Dear Agan Kaskuser,

Sorry, as a newbie ane tidak pernah komeng apalagi post thread.
Tapi mudah2an after this I could start to be active in this remarkable forum.
Could you imagine? I've been a silent reader since I joined in 2009.

Direct to the point.

Dulu ane pernah memiliki teman, he is one of my best friend even though I thought he never realized it so. Ane sering meremehkan beliau karena visi hidupnya sungguh sederhana, however kini aku menilai bahwa pemikiran beliau sungguh sangat benar dan simply applicable in this life. Pertemanan kami dimulai sejak beliau mulai bekerja bersama ane di sebuah perusahaan eksplorasi. Kami sempat bekerja bersama hampir 3 tahun, namun saat ini kami telah bekerja di kantor yang berbeda. Beliau meneruskan kariernya menjadi peneliti di UGM sementara ane bekerja di Jakarta. Meskipun kini kami sudah berpisah selama 5 tahun, kami selalu tetap tidak pernah berhubungan lagi.

*eh gimana sih?

Yaa gitu dech, we have very different perception on how to live in the world. Pandangan hidup beliau selalu bertentangan dengan ane. Namun demikian kini ane memahami betapa benarnya beliau sampai2 ane posting tulisan ini.

Intinya saya berpandangan bahwa semakin banyak resource/sumber daya itu semakin baik. Sementara itu, sahabat ane bilang semakin banyak kamu memiliki sesuatu maka semakin kamu tak memiliki apa-apa. [paradoks]

Berikut ini beberapa kutipan beliau.

Too Many Channels to Choose Means Nothing to Watch
Terlalu banyak saluran TV malah tak ada pilihan untuk ditonton

Ane langganan TV kabel yang menyediakan banyak pilihan stasiun. Tapi apalah artinya itu semua? Yang terjadi adalah istriku Cuma nonton Fox saja. Iya Fox channel saja setiap hari. Kemudian saat kami bekerja meninggalkan rumah, pengasuh anak2 kami hanya menonton salah satu TV nasional. Satu saja. Sementara itu, ane Cuma nonton TV saat kebagian saja pas sudah agak malam. Apa yang ane tonton? Bukan salah satu stasiun yang ada di TV kabel, gan. Tapi stasiun baru yang ada acara gak jelas seperti Imam Darto dan Danang itu lho.
Nah, ane jadi menyadari bahwa ternyata kita tak perlu berlebihan menyediakan tontonan karena ilmu dan pengetahuan kita bisa bertambah tanpa harus nonton National Geographic dan Discovery Channel. Bahkan banyaknya stasiun berplatform berita juga menayangkan kabar yang serupa. Sayangnya kita ga bisa langganan eceran per channel sih ya. Jadi, menurut ane, sahabat ane itu betul gan. Tidak perlu berlebihan menyediakan TV kabel dengan channel yang banyak karena yang akan kita tonton adalah acara yang menurut kita paling berkualitas dan cocok dengan kita.

Too Many Informations Means Nothing is Reliable
Terlalu banyak informasi justru malah tak satupun yang bisa dipercaya

Hingga saat ini ane masih mencoba mencari rumah untuk dibeli, gan. Kalo bisa di sekitar Jakarta supaya hidup ane tidak beruban dimakan sama perjalanan dari rumah ke kantor. Nah, ane coba telusuri situs2 penyedia informasi tersebut. Namun, tetap saja, gan, setelah berulang kali mendatangi berbagai lokasi rumah yang ditawarkan hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Ada yang terlalu mahal tidak sesuai gocek dan ada juga yang lingkungannya kurang pas. Sehingga hal ini makin menguatkan bahwa sahabat ane benar lagi, bahwa, terlalu banyak informasi justru kurang bisa diandalkan. Akhirnya kini ane mencari rumah dengan cara keliling2 sendiri muter2 Jakarta, karena ane menganggap bahwa ada pesan yang disampaikan pada kutipan tersebut. Informasi yang berkualitas tidak akan mudah diekspose sehingga kita harus mencari dengan tekun karena informasi yang mahal tersebut tersimpan rapi dan jumlahnya terbatas.

Too Many Knowledges Leads to Nothing
Terlalu pandai membuat lebih banyak kecewa

To be honest, I am an ambitious person. Jadi ane selalu ingin bisa melakukan ini dan itu. Ane ingin bisa memainkan segala jenis alat musik, ane pengen sukses berbisnis, ane juga pengen menjadi figur publik. Yaa kedengarannya berlebihan sih, gan. Tapi agan-agan juga waktu masih muda dan memiliki semangat tinggi pasti punya keinginan yang sama, kan? Gapapa kok jadi ambisius asal agan bisa me-manage supaya bisa jadi motivasi untuk sukses dan jangan sampai kita “kelihatan ambisius”. Karena, mayoritas orang-orang tidak menyukainya.
Nah berawal dari sini ane selalu memperbarui kemampuan gan, mulai dari berlatih bermain gitar dan keyboard, belajar photoshop, cDraw, MacFlash, menulis dsb. Akhirnya waktu yang ane investasikan habis untuk itu semua dan belum ada hasil dari kegiatan tersebut yang bisa membuat ane jadi punya penghasilan yang mentereng. Justru, setelah ane pelajari, kesuksesan seseorang dalam “sebuah” bidang itu karena seseorang itu menekuni bidang tersebut dengan terus-menerus karena dia sungguh senang melakukannya. Dari sekian banyaknya ladang tempat untuk berusaha, ane yakin Tuhan memberikan spesifikasi yang berbeda-beda sesuai dengan manusia yang ingin menggarapnya.
Lagi-lagi sohib ane bener, gan. Cintailah pekerjaanmu dengan ikhlas maka dari situ akan berkembang rizkimu seiring bertambahnya ilmumu. Justru jika semakin kita banyak belajar sesuatu dan tidak dipakai maka ilmu itu akan sia-sia dan membuat kecewa.

*Perlu ane perjelas bahwa: banyak-banyak belajar itu sangat bagus untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Namun demikian kita diberi waktu yang sama, 24 jam sehari, yang tidak memungkinkan untuk mengamalkan semua ilmu itu setiap hari. Sehingga kita perlu memilih satu atau dua kemampuan kita dengan fokus untuk memperoleh kesuksesan yang terukur.

Too Much Love Would Kill You (Freddie Mercury)
Terlalu banyak roman akan membunuhmu pelan-pelan

Yang ini ga perlu dibahas lah, gan. Agan-agan pasti lebih pintar.

Sebenarnya Rasul telah berpesan kepada kita agar hidup dengan tidak berlebihan. Karena ternyata semua yang ada di dunia itu bisa menjadi racun bila kita mengkonsumsinya dengan berlebihan. Besides, We couldn’t focus on something we need or we go for because we lose our focus.

Mungkin agan2 yang lebih tinggi ilmunya mau menambahkan atau mengkritisi pandangan ane dan sohib ane. Silakan gan.

Arsemaniac
KASKUS saves my life