
- Menjadi tenaga ahli. Seperti service mobil, motor, bengkel, tukang las. Service tv, Biasanya tempat kecil seperti lapak, ruko kecil gak perlu lamaran kerja. Langsung minta aja ke si koko taro KTP, Ijazah dah mulai kerja ...
- Menjadi marketing, entah marketing asuransi, marketing elektronik, dll. Khan perlu duit untuk transportasi ?? Gak usah gan. Ane pernah jadi marketing asuransi, ane jalan kaki ke kantornya, ane tawarin asuransi ke tetangga ane dulu, ke keluarga ane, ke temen ane ... baru setelah ada yang masuk jadi nasabah, duit gajinya buat transport untuk nawarin ditempat lain ... Ane pernah juga jadi marketing elektronik, jualin kulkas tv dll. Kita semua juga dikasih daftar harganya ... Ane juga pernah jadi sales sabun, sandal, sepatu, mainan anak ... pakaian ......jalan kaki aja ... itung itung olah raga
Kalau udah punya duit baru pakai transportasi ...
Pekerjaan dengan Modal Uang sedikit dapet banyak :
- Ane pernah pasang iklan (pake uang) untuk seminggu. Waktu itu iklan perbaris 12 ribu. Biasanya ane pasang 2 baris. Tapi kalau mingguan lain lagi harganya. Dalam seminggu paling 3 hari aja tayang ada yang telepon. Dapet uang 1 juta. Kursus Trading. Kalau waktu kursus komputer, ane juga pernah pasang iklan kursus komputer satu jam kursus waktu itu 12 ribu, minimal 2 jam untuk satu sesi. Jadi satu tempat untuk satu iklan 2 baris bisa balik modal. Ane juga ngajar matematika, fisika, kimia. Biasanya bayarnya bulanan untuk kursus dalam waktu tempo panjang.
Ane pernah pasang iklan perawatan taman (padahal bukan ahli tanaman, gak punya alat alat). Ane hanya banyak kenalan tukang taman. Ane deal bagi hasil dengan mereka. Ane pasang iklan perawatan taman. Semua alat mereka juga punya seperti alat pemotong rumput, alat lainnya. Pasang iklan. dalam sepuluh hari. Dapet customer selamanya (enggak putus) karena rutin tiap 2 minggu sekali rumahnya di rawat tamannya. sehari waktu itu dapet 800 ribu (karena banyak tempat).
- berdagang kue. Tepatnya istri ane jualan kue. Gak terlalu banyak modalnya pertamanya nebeng ditempat saudara buat masaknya. Akhirnya bisa beli peralatan sendiri, kulkas sendiri, oven sendiri dll. Dagangnya bukan kita yang jualin, tapi titip ke penjaja kue .. bagi hasil juga buat mereka. Dapet banyak dia untung banyak kejual sedikit ya pertamanya kita juga makan sendiri sisanya .. tapi tetep untung.
Pekerjaan dengan modal banyak dapet untung banyak :
- Ane pernah buka catering, rumah makan, lapak dipinggir jalan. Sampe punya 5 tempat warung makan. Cuma bangkrutnya gara gara di premani, dicuri bahan makanan sama karyawan sendiri, dan konflik antar karyawan ... dll
- Ane pernah buka warnet ... gak masalah siih untung untung aja ... Walaupun kesininya harganya semakin murah dan semakin sepi pengunjungnya karena sudah banyak HP yang bisa internetan, sudah banyak wifi, spot dll
- Ane pernah buka rental mobil waktu itu ane punya armada 5 Avanza milik ane sendiri, ya tentunya ada yang masih kredit.
Ane gak terusin rental mobilnya karena 1 mobil dicuri, padahal yang nyuri pakai KTP , udah disurvey ke rumahnya betul tinggal disitu (padahal ngontrak doang, gak mungkin ane tanya juga ketetangganya itu betul rumah dia ??) ... jadi berikutnya ane lebih hati hati ngerentalin, tapi bikin stress karena setelah hati hati jadi berkurang penghasilan, satu persatu mobil dijual gak kebayar cicilannya. Karena faktor hati hati tersebut gak berani lepas kunci lagi kalau rental 1 hari 2 hari. Padahal keuntungannya disitu tadinya karena banyak peminatnya.
Kita bisa menciptakan lapangan kerja sendiri :
- Kita bisa buka kursus sesuai keahlian kita, tahap awal juga gak perlu ijin. Karena untuk mengurus perijinan kursuspun akan ditanya siswanya ada berapa, gurunya ada berapa, ruangannya ada berapa, peralatan ruangan, denah dan alamat.
- Kalau gak bisa buka sendiri, kita bisa join dengan orang lain entah bagi hasilnya lo tau sendiri disesuaikan dengan keahlian sendiri.
Ngapain jadi pembantu, pramusaji, pramu niaga di negeri orang ....?
Kalau bukan kita siapa lagi yang bisa menghargai diri kita sendiri.
Kalaupun keukeuh pengen jadi pembantu minimalnya :
- Kursus keahlian seperti the nanny, kursus kepribadian, kursus keterampilan memasak, kursus Bahasa sampai fasih dll. Karena banyak kendala dengan bahasa. Disuruh A ngelakuinnya B. Jadi banyak miss komunikasi. Ini banyak menimbulkan pertentangan dengan majikan. Setelah disuruh dan ngerti eh ternyata gak bisa melakukannya. Atau bisa melakukannya tapi malas. Seperti Ritme kerja di singapore berbeda dengan ritme kerja di Indonesia. Ini juga banyak memicu pertengkaran dengan majikan.
- Buat lebih profesional, seperti datang 3 jam saja. Ini yang ane dapetkan diluar negeri. Pembantu disana dateng pagi jam 7 pulang jam setengah 10 pagi udah selesai. bersih. Rapi kerjanya dan effektif. Kalaupun mau dateng lagi sore, menyiapkan barbeque atau makan malam. Bukan berjam jam hingga nginep dirumah majikan. (dimana hak azazi pembantu). Jangan jangan ditiduri anaknya atau majikannya juga seperti banyak kejadian ...
Kerja seharian juga enggak efektif. Banyak ngegosipnya (antar pembantu).
Kalau mau 24 jam harus kerja shift. Kalau 24 jam minimal ada 3 pembantu. Jadi ada banyak pembantunya (jangan 1 orang). Kalau kaskuser masih memperkerjakan 1 pembantu 24 jam ... seperti penjajahan, perbudakan lainnya, tunggu aja azabnya. Tapi khan digaji .. ya walaupun seberapapun gajinya tetep aja penindasan. Karena pembantu juga punya hak tidur, hak belajar, hak istirahat, hak tidak diganggu, hak berkumpul dengan keluarganya, suaminya, pacarnya atau hak indehoy, hak hiburan.
Yang terjadi adalah malem malem harus bangun bikin susu buat adek bayi. Paginya harus nyiapin makanan / sarapan. Siang juga nyiapin makanan siang dan antar anak majikan ke sekolah selain beres beres dan bersih bersih. Sorenya suruh ngepel nyetrika, nyuci, dan ajak adek bayinya jalan jalan. Malemnya disuruh nyiapin makan malem, terus mijitin majikannya. Terus gantian dipijit majikannya ....
WTF hari gini masih memperbudak pembantu ????
Pelanggaran HAM berat dan tidak berjiwa sosial dan tidak professional.
Jadi Intinya
STOP berpikiran bahwa tidak ada pekerjaan lain makanya nekad jadi TKI keluar negeri.
STOP kirim pembantu, pramusaji, pramuniaga keluar negeri. Masih banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan sendiri sesuai dengan keahlian masing masing. Tidak perlu menunggu pemerintah membuka lapangan kerja. Kita bisa mandiri. Membuka usaha sendiri dengan dan tanpa uang sekalipun. STOP ingin bekerja instan dengan mengorbankan harga diri, kehormatan hanya untuk gaji besar, dengan resiko besar.
STOP Pengiriman TKI ke Arab, Malaysia, Hongkong dll untuk selevel pembantu, pramusaji dan pramuniaga.
Quote:
Original Posted By guhfy►Permisi gan, sebenernya ga salah keluar negeri asal ada yg bisa dipetik. Saya skrg dah 2 th di korea walaupun gajinya klo dibanding sama orang korea sendiri cuma setengahnya, tapi ane bersyukur gan. Soalnya ane dapet byk pengalaman yg ga bisa dibeli dengan uang. Bisa belajar cara kerja, pola pikir kenapa mereka bisa maju sedangkan Indonesia kenapa masi jauh tertinggal.
Ane engineer jadi kerjaan sih cuma di depan komputer tapi tanggung jawabnya berat jg karena ane menentukan apakah sebuah mesin boiler dapat ditopang selama 10 th.
Intinya kenapa Korea bisa sedangkan kita tidak?
Kalau level agan lain ...ane juga engineer pernah kerja di New Zealand 10 bulan. Itu gpp jadi TKI kalau levelnya untuk kerja di pabrik atau industri .. yang ane sorotin adalah level pembantu, pramusaji dan pramu niaga ... banyak masalahnya gan .. selain masalah komunikasi, keterampilan, kepribadian / budaya / culture ...
======================
Quote:
Original Posted By attackdefend►hmmmmm.. bagusnya sih gan kalo para TKI diberi bekal pengetahuan terlebih dahulu.. CMIIW

mereka berangkat karena mereka merasa bisa seperti bahasa. Padahal bukan hanya bahasa tapi adat istiadat, kebiasaan, budaya / culture.
Seperti di India makanan rempah di Indonesia tidak terasa apa apa. Buat mereka hambar tapi buat Indonesia makanan India terlalu banyak rempahnya. Sama seperti di Arab, bagi kita masakan sudah enak belum tentu bagi lidah mereka. Makanya ane paham sering terjadi konflik. Makanya ane sarankan untuk selevel pembantu jangan deh diberangkatkan ke luar negeri. Karena harus berhadapan dengan rasa yang berbeda. Kecuali tadi yang ane sebutkan kursus the nanny, kursus kepribadian dan kursus memasak. Kalau sudah kursus memasak juga ngapain jadi pembantu. Mending jadi pedagang masakan di Indonesia. Lebih terhormat.
Terus pramu saji (pelayan), juga banyak ritme kerja di Indonesia enggak cocok bagi mereka. Juga mengenai gaya bahasa. Pelayan khan harus pinter berbahasa asing. Disuruh ini malah bikin ini. Tapi ane bukan menyoroti hal ini tapi kebanyakan terjadi masalah. Seperti dengan table manner. Juga banyak yang bersinggungan dengan makanan tidak halal. Seperti memegang daging babi dll. Ini khan seperti menggadekan keimanan kita. Dihongkong pasti banyak seperti ini. Terus waitress juga banyak yang bisa dipake / melacurkan diri dengan pelanggannya. Karena penghasilannya kecil.
Kalau pramu niaga, sudah rahasia umum banyak pramu niaga yang bisa dipake. Ini sih lebih kepada moral saja. Lebih dari itu juga seperti narkoba. Alkohol
Tapi kalau kerja pabrik atau industri khan memang bekerja ada keahlian, lebih terhormat keberadaannya, resikonya juga ditempat kerja hampir sama disetiap industri manapun. Dan dari segi pengetahuan dan bahasa lebih siap disamping penghasilannya besar. Resikonya sama. Seperti ahli komputer, diluar negeri dan dalam negeri resikonya sama ... kalau enggak bisa ngerjain paling dipecat .. khan gitu ...